Kirana pernah tak sengaja melakukan sebuah kesalahan yang membuatnya di usir oleh suami dan mertuanya lalu ia juga di pisahkan dari sang buah hati. Empat tahun berlalu kini Kirana kembali lagi untuk bertemu buah hatinya tersebut.
Kirana sekarang bukan seperti wanita di sebuah novel yang tiba-tiba kaya lalu kembali untuk membalas dendam, namun Kirana tetaplah seperti Kirana yang dahulu hanya seorang gadis panti asuhan yang tak memiliki pendidikan tinggi maupun kekayaan.
Hanya bekal sebuah tekad dan rasa rindu yang menggebu terhadap putranya membuatnya rela menyamar menjadi seorang pembantu di kediaman mantan suaminya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~15
Kirana sangat terkejut melihat penampilan mantan suaminya saat ini, bisa-bisanya pria itu tak berpakaian di hadapannya meskipun masih mengenakan handuk tetap saja itu kurang sopan. Seandainya mereka masih menjadi suami istri mungkin ia akan dengan senang hati mengaguminya.
Tubuh suaminya memang sangatlah sedap di pandang mata, liat dan juga kekar. Karena pria itu selalu menjaga kebugaran tubuhnya dengan makan makanan yang sehat dan juga rajin berolah raga.
Menyadari dirinya terpaku beberapa saat Kirana segera mengembalikan kesadarannya lantas pamit keluar. "Permisi, pak." ucapnya tanpa menatap pria itu lalu bergegas keluar dari kamar tersebut.
Apa pria itu sengaja melakukan hal itu? entahlah, Kirana tidak mau banyak berpikir. Mengingat bagaimana pria itu tadi siang bermesraan dengan sang kekasih membuatnya masih kesal hingga sekarang.
Keesokan paginya....
"Pagi." sapa Kaizar yang sepertinya baru bangun tidur, rambutnya nampak berantakan dan masih mengenakan piyama dengan model celana panjang. Biasanya pria itu memang selalu bangun siang karena tujuannya kembali dari Jerman adalah untuk berlibur.
"Pagi Ira." sapanya lagi saat melihat Kirana sedang membantu bik Asih menghidangkan sarapan paginya.
"Selamat pagi Den Kai." balas Kirana seraya mengulas senyum tipisnya dan itu membuat Kendra yang sedari tadi diam-diam memperhatikannya nampak tidak suka.
Sial, sebenarnya ada apa dengan dirinya akhir-akhir ini. Kendra selalu emosional saat melihat pembantunya itu, apalagi saat berinteraksi dengan sang adik. Tidak mungkin ia menyukainya, pasti karena wanita itu sangat mirip dengan sang istri. Benar-benar mirip hingga ia tak bisa membedakan jika saja warna kulit mereka sama.
"Ira, setelah ini kamu ke pasar ya. Karena sopir masih cuti, jadi kamu naik taksi saja !!" perintah nyonya Ranti kemudian.
"Baik nyonya." Kirana langsung mengangguk patuh.
"Biar ku antar saja, kebetulan aku sedang ingin jalan-jalan." tawar Kaizar menimpali.
"Pasar sangat jorok Kai, lebih baik kamu di rumah saja. Mama tidak mau kamu terkena virus di tempat itu." tolak Nyonya Ranti tegas.
"Astaga Mama aku bukan anak kecil lagi, di Jerman aku juga sering ke pasar bahkan aku hampir setiap hari masak sendiri." Kaizar nampak kesal menatap sang ibu yang menganggapnya masih seperti anak-anak padahal usianya sudah 27 tahun.
"Ya sudah makanya cepat cari pasangan dan segera menikah, kakakmu saja sudah mau dua kali menikah tapi kamu sama sekali belum mempunyai pacar." cibir nyonya Ranti, entah kenapa putranya itu masih betah menyendiri.
Padahal pria itu sangat tampan dan bahkan banyak sekali perempuan yang mengejarnya. "Atau jangan-jangan kamu ?" nyonya Ranti nampak tak sanggup melanjutkan kata-kata yang ada di pikirannya itu.
"Aku masih normal ma dan aku masih suka sama perempuan." potong Kaizar dengan kesal, ia sosok pria yang setia dan tidak mudah jatuh cinta jadi sendiri bukan berarti tak laku.
"Syukurlah." nyonya Ranti langsung lega mendengar penuturan putra bungsunya itu.
"Atau mau mama kenalkan sama anak teman-temannya mama seperti kakakmu ?" tawar wanita itu kemudian.
"Astaga ma, ini bukan jaman Siti nurbaya." tolak Kaizar, bertahun-tahun hidup di luar negeri membuat pikiran pria itu lebih modern dan juga terbuka.
Lagipula Kaizar juga pernah mencintai seorang wanita, sangat menyukainya bahkan. Hanya saja ia menyadari telah salah jatuh cinta, karena wanita itu telah memiliki pasangan.
