Davina memergoki pacarnya bercinta dengan sahabatnya. Untuk membalas dendam, Davina sengaja berpakaian seksi dan pergi ke bar. Di sana dia bertemu dengan seorang Om tampan dan memintanya berpura-pura menjadi pacar barunya.
Awalnya Davina mengira tidak akan bertemu lagi dengan Om tersebut, tidak sangka dia malah menjadi pamannya!
Saat Davina menyadari hal ini, keduanya ternyata sudah saling jatuh cinta.Namun, Dave tidak pernah mau mengakui Davina sebagai pacarnya.
Hingga suatu hari Davina melihat seorang wanita cantik turun dari mobil Dave, dan fakta mengejutkan terkuak ternyata Dave sudah memiliki tunangan!
Jadi, selama ini Dave sengaja membohongi Davina atau ada hal lain yang disembunyikannya?
Davina dan Dave akhirnya membangun rumah tangga, tetapi beberapa hari setelah menikah, ayahnya menyuruh Davina untuk bercerai. Dia lebih memilih putrinya menjadi janda dari pada harus menjadi istri Dave?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Nih othor tambah lagi upnya, tapi harus di vote ya biar masuk 10 besar (maksa) 🤣.
kalo gak masuk 10 besar, besok libur up 😜 (ngancem kaya Om Dave)
...*****...
Malam itu Dave harus menuntaskan hasratnya seorang diri. Sebagai pria dewasa yang sudah bertanggungjawab, Dave tak mau lagi menyentuh wanita diluar batas tanpa ada ikatan pernikahan.
Meski Dave mengakui pernah melakukannya dengan wanita pertama yang dia cintai, namun itu terjadi 8 tahun yang lalu di saat usianya baru 24 tahun. Kejadian itu bahkan tanpa sengaja akibat terpengaruh alkohol.
Niat hati ingin mempertanggungjawabkan apa yang dia perbuat, wanita itu justru menghilang dari kehidupannya. Sampai detik ini, Dave belum pernah mendengar atau mengetahui keberadaannya.
Dave keluar dari kamar mandi dalam keadaan rambut basah. Setiap kali menuntaskan hasratnya, dia akan mandi setelah itu.
Pria dewasa itu tak munafik, kerap melakukannya meski tak sering. Hal seperti itu seperti kebutuhan untuknya. Dan sejak kehadiran Davina, dia jadi semakin sering melakukannya.
Sembari mengeringkan rambut dengan handuk, Dave berjalan mendekat ke arah ranjang. Dia sudah menduga gadis manja itu akan tertidur setelah ia tinggal ke kamar mandi selama 30 menit.
Dress yang tadi sempat di buka, rupanya sudah terpasang rapi di tubuh indah itu.
Harus di akui bahwa Davina memiliki tubuh indah yang sempurna. Lekuk tubuh dan beberapa asetnya begitu menantang. Tidak heran jika banyak laki-laki nakal yang ingin mendekatinya.
Sudut bibir Dave terangkat, mengukir senyum tipis karna mengingat sifat Davina yang terlampau polos dan manja di usianya yang sudah 20 tahun. Hal itu mengingatkan Dave pada wanita pertama yang ia cintai.
Sifat dan karakternya hampir mirip dengan Davina, yang membedakannya hanya kadar kepolosan dan sikap manjanya yang lebih tinggi.
Bisa dibilang, Davina satu-satunya gadis terpolos yang pernah Dave temui sepanjang hidupnya.
Di tengah-tengah memandangi Davina, gadis itu menggeliat hingga mengubah posisi tidurnya. Davina tidur menyamping dengan kaki yang terbuka lebar, membuat dress yang dia kenakan tersingkap ke atas dan memperlihatkan bagian paha dalamnya.
Dave terlihat menarik nafas dalam, lalu segera nutupi tubuh Davina dengan selimut tebal.
Gadis itu hanya bisa membuatnya gila sepanjang waktu jika berada di sampingnya lantaran selalu menyalakan hasratnya.
Kalau tidak ingat dengan prinsip dan status Davina yang kini menjadi keponakannya, mungkin Dave sudah mengambil kesucian Davina saat nyuruhnya tinggal bersama di apartemen ini.
Selesai mengeringkan rambut, Dave ikut berbaring di samping Davina dan memeluknya dari belakang.
1 minggu tanpa melihat gadis manja itu, rupanya cukup menyita pikiran Dave selama beberapa di LA. Dia takut Davina akan pergi ke club dan berinteraksi dengan laki-laki nakal disana. Dan tertanya apa yang Dave takutkan benar-benar terjadi. Langsung mendatangi club begitu sampai di Indonesia adalah keputusan yang tepat.
...****...
Davina tengah menyangga dagunya dengan satu tangan. Sejak tadi dia terus mengukir senyum, memandangi wajah tampan Dave yang masih tertidur pulas.
Hidung mancung, alis tebal, bibir seksi dan rahang yang tegas, Dave merupakan definisi tampan dan mengagumkan yang sesungguhnya.
Ketampanan Dave membuat Davina berkhayal tengah hidup di negeri dongeng.
"Sudah puas memandangi saya.?!" Suara ketus Dave membuat Davina tersadar kalau dirinya sedang berada di dunia nyata.
Dunia dimana di balik setiap kesempurnaan manusia, pasti tetap ada kekurangannya.
