NovelToon NovelToon
Loud But Loved

Loud But Loved

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Addinia

Alena adalah seorang gadis ceria yang selalu berbicara keras dan mencari cinta di setiap sudut kehidupan. Dia tidak memiliki teman di sekolah karena semua orang menganggapnya berisik. Alena bertekad untuk menemukan cinta sejati, meski sering kali menjadi sasaran cemoohan karena sering terlibat dalam hubungan singkat dengan pacar orang lain.

Kael adalah ketua geng yang dikenal badboy. Tapi siapa sangka pentolan sekolah ini termasuk dari jajaran orang terpintar disekolah. Kael adalah tipe orang yang jarang menunjukkan perasaan, bahkan kepada mereka yang dekat dengannya. Dia selalu berpura-pura tidak peduli dan terlihat tidak tertarik pada masalah orang lain. Namun, dalam hati, Kael sebenarnya sangat melindungi orang yang dia pedulikan, termasuk gadis itu.

Pertemuan tak terduga itu membuatnya penasaran dengan gadis berisik yang hampir dia tabrak itu.

"cewek imut kayak lo, ga cocok marah-marah."

"minggir lo!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Addinia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bintang utama

Bel tanda pelajaran dimulai berbunyi nyaring, memecah keramaian di kelas. Ibu Santi, guru Bahasa Indonesia, masuk dengan langkah tenang sambil membawa buku dan map di tangannya. Semua siswa segera duduk di tempat masing-masing, beberapa terlihat baru saja berkenalan atau mengobrol dengan teman lama.

"Selamat pagi, anak-anak."

"Pagi, Bu!" Jawab mereka semua serempak.

Ibu Santi tersenyum dan menaruh buku serta mapnya di meja guru, sebelum berdiri di depan kelas. Semua mata tertuju padanya, menunggu penjelasan lebih lanjut.

"Hari ini, kita akan memulai dengan diskusi kelompok. Materinya tentang analisis tokoh dalam cerita pendek. Saya ingin kalian membentuk kelompok yang terdiri dari empat orang. Diskusi ini bertujuan agar kalian bisa memahami karakter tokoh lebih mendalam."

Siswa mulai bergerak, sebagian besar langsung mencari teman dekat mereka untuk membentuk kelompok. Ada yang berdiskusi dengan semangat, ada juga yang terlihat bingung mencari teman sekelompok. Kael dan Ghost Riders segera berkumpul dengan santai, sementara Alena tetap duduk diam di bangkunya, membuka buku dan menatap kosong ke depan.

"Gue benci tugas kelompok." Ucap Alena sedikit lirih.

Kael melirik ke Alena. "Gue ajak Alena."

Teman-teman saling pandang.

"Ini kah yang katanya penasaran? sampe seperduli itu?" Canda Luka.

Mereka semua tertawa, sementara Kael berjalan ke tempat duduk Alena.

"KittyCat, yok gabung sama kita."

Alena menutup bukunya perlahan, menatap Kael dengan ekspresi datar, hampir tidak terkejut.

"Nggak. Gue bisa kerja sendiri."

"Ini diskusi bukan ujian."

Alena menghela napas pelan dan kembali menatap Kael. "Gue se kasian itu kah?"

"Gue nggak kasian sama lo. Gue cuma mau lo gabung sama kita."

Ibu Santi mendengar percakapan mereka dari depan kelas ikut berbicara. "Kael, kamu sudah dapat kelompok? Kalau belum, ajak Alena. Jangan ada yang kerja sendiri."

Kael tersenyum lebar, mengangguk ke arah Ibu Santi.

"Tuh denger sendiri, KittyCat."

Alena hanya memutar bola matanya, tapi tak bisa berbuat banyak. Jelas saja Ia tidak senang dengan keadaan ini, tapi akhirnya dia bangkit dari tempat duduknya, membawa bukunya, dan duduk di kelompok Kael. Luka, Bayu, dan Ronan yang berada di sekitar Kael langsung menatapnya dengan senyum jahil.

"Selamat datang, ibu guru cinta." Sabut Bayu sambil tersenyum lebar.

