Setelah lulus SMA, Syafana menikah siri dengan kekasihnya yang baru saja lulus Bintara TNI-AD. Sebagai pengikat bahwa Dallas dan Syafana sudah memiliki ikatan sah. Pernikahan itu dirahasiakan dari tetangga maupun kedinasan.
Baru beberapa hari pernikahan siri itu digelar, terpaksa Dallas harus mengikuti pendidikan selama dua tahun. Mereka berpisah untuk sementara.
"Nanti setelah Kakak selesai pendidikan dan masa dinas dua tahun, kakak janji akan membawa pernikahan kita menjadi pernikahan yang tercatat di secara negara," janji Dallas.
"Kak Dallas janji, harus jaga hati," balas Syafana.
Namun baru sebulan masa pendidikan, Dallas tiba-tiba saja menalak cerai Syafana. Syafana hilang kata-kata, sembari melepas Hp nya ke ubin, tangan Syafana mengusap perutnya yang kini sudah ditumbuhi janin. Tangis Syafana pecah seketika.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 Cerita Mas Lalu Bidan Dista
Pertemuan untuk yang kedua kalinya antara Bidan Dista dan Syafana kembali terjadi. Entah kenapa Bidan itu malah senang apabila barang pesanannya dikirim langsung oleh Syafana.
Di depan pintu rumahnya, Bidan Dista menyambut dengan ramah kedatangan Syafana. Syafana dipersilahkan masuk.
"Terimakasih Bu Bidan. Tidak usah repot-repot. Saya sepertinya tidak akan lama, saya juga masih mau mampir ke rumah orang tua yang rumahnya kelewatan kalau saya mau pulang," ungkap Syafana.
"Saya tidak merasa repot, hanya air minum dan cemilan ringan. Silahkan dicicip, tadi pembantu saya sengaja buat bolu pisang dengan tepung ketan hitam. Silahkan dicicip mumpung masih hangat," paksanya seraya menggeser wadah bolu terbuat dari keramik itu ke arah Syafana.
"Terimakasih Bu Bidan, sepertinya memang enak bolunya, dan wanginya harum sekali," puji Syafana sembari meraih satu potongan bolu yang sudah dipotong-potong. Bidan Dista senang melihat Syafana mau mencicipi bolu buatan pembantunya.
Saat dicicip memang rasa bolunya enak dan adonannya lembut. Syafana juga sering membuat bolu pandan dengan tambahan pisang kalau saat santai di rumah. Kadang ia cicip bersama Sakala dan kedua pekerja butiknya saat sore-sore menjelang butik tutup.
"Wah, bolu pisangnya sungguh enak dan adonannya lembut," puji Syafana.
"Iya betul Mbak. Bi Reni memang paling pandai membuat jenis bolu apapun. Saya juga pernah belajar dari pembantu saya, tapi rasa dan adonannya tidak pernah seenak pembantu saya. Memang sepertinya saya tidak ada bakat dalam memasak, selalu gagal," ujarnya merendah.
"Tidak apa-apa, Bu. Kalau sudah ada asisten rumah tangga, kita tinggal makan saja dan menikmati," tukas Syafana.
"Iya betul, Mbak. Saya memang akui tidak bisa memasak sejak dulu. Saya lebih sibuk dengan pekerjaan saya, jadi tidak ada waktu untuk belajar masak," ceritanya lagi.
"Wajar dong Bu Bidan, namanya juga wanita karir. Kadang kala kita sudah lelah kalau dituntut harus melakukan lagi pekerjaan rumah."
"Oh iya, saya hampir lupa dengan gaunnya, saking asiknya menikmati bolunya. Ini silahkan Bu, dilihat dulu, siapa tahu ada yang kurang srek dengan keinginan Bu Bidan." Syafana menyodorkan kantong besar bertuliskan nama butiknya ke hadapan Bidan Dista.
Bidan Dista memeriksa gaun-gaun itu, dan hasilnya ia tersenyum bahagia. Sepertinya Bidan Dista puas.
"Memuaskan. Saya selalu puas dengan gaun dari butik Mbak Syafana," pujinya sembari meletakkan kantong bertuliskan butik Syafana itu di atas sofa.
"Terimakasih kalau Bu Bidan merasa puas dengan gaun dari butik Syafana. Semoga tidak kapok terus belanja di butik kami," ucap Syafana.
"Saya tidak akan kapok membeli gaun di butik Syafana selama ada model terbaru dan menarik untuk saya," balasnya sembari mempersilahkan Syafana mencicipi lagi bolunya.
"Kebetulan hari ini klinik kami tutup, karena suami saya ada tugas dadakan dari rumah sakit Harapan Anak dan Bunda. Jadi, saya sedikit santai."
"Pantas saja, saya tidak melihat ada pasien lalu lalang tadi."
"Iya, Mbak. Ngomong-ngomong, Mbak Syafa saat ini tidak ingin lagi menikah gitu? Maaf, saya jadi lancang. Tidak apa-apa bukan kita ngobrol masalah pribadi, biar obrolan kita lebih akrab," ujarnya diimbuhi senyum.
