Demi kebahagiaan sang kakak dan masa depan anaknya, Andrea rela melepaskan suami serta buah hatinya dan pergi sejauh mungkin tanpa sepengetahuan mereka. Berharap dengan kepergiannya Gerard dan Lucy akan kembali rujuk, namun rupanya itu adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya karena bayi lelaki yang ia tinggalkan itu kini tumbuh menjadi anak pembangkang yang merepotkan semua orang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~14
Libur panjang sebentar lagi akan datang dan Dokter Steve serta para medis lainnya pun nampak mempersiapkan diri karena biasanya pengunjung kliniknya akan semakin bertambah mengingat banyaknya wisatawan yang akan liburan di daerahnya seperti pergi ke pantai atau naik gunung.
Pria yang memiliki penyewaan penginapan itu pun juga terlihat sibuk mengecek beberapa villanya karena pasti banyak wisatawan yang akan datang menyewa.
"Aku membawakan mu makanan,"
Sore itu setelah pulang dari klinik Andrea nampak mendatangi pria yang terlihat sedang beristirahat setelah membantu orang-orang suruhannya untuk membersihkan penginapannya yang terletak tak jauh jauh dari yayasannya tersebut. Hari ini pria itu sengaja mengambil cuti karena ingin membereskan semuanya apalagi tak lama lagi investor dari ibu kota juga akan datang.
"Kamu sudah pulang?" Dokter Steve nampak terkejut melihat kedatangan kekasihnya itu yang tiba-tiba padahal biasanya masih di sibukkan dengan pasiennya.
"Hm, hari ini pasien yang datang lumayan sedikit jadi aku bisa pulang lebih awal." Sahut Andrea seraya duduk di seberang pria itu lantas mengedarkan pandangannya ke sekitarnya yang nampak asri dan sejuk mengingat masih banyak pepohonan yang tumbuh di sana. Beberapa ranting yang baru di potong sedang di bersihkan oleh tukang kebun.
"Syukurlah,"
Dokter Steve nampak senang karena wanita itu bisa beristirahat lebih cepat karena biasanya mereka bekerja hingga malam hari bahkan terkadang ketika sedang terlelap tidur ada saja yang mengetuk pintu rumah mereka untuk berobat.
"Oh ya sayang, sepertinya investor kita bulan ini akan berkunjung kesini." Ucap pria itu kemudian, seperti biasa ia selalu membicarakan hal pekerjaan atau pribadi pada wanita itu dan itu yang membuat Andrea merasa di hargai karena ia di anggap setara dengan pria itu.
Lain halnya dengan suaminya dahulu, pria itu sedikit pun tak pernah membagi masalahnya bahkan perihal pekerjaannya sekalipun dan itu yang membuatnya merasa rendah diri karena perbedaan itu jelas terlihat di antara mereka.
"Benarkah?" Ucapnya menanggapi, apakah tuan Henry akan kembali datang kesini?
"Hm, tuan Gerard Adrian akan berkunjung kemari." Jelas pria itu dan sontak membuat Andrea nampak tersedak ludahnya sendiri saat mendengarnya hingga membuat dokter Steve langsung panik lantas di berikannya sebotol air mineral lalu segera di minumnya.
"Maaf, tiba-tiba tenggorokan ku kering." Ucap wanita itu setelah merasa lebih baik dan kini nampak tersenyum nyengir untuk menyamarkan salah tingkahnya.
"Jadi investornya yang akan datang sendiri ya, siapa tadi namanya?" Imbuhnya lagi menatap pria itu.
"Gerard Adrian," sahut dokter Steve.
"Iya itu, Ge-Gerard Adrian ya. Sepertinya dia pria kaya raya sampai rela membuang uangnya kesini," ucapnya menanggapi dan mendengar itu pun sang kekasih langsung terkekeh.
"Mungkin saja, paling tidak itu akan bermanfaat untuk masyarakat di sekitar sini sayang." Tukas pria itu yang nampak gemas menatapnya.
Andrea nampak terdiam, entah bagaimana jika mereka nanti bertemu? Semoga saja pria itu sudah bahagia dengan kakaknya jadi takkan memperpanjang masa lalu mereka yang kurang baik.
"Ada apa?" Dokter Steve nampak mengernyitkan dahinya ketika melihat kekasihnya itu tiba-tiba melamun.
Andrea menggeleng kecil. "Tidak, tadi ada beberapa pasien yang menceritakan kehidupannya yang kelam jadi sedikit terbawa suasana." Sahutnya berdusta sembari mengulas senyumnya dan itu membuat pria itu hanya menggeleng kecil.