Alena tersenyum tipis dan Kael melihat itu.

"Ayo, mulai!" Ucap Ronan dengan semangat.

Ronan, yang duduk di sebelah Kael, segera membuka buku dan mulai membaca bagian pertama cerita pendek yang akan mereka bahas. Alena memperhatikan sebentar, lalu mulai berbicara dengan nada serius.

"Kalau kita lihat dari karakter utama cerita ini, tokohnya jelas punya konflik internal. Mereka terjebak dalam dilema moral yang sulit diselesaikan. Misalnya, keputusan tokoh untuk... "

Kael dan yang lainnya mendengarkan dengan seksama. Alena yang biasanya terkesan dingin dan tak terlalu peduli, tiba-tiba menunjukkan kemampuannya dalam menganalisis tokoh dengan sangat detail. Luka yang semula tak terlalu tertarik mulai menatapnya lebih serius.

Alena dengan lancar menyampaikan pendapatnya, memberikan analisis yang cukup mendalam. Kael dan teman-temannya, meski dengan gaya santai, mulai lebih memperhatikan dan memberi tanggapan serius. Hanya sesekali mereka melontarkan candaan, tapi semua tahu bahwa diskusi ini lebih hidup berkat Alena.

"Lihat, Len. Lo ternyata pinter di pelajaran Bahasa Indonesia. Jadi kita nggak perlu ngajarin lo pelajaran ini kan?" Ucap Ronan.

Alena menatap Ronan. "Tapi kalian masih perlu ngajarin gue di pelajaran lainnya dan gue masih akan ngajarin kalian tentang cinta, supaya kalian nggak bodoh-bodoh banget soal cinta."

Kael tertawa pelan, merasa suasana semakin menghangat, meski masih ada ketegangan di antara mereka. Namun, dalam hati Kael merasa senang, karena Alena mulai membuka diri, meski sedikit.

"Seneng bisa kenal lo, Alena." Ucapnya dalam hati.

Diskusi terus berlanjut, dengan Alena sebagai pusat perhatian, meskipun ia tidak menyadarinya. Di luar kelompok mereka, beberapa siswa sesekali melirik ke arah mereka, berbicara bisik-bisik tentang dinamika baru yang terbentuk di kelas ini.

...----------------...

Suasana kantin cukup ramai, para siswa berkerumun di meja-meja makan, ada yang tertawa, ada yang sibuk berbicara dengan teman, dan beberapa lainnya sibuk menikmati makanan mereka. Alena duduk di meja pojok, menikmati makanannya dengan tenang. Tiba-tiba, Bintang, yang baru dikenalnya kemarin, mendekat dengan senyum.

"Hai, Alena. Boleh gabung?"

Alena melirik sejenak, kemudian mengangguk pelan. Meski agak terkejut, ia tidak keberatan.

"Boleh."

Bintang duduk di hadapannya, dan mereka mulai mengobrol dengan santai. Alena merasa sedikit nyaman mengobrol dengan bintang. Pembicaraan mereka tidak terburu-buru, dan Bintang cukup tahu cara membuat Alena merasa lebih rileks.

"Makanan disini yang buat gue jatuh cinta sama sekolah ini." Canda Bintang sambil melahap makanannya.

"Gue juga cuma suka kantin ini dibanding gedung lainnya."

"Karena cuma disini yang ada makanannya."

Alena tertawa kecil.

"Gue tebak makanan favorite lo mie ayam?" Tebak Bintang.

Dengan mulut yang penuh, Alena mengacungkan jempolnya. Percakapan mereka terus mengalir dengan ringan, tanpa tekanan. Alena, yang biasanya cenderung lebih dingin, tidak merasa terbebani. Bahkan, ia mulai membuka sedikit lebih banyak tentang dirinya.

"Gue biasanya nggak terlalu suka ngobrol."

Bintang merasa bingung. Sedangkan Alena malah tertawa.

"Ya, karena gue nggak pernah punya temen." Lanjutnya.

"Sekarang lo punya temen, Alena."

Alena menggeleng. Gadis itu mengira itu sebuah pertanyaan.

