Sebuah ramalan kuno mengguncang keseimbangan antara para Akasha dan para Moksa, mereka tinggal di pusat alam semesta bernama Samavetham. Ramalan itu meramalkan kelahiran seorang Akasha terkuat di sebuah planet kecil, yang akan membawa perubahan besar bagi semua makhluk hidup. Ketika para Moksa berusaha menggunakan pohon Kalpataru untuk mencapai ramalan tersebut, para Akasha berupaya mencegah kehancuran yang akan dibawanya.
Di Bumi, Maya Aksarawati, seorang gadis yatim piatu, terbangun dengan ingatan akan mimpi yang mencekam. Tanpa dia sadari, mimpinya mengisyaratkan takdirnya sebagai salah satu dari 12 Mishmar, penjaga dunia yang terpilih.
Ketika ancaman dari organisasi misterius semakin dekat, Maya harus berhadapan dengan kekuatan baru yang bangkit di dalam dirinya. Dibantu oleh reinkarnasi Mishmar yang lain, Maya harus menemukan keberanian untuk melawan atau menghadapi konsekuensi yang dapat mengubah nasib seluruh alam semesta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Feburizu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TAK BERDAYA
Namun ada seorang pria perawakan eropa bertubuh besar berotot dengan rambut merah, yang sedari awal memperhatikan Maya dan aksinya.
Pria bertubuh besar yang berada di lantai atas candi itu melompat dari tempatnya berdiri dan menghadang Maya, sebelum Maya mendekati kontainer dimana Rendi berada.
Maya tertegun sesaat dan mengayunkan tangannya hendak memukul pria bertubuh besar itu tapi...
"Aaaakkhh.." Leher Maya diraih pria berukuran besar itu dan dia diangkat tinggi-tinggi.
Maya kembali ingat ucapan Rendi... Di atas langit masih ada langit, mungkin pria besar itu yang dimaksud Rendi.
"Hmmm... Luar biasa, tidak kusangka ada orang lain yang memiliki innérzjä di dalam tubuhnya. Bahkan dia hanya anak kecil. Ini sebuah kejutan yang menyenangkan, tapi sayang sekali aku tak diizinkan meninggalkan saksi!“ Dengan nada suara berat pria itu memperkuat cengkeraman pada leher Maya yang dicekiknya.
"Ahkh.. akkhh.." Maya meronta-ronta kakinya mencoba menendang-nendang, tapi pria besar itu tak bergeming sedikitpun.
Maya hampir saja putus asa ketika...
Jleeep!! Sreeett!! Wussshh, wussshh!!!
"Aaaarrrgghh...!"
"Ouuucchh..!"
"Huekkk...!"
Jraaatt!!
Jreeettt!!
Jroott!!
Wuttt wutt wutt..!!!
"Kyaaa!!!"
Terdengar pekikan banyak anggota UES di kejauhan, yang membuat pria besar itu memalingkan muka untuk melihat apa yang sedang terjadi di belakang tempatnya berdiri.
Nampak seorang pemuda berumur sekitar dua puluhan sedang sibuk membantai para anggota UES begitu mudah, menggunakan sebatang tombak yang terlihat lentur bergerak kesana kemari...
Kesempatan itu digunakan Maya untuk menghimpun dan memusatkan kekuatan energi pada tangan kanan, lalu meninju pria besar itu tepat di wajahnya dengan sangat keras.
Brak!
Terdengar suara benturan yang cukup keras!
"Aaaght!!! Pria besar itu meraung kesakitan, secara reflek dia pun melempar Maya jauh-jauh sambil memegangi wajahnya.
"Kurang ajar!! Bagaimana mungkin ada gangguan tiba-tiba!" Pria besar itu untuk sesaat tidak menggubris keberadaan Maya.
Perhatiannya kini tertuju pada pemuda yang telah menghabisi rekan-rekannya. Dan mengusap darah yang sedikit keluar dari hidungnya.
Pemuda itu semakin mendekati si pria bertubuh besar, tempat dimana Maya telah bangkit berdiri.
Pemuda dengan permainan tombaknya yang lincah itu berusaha menjauhkan pria besar itu dari Maya dan dia menghampiri Maya selangkah demi selangkah.
"Aku sungguh tidak menduga ini seorang Dìqiú Wèishì datang ke negara ini, pasti kaulah pembunuh berantai yang menghabisi anggota UES satu persatu selama ini..."
Maya yang mengira pria itu ada di pihaknya lengah, ketika tiba-tiba saja pria itu menepis leher bagian belakang dengan telapak tangannya yang terlihat diselimuti aura berwarna biru.
Maya, sesaat sebelum pingsan mendengar kembali ucapan pemuda bertombak itu...
"Seorang pengkhianat sepertimu percuma kuberi jawaban, bersiaplah akan ku pastikan kau..."
Dan Maya pun tak sadarkan diri.
*****
Tersadar dari tidurnya, Maya terlihat bingung dengan nuansa putih di ruangan tempat ranjangnya berada dan... Rendi! Dia melihat Rendi yang terlelap di dekat kakinya, kemudian terdengar langkah kaki seseorang di balik pintu yang terbuka lebar dan...
"Mayaaaa! Kau sudah bangun Nak!?" Suster Evlin bergegas menuju ranjang Maya.
"Su-suster... Di mana ini?" Maya yang masih bingung dengan lirih bertanya pada Suster Evlin.
"Ini di rumah sakit, Nak," jawab Suster Evlin lembut tapi terdengar sangat mengkhawatirkan kondisi Maya.
Percakapan itu membangunkan Rendi dari tidurnya,"Hoaaahemm.. Oh kau bangun juga akhirnya, ini hari ketiga aku menungguimu," ucap Rendi mengerjapkan matanya yang masih terasa mengantuk.
Maya begitu terkejut mendengar penuturan Rendi itu.
"Hah! Ti..tiga hari!?"
