Sinopsis "Alien Dari Langit"
Zack adalah makhluk luar angkasa yang telah hidup selama ratusan tahun. Ia telah berkali-kali mengganti identitasnya untuk beradaptasi dengan dunia manusia. Kini, ia menjalani kehidupan sebagai seorang dokter muda berbakat berusia 28 tahun di sebuah rumah sakit ternama.
Namun, kehidupannya yang tenang berubah ketika ia bertemu dengan seorang pasien—seorang gadis kelas 3 SMA yang ceria dan penuh rasa ingin tahu. Gadis itu, yang awalnya hanya pasien biasa, mulai tertarik pada Zack. Dengan caranya sendiri, ia berusaha mendekati dokter misterius itu, tanpa mengetahui rahasia besar yang tersembunyi di balik sosok pria tampan tersebut.
Sementara itu, Zack mulai merasakan sesuatu yang belum pernah ia alami sebelumnya—ketertarikan yang berbeda terhadap manusia. Di antara batas identitasnya sebagai makhluk luar angkasa dan kehidupan fana di bumi, Zack dihadapkan pada pilihan sulit: tetap menjalani perannya sebagai manusia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MZI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24: Elly vs Perasaannya Sendiri
Setelah kejadian di taman sekolah, Elly tidak bisa berhenti memikirkan Zack.
Bahkan saat di kelas, ia mencuri pandang ke arah pria itu, hanya untuk buru-buru berpaling saat Zack menangkap basah dirinya sedang menatap. Zack tidak mengatakan apa pun, tapi ekspresi tenangnya membuat Elly semakin gelisah.
"Apa aku benar-benar cemburu?" bisiknya pelan sambil menopang dagu.
"Apa kau baru menyadarinya sekarang?" suara tiba-tiba dari samping membuat Elly tersentak. Ia menoleh dan melihat sahabatnya, Rina, menatapnya dengan senyum jahil.
Elly langsung panik. "H-hah? Aku nggak tahu apa yang kau bicarakan!"
Rina mendecak sambil melipat tangan. "Ayolah, Elly. Kau sudah menatap Zack seperti seseorang yang baru menyadari bahwa dirinya jatuh cinta."
Elly hampir tersedak air liurnya sendiri. "JATUH APA?! Tidak mungkin!"
Sayangnya, suara Elly terlalu keras, dan beberapa murid di sekitar mereka mulai menoleh. Salah satunya adalah Zack.
Elly buru-buru menunduk dan pura-pura sibuk mencoret-coret bukunya.
Zack mengangkat alis sebelum kembali fokus pada bukunya.
Rina tertawa kecil. "Kau tahu, reaksimu ini malah semakin mencurigakan."
Elly menggembungkan pipinya. "Aku nggak suka Zack, oke?! Dia itu menyebalkan! Sering mengejekku! Sok pintar! Terlalu tenang!"
"Tapi tetap saja, kau tidak mau dia dekat dengan gadis lain," balas Rina santai.
Elly membuka mulutnya, lalu menutupnya lagi. Oke, kali ini ia tidak bisa menyangkal.
Sementara itu, Zack tampaknya tidak terganggu dengan tingkah Elly. Ia tetap fokus membaca seperti biasa.
Tapi Elly tidak bisa membiarkan ini begitu saja.
Jika memang ia benar-benar cemburu, maka ia harus mencari cara untuk membuktikan bahwa perasaannya hanyalah kesalahpahaman!
Rencana A: Menguji Zack
Saat jam istirahat tiba, Elly pura-pura mendekati seorang murid laki-laki yang duduk tak jauh dari meja kantin Zack.
"Hey, Dilan! Apa kau mau makan bersama?" tanyanya dengan suara yang dibuat semanis mungkin.
Dilan, yang tidak terbiasa dengan perhatian mendadak ini, langsung tersedak air minumnya. "A-apa? Dengan aku?"
Elly mengangguk cepat sambil sesekali melirik Zack, berharap pria itu menunjukkan reaksi apa pun.
Namun, Zack hanya duduk santai, menyantap makanannya seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Elly mengerutkan kening. Hah?! Dia nggak bereaksi sama sekali?!
Rina yang duduk di dekatnya berbisik, "Kau berharap dia cemburu, ya?"
Elly langsung gelagapan. "N-n-nnggak! Aku hanya… hanya ingin membuktikan sesuatu!"
Namun, saat ia kembali melirik Zack, pria itu akhirnya berbicara. "Dilan, kalau kau tidak ingin makan bersamanya, kau boleh menolaknya."