"Belum. Apa Om mau tidur lagi.?" Tanyanya. Dia berharap Dave tidur lagi agar bisa semakin lama memandangi wajah tampan itu.
Davina juga terlihat sangat santai meski tadi sempat tersentak kaget akibat mendengar teguran Dave.
"Untuk apa saya tidur lagi.! Saya mau mandi." Suara ketus itu kembali terdengar. Dave beranjak dari ranjang, turun dengan gaya yang elegan dan tetap tampan meski rambutnya sedikit berantakan. Belum lagi dua kancing baju tidurnya yang terbuka dibagian atas, menampakkan sebagian dada bidangnya.
"Kamu juga harus bangun dan mandi, setelah itu pulang ke rumah Kak Sandra." Kata Dave setelah menghentikan langkahnya.
Dia sempat membaca pesan masuk di ponsel Davina. Pesan dari Edwin yang menyuruh putrinya untuk datang ke rumah Sandra.
"Sebaiknya kamu baca dan balas pesan dari Papamu.!" Tegasnya. Dia menatap Davina yang masih berbaring di ranjang.
"Aku sudah baca Om, sudah balas juga." Davina mulai beranjak dari ranjang, lalu berjalan menghampiri Dave, membuat pria itu menatap heran dengan dahi berkerut.
"Ngapain kamu ngikutin saya.?" Tanya Dave.
Kini giliran Davina yang menatap bingung. Bukannya tadi Dave menyuruhnya untuk mandi juga.? Kenapa malah bertanya saat dia mengikuti Dave.
"Tadi Om sendiri yang nyuruh aku mandi, tentu saja sekarang aku mau ke kamar mandi juga." Kata Davina dengan entengnya. Dave sampai melongoe dengar penuturan gadis itu.
Usianya saja yang banyak, tapi pikirannya seperti balita.
"Jadi kamu pikir saya ngajak kamu mandi bareng.?" Tanya Dave dengan mata yang melotot heran.
Anggukkan kepala Davina membuat Dave menepuk keningnya sendiri, bahkan mengumpat dalam hati.
"Davina kau itu benar-benar,,,,
Dave sampai kehabisan kata-kata untuk mengekspresikan kepolosan Davina yang tak dimiliki oleh wanita seusianya.
"Keluar dan mandi di kamar sebelah, Davina." Ucap Dave dengan menekankan kalimatan. Dia mendorongnya pelan bahu Davina dan membawa keluar dari kamar.
"Memangnya kenapa Om.?" Davina menatap dengan raut wajah polos. Memangnya kenapa kalau mandi bersama, sedangkan Dave sudah melihat bahkan menyentuh hampir seluruh tubuhnya.
"Oh sh- iitt.!" Umpat Dave tak habis pikir.
"Apa perlu bertanya seperti itu.?" Nada bicara Dave terdengar geram.
"Sudah sana keluar, mandi di kamar sebelah saja." Dave menghentikan langkah setelah berhasil membawa Davina keluar kamar.
"Tapi Om,,,
Brakkk,,,!
Dave langsung menutup pintu sebelum Davina kembali bicara. Dia akan menahan diri sekuat tenaga kalau terus-terusan meladeni ucapan Davina. Bisa-bisa dia khilaf dan langsung menyeret Davina ke kamar mandi. Jangan sampai hal yang dia inginkan benar-benar terjadi dan hanya akan menimbulkan masalah besar.
"Om,,, buka pintunya,,," Davina masih saja ingin masuk ke kamar Dave dan mandi bersama dengannya. Dia tak berfikir jauh tentang kemungkinan buruk yang akan terjadi jika mandi bersama.
Namun setelah beberapa kali berteriak dan menggendor pintu, akhirnya Davina menyerah juga lantaran Dave tak membukakan pintu. Davina lalu masuk ke kamar sebelah dan mandi disana.
...****...
Mereka berdua sudah selesai mandi dan sarapan bersama dengan makanan yang di pesan oleh Dave.
Dia menyuruh Davina untuk bersiap untuk pergi le rumah Mama Sandra. Dave juga akan pergi ke sana karna ada hal yang harus dia bicarakan dengan Kakaknya itu.
"Ayo Om,,," Ajak Davina setelah mengambil tas miliknya di kamar Dave.
Dave segera beranjak dari duduknya dan berjalan lebih dulu untuk keluar apartemen.
Davina sudah seperti anak ayam yang mengikuti induknya di belakang.
"Om,,," Panggilnya dengan nada bicara yang manja. Kini gadis cantik itu sudah berdiri di samping Dave dan mendekap lengan besarnya.
"Jangan cepat-cepat jalannya, plus jangan galak-galak juga,,," Davina sedikit berbisik di akhir kalimat. Dia menyengir kuda untuk menghilangkan ketakutannya dari tatapan tajam Dave.
Pengakuan dan sikap Dave membuat Davina bingung. Di saat Dave mengatakan bahwa dia miliknya, Dave juga masih bersikap ketus dan dingin padanya.
Bukankah seharusnya Dave bersikap lembut dan memperlakukannya dengan baik karna merasa memilikinya.? Tapi Dave tidak melakukan hal itu.
Sikap dingin dan ketus Dave seperti sudah mendarah daging.
"Hmm.!" Hanya suara deheman yang keluar dari mulut Dave, itupun masih mending karna Dave tak menegur Davina lagi.
"Ya ampun, terbuat dari apa manusia ini."
Batin Davina tak habis pikir.