"Maksud gue, gue bisa jadi temen lo sekarang."

Alena menatap Bintang dengan serius. "Gue nggak seru."

"Bahkan gue belum nyoba, dan lo udah bilang nggak seru."

"Terserah lo deh."

Bintang tertawa.

Tiba-tiba, suara gaduh dari arah pintu kantin membuat Alena sedikit terkejut. Ghost Riders baru saja masuk dengan penuh gaya, memecah ketenangan di sekitar mereka. Kael terlihat melangkah pertama, diikuti oleh Luka, Ronan, Bayu, Ezra, dan Leo yang tampaknya selalu memancarkan aura kehebohan.

Bintang melirik ke arah mereka. "Sekelas sama lo, kan?"

"Iya." Jawab Alena sedikit malas.

Ghost Riders langsung menuju meja yang agak jauh dari tempat Alena dan Bintang duduk. Mereka mulai memesan makanan dan duduk dengan gaya santai, tapi Kael sudah menyadari keberadaan Alena di meja itu. Ia melirik sesekali, merasa ada yang aneh dalam dirinya karena merasa tidak suka dengan keberadaan Bintang disana.

Sherly, yang tiba-tiba muncul dengan makanan di tangannya, melirik meja tempat Kael dan yang lainnya duduk. Dengan senyum ceria, ia langsung mendekat.

"Gue gabung ya."

Kael dan teman-temannya langsung menyambut dengan senyuman. Sherly duduk di sebelah Kael, masih dengan senyum lebar.

"Gimana kelas kalian? ada yang lebih pinter dari kalian?"

Ronan tertawa kecil, sambil menyendok makanannya. "Itu aja yang lo bahas, Sher."

Sherly mendengus kesal. "Gue takut kalian terbawa arus."

"Kita emang nakal kalo lo lupa." Sahut Luka.

"Bukan itu maksud gue."

Kael mengerti apa yang di maksud Sherly. "Makan, sher. Obrolan itu nggak bagus di bahas disini."

Sementara itu, di meja Alena dan Bintang, percakapan mereka terus berjalan lancar, meskipun beberapa mata sesekali melirik ke arah mereka. Alena terlihat sedikit lebih rileks, menikmati makanan dan percakapan tanpa gangguan.

"lo tau nggak kalau mereka sebenarnya nggak sebandel itu? Cuma image-nya doang yang bikin mereka kelihatan kaya bocah bandel."

Alena tersenyum tipis. "Iya Gue tau."

Bintang tertawa pelan, merasa nyaman berbicara dengan Alena yang ternyata lebih terbuka dari yang dia kira.

"Lo emang lebih chill dari yang orang lain pikir. Semoga kita lebih banyak ngobrol ya."

Alena hanya mengangguk dan melanjutkan makannya. Sedangkan Kael sedari tadi terus melirik ke arah Alena, melihat gadis itu tersenyum bahkan tertawa.

1
Muhammad Rizkan
lanjut thorr
Fatimah Imah
semangat y kkk
Fatimah Imah
ok.q suka m alur cerita anak remaja yg seru dan keren
Addinia Azzahra: terima kasih banyak ya kak 💗✨
total 1 replies
IamEsthe
'sorry' ganti ke font italic atau pakai kata serapan jadi 'sori'
Addinia Azzahra: baik kakkk.. terima kasih yaaa 💗💗
total 1 replies
IamEsthe
Kata 'Menuding' karena bukan awal kalimat jadi 'menuding' dan 'riko' jika dia mengarah pada nama seseorang harusnya diawali huruf kapital. 'Riko'
yanah~
mampir kak 🤗 semangat 💪
Yoona
mampir
🍒⃞⃟🦅♕⃟ Ƙҽƚυα MTᴺᵀ【﷽】
Semangat ya, Jan kayak gua yang malas nulis /Determined/
Addinia Azzahra: hihihi okeeeyyy, kamu juga semangatttt
total 1 replies
🍒⃞⃟🦅♕⃟ Ƙҽƚυα MTᴺᵀ【﷽】
mampir
Yoona
semangat💞💞
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!