Dilan menoleh ke arah Zack, lalu ke arah Elly yang menatapnya penuh harapan. "Uhh… aku masih kenyang."
Elly hampir tersungkur ke meja. Sial! Zack malah membantu Dilan menghindar dariku?!
Zack mengangkat bahu santai dan melanjutkan makannya. "Sepertinya rencana A gagal," gumam Rina sambil terkikik.
Elly menggerutu dalam hati.
Baiklah, kalau begitu…
Rencana B: Mengabaikan Zack
Setelah insiden di kantin, Elly memutuskan untuk diam saja setiap kali Zack berbicara padanya.
Saat Zack bertanya, "Kenapa kau tidak berisik seperti biasanya?"
Elly hanya mengangkat bahu dan pura-pura sibuk membaca buku—padahal bukunya terbalik.
Saat Zack berkata, "Elly, kau menjatuhkan bukumu,"
Elly tetap diam, meskipun wajahnya mulai memerah karena gugup.
Namun, yang paling membuatnya kesal adalah ketika Zack malah membalas dengan sikap yang sama.
Saat ia menatap Zack, pria itu pura-pura tidak melihatnya. Saat ia mencoba menarik perhatian Zack, pria itu malah membaca buku lebih serius dari biasanya.
Akhirnya, setelah dua jam penuh keheningan, Elly menyerah.
"ZAAAACK!!"
Zack menutup bukunya dan menatapnya dengan ekspresi tenang. "Ya?"
Elly menunjuknya dengan wajah frustrasi. "Kenapa kau juga diam?!"
Zack mengangkat alis. "Kau yang memulainya."
Elly menggeram kesal. "Aku hanya ingin tahu apakah kau akan memperhatikanku kalau aku diam!"
Zack menyandarkan tubuhnya ke kursi. "Dan sekarang kau yang tidak tahan sendiri."
Elly terdiam, lalu menyadari… Ia benar-benar masuk ke dalam perangkapnya sendiri!
Rencana C: Menyentuh Zack
Oke, ini mungkin konyol. Tapi jika Zack tetap tenang, maka ia akan menguji sesuatu!
Saat mereka berjalan keluar kelas, Elly dengan sengaja menarik lengan baju Zack.
"Aku hanya ingin memastikan apakah kau akan bereaksi kalau aku menyentuhmu," katanya dengan nada polos.
Zack menatapnya sekilas, lalu berkata, "Begitu?"
Elly mengangguk.
Tiba-tiba, Zack berbalik, mendekat, dan menaruh telapak tangannya di atas kepala Elly.
Elly langsung membeku.
T-Tunggu, ini bukan bagian dari rencana!
Zack menunduk sedikit, cukup dekat hingga Elly bisa merasakan napasnya di dahinya. "Kalau begitu," katanya pelan, "apa kau akan bereaksi kalau aku menyentuhmu juga?"
Wajah Elly langsung memerah.
D-DIA CURANG!
Elly langsung meloncat mundur dan menutupi wajahnya. "I-INI NGGAK ADIL!"
Zack tersenyum tipis. "Kau yang memulai."
Elly menggigit bibirnya. Zack terlalu pintar dalam permainan ini. Ia harus menemukan cara untuk menang!
Namun, satu hal yang pasti—ia tidak bisa lagi menyangkal bahwa ia memang menyukai Zack.
Dan sayangnya… Zack sudah mengetahuinya.
----
Setelah insiden sentuhan kepala di lorong, Elly merasa hidupnya berubah drastis. Setiap kali ia melihat Zack, wajahnya terasa panas seperti wajan yang baru dipakai menggoreng. Ia tidak bisa fokus, tidak bisa berpikir jernih, dan yang paling parah—ia mulai gugup di dekatnya!
Ini… ini benar-benar berbahaya!
"Aku harus mencari cara untuk mengalihkan pikiranku!" gerutunya sambil menepuk pipinya sendiri.
Namun, semesta tampaknya tidak ingin memberinya kemudahan.
Saat tiba di kelas, Elly mendapati sesuatu yang langsung membuatnya kesal.
Seorang gadis duduk di meja Zack, berbicara dengannya dengan wajah berbinar.
Elly langsung berhenti di tempat.
Gadis itu adalah salah satu siswi dari kelas sebelah, seorang yang cukup populer. Elly ingat pernah melihatnya beberapa kali di kantin, biasanya selalu bersama sekelompok teman-temannya yang berisik.
Tapi kali ini, ia tidak sedang bersama teman-temannya. Ia hanya bersama Zack.