Kaizar nampak menghela napasnya, lantas matanya melirik ke arah sang kakak yang sedang menikmati sarapannya tanpa sedikitpun terganggu dengan perdebatannya bersama sang ibu.
Kakaknya itu memang sosok lelaki yang jarang banyak bicara, sifatnya tegas dan juga sedikit kejam. Namun pria itu juga memiliki sisi kelembutan apalagi terhadap ibunya, oleh karena itu Kaizar merasa ibunya lebih menyayangi kakaknya dari pada dirinya.
Apalagi saat ini sang kakak juga menjadi andalan keluarganya untuk melanjutkan bisnis sang ayah, sedangkan dirinya adalah tipe pria bebas yang tak menyukai aturan dalam keluarga.
"Baiklah, aku sudah selesai. Ayo Ira !!" ajak Kaizar kemudian seraya beranjak dari duduknya, sebelah tangannya nampak memegang separuh rotinya yang belum habis.
Sepertinya pria itu sedang menghindari tekanan sang ibu yang sedang berniat menjodohkannya dengan gadis pilihannya.
Kirana yang baru mengambil kantung belanjaan segera pergi lewat pintu belakang, saat sampai di halaman ia berpapasan dengan sang mantan suami yang sepertinya akan berangkat ke kantornya.
Kirana langsung mengangguk sopan saat melewatinya lantas ia melangkah ke arah mobil milik Kaizar, entah kenapa Kirana merasa Kendra sedang marah padanya dari tatapannya yang tajam. Lagipula memang apa salahnya?
"Duduk di depan Ira, kamu pikir aku sopirmu !!" perintah Kaizar saat Kirana hendak membuka pintu mobil bagian belakang.
"Iya Den, maaf." Kirana langsung pindah ke depan.
Sementara Kendra yang sudah duduk di balik kemudinya nampak memperhatikan mereka. "Dasar modus." komentarnya rak suka.
Setelah mobil sang adik melaju keluar dari gerbang rumahnya, Kendra segera menjalankan mobilnya. Sepanjang jalan pandangannya sedikit pun tak lepas dari kendaraan adiknya itu meskipun ia menyadari jika arah mereka tak sama.
Kendra yang seharusnya belok ke kanan menuju kantornya, pria itu justru tetap mengikuti mobil sang adik yang berbelok ke arah kiri.
Beberapa saat kemudian sesampainya di pasar tradisional, Kirana segera turun. "Den Kai lebih baik pulang, nanti saya naik taksi saja." ucapnya tak enak hati.
"Aku juga ingin ikut berbelanja, Ira." tolak Kaizar lantas segera turun dari mobilnya sebelum wanita itu masuk ke dalam pasar.
Kini mereka berdua nampak mulai berbelanja, sementara Kendra yang menghentikan mobilnya tak jauh dari mobil mereka nampak tak sabar saat menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Karena sudah 15 menit berlalu tapi mereka berdua belum kunjung keluar dari dalam pasar tersebut.
"Sebenarnya apa yang sedang mereka lakukan ?" gerutunya kesal.
Tanpa berpikir panjang Kendra segera melepaskan sefty beltnya lantas bergegas turun, penampilannya yang sangat rapi khas kantoran serta kaca mata hitam yang membingkai hidung mancungnya membuatnya terlihat sangat tampan hingga seketika menjadi perhatian orang-orang di sekitar sana.
Entah para pedagang di pasar maupun para ibu-ibu yang sedang berbelanja, namun Kendra tak peduli. Pria itu tetap saja melangkah masuk.
Dahulu ia sering kesana mengantar sang istri jadi tidak mungkin membuatnya kebingungan atau bahkan kesasar. Semoga saja wanita itu berbelanja di langganan istrinya dahulu.
Sial, Kendra benar-benar tak dapat melupakan istrinya itu. Bahkan semenjak kedatangan pembantunya itu di rumahnya, kenangannya bersama istrinya semakin terngiang di kepalanya setiap saat.
Sungguh Kendra benar-benar gila saat ini, harusnya ia sudah berada di meja meeting bersama para koleganya membahas proyek baru mereka. Namun kini pria itu justru menyusuri gang-gang pasar yang kotor dan juga becek.
Setelah tak mendapatkan keberadaan sang adik dan pembantunya di tempat langganan istrinya dahulu, pria itu nampak melangkah ke bagian penjualan daging. Ia yakin mereka pasti ada di sana dan benar saja ia melihat pembantu dan adiknya tersebut.
Dari sekian banyaknya penjual daging di sana, kenapa pembantunya itu memilih membeli di tempat langganan istrinya dahulu? apa ini kebetulan? atau Tuhan memang sedang mempermainkannya dengan menghadirkan setiap potongan kenangannya dulu lewat wanita itu? Kendra benar-benar tidak mengerti.
"Pak Ke-Kendra ?" Kirana langsung berjingkat kaget saat tiba-tiba mantan suaminya itu menghampiri mereka, begitu juga dengan Kaizar saat melihat keberadaan sang kakak.
makasih nofel nya bagus