Estsaffa ahiara, gadis yatim piatu yang diadopsi oleh kedua orangtua angkatnya. Terpaksa menikah untuk membayar hutang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riendiany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 Kebahagiaan dan Penyesalan
"Sa..yang.."
"Hem..."
"Kamu dimana?"
"Sebentar.."
Laura mencari suaminya kesana kemari dan tidak menemukannya. Padahal ia mendengar suaranya. Tapi ketika dipanggil kembali malah tidak menjawab.
Cup...
Ada yang mencium wanita itu tepat disamping kanannya.
"Saaayanggg..." Laura menarik mundur tubuhnya setelah berbalik dan mendapati Tony dengan senyumnya yang menggemaskan tengah berdiri dengan tegap serta menaikturunkan alisnya.
"Ada apa?".
"Apa yaaa? Coba tebak".
Wanita cantik itu mencoba mengintip apa yang dipegang suaminya dibalik punggung. Namun sungguh Tony pun tak kalah cepat dengan tetap mempertahankan bahunya meski Laura mengejar tanpa menyerah.
"Kau membuatku penasaran" Tony menggoyangkan pinggulnya kekiri dan kekanan melihat istrinya mencebik karena tidak dapat menangkap tubuhnya.
Kemudian lelaki itu mendekati istrinya dan menarik lengan yang sejak tadi ia sembunyikan dibelakang punggung kokohnya.
"Taraaaaa" sebuah buket bunga Tulip berwarna merah kini berada diantara Laura dan Tony.
Laura tercekat, lelaki yang tidak ia sangka ternyata romantis ini diam- diam memberikannya buket bunga yang indah. Sungguh Laura kesusahan mengatur napasnya yang mendadak seperti berhenti akibat terharu dengan kejutan yang tidak pernah ia sangka- sangka.
"Sayang..ini indah sekali. I-ini benar- benar untukku?" Tony menatap gemas istrinya yang masih terkejut dan kesusahan mengeja kata- katanya.
"Tentu saja sayang..siapa lagi? Hanya kau Ratu dihatiku" mendengar itu Laura mencebik. Senyum tipis menghiasi bibirnya yang memerah alami.
"Kau pandai merayu sekarang" dihidunya buket tulip yang sudah berpindah ketangannya. Lama..karena ternyata wanita cantik itu sedang menyembunyikan semburat merah yang merona di kedua pipi putihnya.
"Hemmm..ada yang semerah Tulip disitu" jari Tony menunjuk pipi istrinya yang sontak membuat Laura menggenggamnya.
"Apa kau tahu sayang mengapa aku memilihkan warna merah untuk Tulip yang kuberikan ini?" menggeleng kepalanya. Laura kembali takjub dan kemudian membelai mahkota Tulip yang menurutnya sangat cantik itu.
"Tidak...apakah ada artinya sayang?"
"Hemm...Tulip warna merah berarti cinta yang mendalam dan kasih yang sempurna"
"Wow..iyakah? Mengapa aku baru tahu.."
"Tidak apa- apa. Ini pengakuan cintaku Lau..karena aku adalah penguntitmu saat kau masih SMA dulu" bola mata Laura hampir keluar. Pengakuan suaminya itu berhasil membuatnya terkejut karena dulu ia sangat benci dengan penguntit yang selalu mengganggunya itu. Tapi kini...ia malah bucin dengan lelaki pengganggunya. Karma ataukah takdir?.
"Hahh...jadi kauuu!" Tony terkekeh. Ia sudah menduga akan reaksi Laura seperti saat ini. Karena dulu saja, wanita cantik ini benar- benar ingin menangkapnya.
"Aku tidak berani menyatakan cinta padamu. Aku badung, berandalan dan...terkenal playboy dulu," Seperti sebuah penyesalan. Namun Tony mengatakannya dengan bangga. Apalagi predikat 'playboy' yang melekat padanya. Karena apapun sebutan untuknya, ia tetaplah tampan, dan gadis- gadis sangat menggilainya.
"Tapi, kenapa aku tidak ingat sama sekali denganmu Tony"
"Sekolah kita satu yayasan sayang, dan aku dua tingkat diatasmu. Kalau kau bertanya pada lelaki mantanmu itu, dia pasti mengenalku"
"Mantan? Adrian?"
"Siapa lagi? Hei..apa kau punya mantan-mantan yang lain?" Tony segera merengkuh pinggang Laura, membawanya mendekat kedalam pelukannya.
Wanita cantik itu hanya diam sambil memainkan mata. Sungguh Tony sangat tampan jika begini, apalagi keposesifannya. Membuat Laura semakin jatuh cinta.
"Mantanku....hanya satu"
"Iya.. Lelaki itu kan?"
"Dia punya nama Tony. Maksudku satu yang kau tahu, tapi sebenarnya ada..." Mata Tony mendelik menatap istrinya yang dengan santai mengangkat tangan kemudian menyentuhkan antar jemarinya untuk menghitung. "Sepuluh..."