DAN ZACK TIDAK PERGI!
Elly merasakan sesuatu mencubit hatinya.
"Kenapa Zack nggak menolak?!" pikirnya kesal.
Rina yang melihat ekspresi Elly hanya terkikik. "Oh? Sepertinya ada yang mulai cemburu lagi."
Elly langsung mengibaskan tangannya. "Nggak! Aku nggak cemburu! Aku cuma… aku cuma heran! Zack kan biasanya nggak suka berbicara lama-lama dengan orang lain!"
Rina menatapnya dengan tatapan "yeah, right" yang sangat jelas.
Elly berusaha menenangkan dirinya dan berjalan santai ke bangkunya. Namun, ketika ia melewati meja Zack, ia mendengar potongan percakapan yang membuat telinganya panas.
"Zack, kamu punya pacar?" tanya gadis itu dengan nada genit.
Elly berhenti, menahan napas.
Zack, seperti biasa, tampak tenang. Ia menutup bukunya sebelum menjawab. "Tidak."
Gadis itu tertawa kecil. "Benarkah? Aku kira kau sudah punya… soalnya ada seseorang yang selalu menempel padamu."
Elly bisa merasakan wajahnya semakin panas.
"Siapa?" tanya Zack, nada suaranya tetap datar.
Gadis itu tertawa lagi. "Ya… siapa lagi kalau bukan—"
BRAK!
Elly menjatuhkan tasnya dengan sengaja, membuat suara keras di dalam kelas. Semua orang langsung menoleh, termasuk Zack dan gadis itu.
Elly pura-pura tertawa canggung. "Oops! Aku ceroboh sekali ya?"
Zack menatapnya dengan ekspresi datar. "Kau menjatuhkannya dengan sengaja."
"NGGAK KOK!" Elly buru-buru mengambil tasnya.
Gadis itu tersenyum kecil ke arah Elly. "Oh? Kau temannya Zack, kan?"
Elly menegang. Kenapa pertanyaan ini terdengar seperti jebakan?
"Tentu saja!" jawabnya cepat. "Aku temannya Zack!"
Zack menatapnya sebentar, lalu kembali ke bukunya tanpa komentar.
Gadis itu mengangguk pelan. "Ohh… aku kira kau lebih dari teman."
Elly hampir tersedak udara sendiri. "A-apa maksudmu?!"
Gadis itu terkikik. "Nggak apa-apa kok. Aku cuma penasaran. Kau dan Zack kelihatan dekat."
Elly buru-buru duduk di kursinya dan pura-pura sibuk merapikan bukunya. Ia harus menjauh sebelum ia mengatakan sesuatu yang mempermalukan dirinya sendiri!
Namun, ia tetap memasang telinga.
"Aku harus pergi ke kelas sekarang," kata gadis itu akhirnya. "Sampai jumpa lagi, Zack."
"Ya," jawab Zack singkat.
Begitu gadis itu pergi, Elly mendesah lega… tapi juga merasa sedikit jengkel.
Kenapa Zack tidak menjawab lebih panjang? Kenapa dia tidak menjauh dari gadis itu sejak awal? Kenapa dia kelihatan santai saja saat digoda?
ARGH! Kenapa aku jadi seperti ini?!
Elly menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak, tidak, ia harus menenangkan diri.
Tapi kemudian…
"Ada apa, Elly?"
Elly tersentak. Ia menoleh dan melihat Zack menatapnya.
"H-hah?!"
Zack menutup bukunya. "Kau terlihat tidak fokus sejak tadi."
Elly buru-buru menghindari tatapannya. "I-itu cuma perasaanmu saja! Aku baik-baik saja!"
Zack tidak berkata apa-apa untuk beberapa saat. Lalu, tiba-tiba, ia mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, mendekati Elly.
Jantung Elly langsung berdegup kencang.
"Apa kau…" Zack berbicara dengan suara pelan, "…cemburu?"
Elly hampir melompat dari kursinya. "T-TIDAK!"
Zack menatapnya lebih lama, lalu menyandarkan punggungnya kembali ke kursi. "Begitu."
Elly menghela napas lega.
Namun, sebelum ia bisa merasa aman, Zack berkata lagi, "Tapi kalau kau memang cemburu, kau boleh mengakuinya."
Elly hampir tersedak.
"ZACK! KAU INI—"
Zack hanya tersenyum tipis dan kembali membaca bukunya.
Sementara itu, Elly meratap dalam hati.
Tolong hentikan perasaan ini… atau aku akan semakin gila!
Bersambung...