"Oh ya apa tuan Gerard akan lama tinggal di sini?" Tanya Andrea penasaran agar ia bisa menyiapkan diri jika kelak mereka bertemu atau akan mencari cara untuk menghindarinya.
"Lumayan, tuan Henry memesan villa untuk satu minggu dengan estimasi perpanjangan." Terang pria itu dan langsung membuat Andrea terkejut mendengarnya.
"Apa? Sa-satu minggu dengan estimasi perpanjangan?" Ucapnya tak percaya, ia pikir paling lama mantan suaminya itu akan tinggal 2 sampai 3 hari mengingat dahulu saat mereka bersama pria itu pergi keluar kota paling lama 2 hari saja itu pun sudah mengeluh karena terlalu lama meninggalkannya.
"Iya sayang, kenapa?" Dokter Steve nampak heran dengan sikap kekasihnya itu yang sejak tadi serba terkejut.
"Ti-tidak, ya bagus kalau tinggal lama jadi itu juga akan menguntungkan mu." Sahut wanita itu beralasan dengan sedikit salah tingkah.
Pria itu pun kembali terkekeh mendengarnya. "Untuk tabungan pernikahan kita nanti," ucapnya kemudian.
Andrea pun hanya mengangguk datar, apa ia sangat berdosa karena memberikan harapan pada pria itu meskipun tak mencintainya?
"Oh ya ku harap saat bertemu dengan tuan Gerard nanti kamu tak naksir padanya, karena selain kaya raya dia juga sangat tampan." Dokter Steve nampak menatap kekasihnya itu dengan wajah serius.
"Ten-tentu saja tidak jangan khawatirkan hal itu," tegas Andrea. Mantan suaminya memang sangat tampan, pria itu selalu menjaga penampilannya dengan berolah raga dan rajin memotong rambutnya juga bulu-bulu halus di wajahnya.
"Mungkin dia datang dengan anak dan juga istrinya untuk liburan di sini," imbuhnya menebak. Ia harap memang seperti itu, mereka hidup bahagia dan ia takkan lagi memiliki perasaan bersalah. Mungkin kesalahannya sangat fatal karena meninggalkan anaknya yang masih bayi tapi ia berharap mereka mengetahui pengorbanannya itu dan biarlah ia yang akan menanggung kesakitan seorang diri.
"Belum tahu sayang, asisten Henry belum konfirmasi apapun." Tukas dokter Steve.
Beberapa hari kemudian tak terasa hari yang di tunggu oleh mereka pun telah tiba karena sore ini Gerard akan datang untuk melakukan peresmian pembangunan rumah sakit.
"Jadi apakah kita akan pergi liburan pa?" Ucap Jiro pagi itu ketika ayahnya membantunya berkemas, banyak sekali pakaian yang mereka bawa mengingat di sana pasti akan kesulitan mencari pakaian yang bagus.
"Tentu saja, kamu suka?" Gerard nampak menatap putranya yang terlihat bersorak ria, mereka memang jarang sekali liburan mungkin hampir tidak pernah. Hidup Gerard hanya di habiskan untuk bekerja karena hanya itu yang bisa membuatnya melupakan Andrea.
"Memang kita mau liburan kemana pa?" Jiro pun penasaran, apa mereka akan pergi keluar negeri? Karena teman-temannya juga sering liburan kesana dan ia juga ingin melakukannya, sebenarnya Lucy dan nyonya Billy sering menawarkannya untuk pergi liburan tapi bocah itu selalu menolak jika ayahnya tak ikut serta.
"Ke tempat yang kamu suka tentunya," sahut pria itu yang enggan mengatakan jika mereka akan mendatangi sebuah kota kecil yang terpencil. Ia takut putranya akan menolak datang kesana mengingat sepanjang hidupnya hanya di habiskan di perkotaan yang mungkin serba mewah dan mudah.
"Apa mama Lucy juga akan ikut pa?" Tanya Jiro tiba-tiba dan kebetulan wanita yang sedang di bicarakan itu pun nampak masuk ke dalam kamarnya.
tapi bagus sich.. semoga happy ending...walau banyak cerita menyedihkan di tengah cerita
kenapa ganggu jiro.... 😏 pikiran lelaki seperti Gerald terlalu sempit
begitu juga dengan gerard mau bilang rindu tp gengsi
begitulah manusia yg diliputi amarah bilang saja gpp ger, gak ada yg ngelarang kok
sayang sebenarnya aq rindu🤗😁