"Apa- apaan. Aku menguntitmu tapi kenapa aku hanya tahu jika mantanmu hanya satu. Lalu siapa yang sembilan lainnya?"
"Tidak usah disebutkan ya...nanti bisa keluar tanduk diatas rambutmu" Laura terkekeh sambil memegang lengan kekar Tony yang mengeras menahan emosi. "Tapi sekarang aku hanya milikmu" suara bisikan Laura yang kemudian mengalihkan lengannya untuk melingkar dileher suaminya mendarat tepat didekat telinga.
Dengan sigap diraihnya bibir mungil nan ranum itu hingga membuat pemiliknya terpekik hingga akhirnya terdiam pasrah.
"Kau memang milikku. Sekarang dan selamanya. I love you, my beautiful angel"
"I love you too sayang..."
\=\=\=\=\=\=\=\=
"Pa...apakabarnya Ara ya?" seorang lelaki paruh baya yang tengah memanen wortel mendadak terdiam mendengar perkataan sang istri yang terduduk dan tampak menyeka airmatanya.
"Sudahh..Ara gadis kuat ma. Dia pasti bisa mengatasi sendiri masalahnya disana. Lagipula, kita sudah melunasi biaya sekolahnya. Kalaupun dia butuh uang untuk biaya lain- lain aku yakin ia mampu mengatasinya" Esther menatap sayu sang suami yang juga menatapnya. Sekian detik beradu dan Damar membuang pandangannya. Dia tidak ingin istrinya melihat matanya yang juga memerah akibat rindu yang sama pada putri angkatnya.
"Paaa...kita kembali ke rumah ya?"
"Rumah itu kan bukan milik kita lagi ma"
"Aku tahu. Kita tanya tetangga barangkali saja Ara pulang mencari kita atau jika tidak dia menelpon mereka mencari kita,"
"Tidak mungkin ma. Nomernya saja sudah tidak aktif"
"Papa masih memegang ponsel?? Kenapa papa menyembunyikannya dari mama. Padahal kita bisa mendapatkan kabarnya waktu itu"
"Papa memblokir nomer Ara" Damar tertunduk lesu. "Berharap anak itu tidak terlibat dan mendapat kesulitan setelah kepergian kita andaikan kita tertangkap".
"Papa..ya ampun" memijat pelipisnya, bening dimata Esther semakin menganak sungai. Segala kemungkinan buruk tiba- tiba terlintas begitu saja dipikirannya.
"Ara bukan orang yang suka berganti- ganti nomer pa.." Lelaki yang juga sudah tidak muda lagi itu mengangguk mengiyakan perkataan istrinya. Kali ini ia merasa kesalahannya cukup fatal hanya dengan memblokir nomer putri angkatnya. Hingga hampir disatu tahun mereka bersembunyi, tidak didapati kabar sang putri sedikitpun.
"Ma..." diraihnya jemari istrinya. "Kita tidak bisa berbuat apapun sekarang. Kita sudah tidak punya kekuatan, kita hanya orang tua yang hidupnya menyedihkan dan merepotkan. Kita hanya bisa mengandalkan Tuhan untuk menjaganya. Hanya Tuhan" Damar menelan getir perkataannya.
Tuhan. Disaat seperti ini Damar baru ingat jika memiliki-Nya. Lalu kemana saja dia selama ini, di hampir seperempat abad lebih umurnya. Bahkan disaat dirinya bisa menggenggam apa yang paling diinginkannya. Menjadi seseorang yang sukses dan termasuk disegani meski kekayaannya tidak sebanding dengan Ilyasa group milik Adrian. Seseorang yang sempat bekerjasama dengannya namun telah dikhianatinya.
Embusan napas lelaki itu terasa dipunggung tangan sang istri yang masih berada dalam genggamannya. Terasa hangat namun juga penuh penyesalan.
"Paa..semua orang pernah berbuat salah. Maafkan dirimu. Dan kita perbaiki semuanya. Semampu kita"
"Apakah bisa?? Aku sangat mencintainya ma...meski dia hanya putri angkat kita. Aku..aku merasa telah kehilangannya, akibat kebodohanku"
"Ara tidak sepicik itu pa. Aku sangat mengenalnya meski aku tidak melahirkannya. Ibu panti mendidiknya dengan baik. Kita sangat beruntung bisa memilikinya" Damar mengangguk kemudian menyandarkan dirinya pada tumpukan daun wortel yang berada di belakangnya.
Ya...sangat beruntung keluarganya mendapatkan putri angkat seperti Ara. Namun dimanakah ia kini? Bahkan disaat kerinduan menggebu, hanya sekedar mendoakannya saja tidak dapat membuat dua orang tua itu diselimuti ketenangan.
Semoga doa- doa panjang mereka, benar- benar melindungi keberadaan putri mereka itu dimanapun ia berada. Doa tulus sekaligus penyesalan Damar dan Esther.
terima kasih othorku🤣🤣🤣💯💯💯👏👏👏