"Tidak apa-apa Bu Bidan. Dan kebetulan saja sepertinya saya sudah tidak memikirkan lagi tentang pernikahan. Saya saat ini lebih menikmati dengan kehidupan saya dan butik serta anak semata wayang. Untuk memikirkan suami, rasanya sudah tidak prioritas lagi," jawab Syafana. Dirinya kembali sedih ketika tiba-tiba bayangan Dallas saat menalaknya lewat sambungan telpon teringat kembali.
"Sepertinya cinta Mbak Syafa pada almarhum suami Mbak begitu kuat. Sehingga Mbak Syafa tidak mau lagi memikirkan untuk menikah lagi. Bagus itu Mbak, cinta yang benar-benar sejati sampai ajal memisahkan. Saya salut dengan keteguhan Mbak Syafa untuk tidak menikah lagi. Beruntung almarhum suami Mbak menikahi Mbak di dunia, ternyata Mbak Syafa sangat setia," ujar Bidan Dista panjang lebar.
Bidan Dista tidak tahu saja bahwa apa yang pernah Syafana bilang suaminya meninggal, adalah bohong belaka, itu hanyalah alasan agar Syafana benar-benar bisa melupakan Dallas dengan menganggapnya sudah meninggal.
Syafana semakin terlihat sedih ketika Bidan Dista terus saja mengingatkan dirinya pada Dallas mantan suami sirinya.
"Saya minta maaf karena telah membuat Mbak Syafana sedih dan terkenang akan almarhum suaminya, sekali lagi saya minta maaf." Bidan Dista terlihat sangat menyesal.
"Tidak apa-apa Bu Bidan, saya tidak kenapa-kenapa." Bidan Dista lega dengan pengakuan Syafana, lalu ia kembali menyambung cerita Syafana dengan kisah masa lalunya tanpa ditanya.
"Saya juga dulu pernah punya kenangan saat harus berpisah dengan mantan suami saya. Tapi, pernikahan saya yang pertama dibangun tanpa cinta. Kami yang salah, maksud saya keluarga saya dan sayalah yang salah. Kami terlalu memaksakan keinginan kami sehingga dengan terpaksa laki-laki itu menerima saya," kenang Bidan Dista.
"Padahal laki-laki itu saat akan dituangkan dengan saya, dia sebetulnya memiliki kekasih yang katanya sudah dinikahi secara siri. Karena ego keluarga kami, dan sebab hutang budi, terpaksa keluarga laki-laki itu dan laki-laki itu menerima pertunangan itu. Padahal laki-laki itu sejak awal sudah menolak. Saat itu dia baru saja masuk pendidikan bintara."
"Dan lima tahun kemudian kami akhirnya menikah. Tapi laki-laki itu masih saja belum berubah perasaannya terhadap saya. Dia tidak mencintai saya. Cintanya masih pada cinta pertamanya, sebab saat menjelang pernikahan, saya dan ibu saya sempat mendengar obrolan mantan suami saya dengan salah satu kakaknya, bahwa mantan suami saya itu sebenarnya sudah menikah siri saat dia baru pendidikan bintara. Saya sedikit terkejut, ternyata mantan suami saya masih mengingat perempuan itu. Tapi, karena keluarga kami memaksa, mantan suami saya dan keluarganya terpaksa menerima pernikahan itu tanpa didasari cinta."
Bidan Dista berhenti sejenak untuk menarik nafasnya dalam, lalu ia melanjutkan kembali ceritanya.
Syafana tertegun, ia seperti diingatkan kembali dengan kisahnya. Apakah yang diceritakan oleh Bidan Dista adalah laki-laki yang sama? Batin Syafana bertanya-tanya, tapi ia tidak berani bertanya kepada Bidan Dista. Cukup dia saja yang tahu kisah hidupnya.
"Tapi pernikahan kami hanya bertahan delapan tahun, itupun karena saya yang selalu menuntut laki-laki itu atas nama balas budi. Namun, berapa tahun yang lalu saya baru tahu hutang budi yang pernah keluarga mantan suami saya ternyata telah diselesaikan, sehingga laki-laki itu merasa pernikahan itu sudah tidak ada artinya lagi apabila diteruskan. Tapi, saya tetap membuat dia terpenjara di samping saya, padahal berulang kali dia meminta sebuah perceraian, terlebih setelah dia tahu bahwa balik pernikahan kami, ada kebohongan yang kami bangun," lanjut Bidan Dista terlihat ada sebuah penyesalan di wajahnya.
mohon maaf lahir dan bathin 🙏
semangat terus dalam berkarya thor💪❤️
Semoga dengan perjuangan dan kegigihan hati dan cinta nya Dallas, sedikit demi sedikit bisa merebut kembali hati Syafa, demi kebahagiaan Sakala.
Mohon maaf lahir batin ya kak
Nikmati aja momen idul fitri sm keluarga dulu
Sakala nunggu apa lagi tdk usa ego