NovelToon NovelToon
Terjebak Cinta Polisi Tampan

Terjebak Cinta Polisi Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:12k
Nilai: 5
Nama Author: Siti Nur Halimah

Sekuel Jodoh Pilihan Abi

Menjadi anak piatu, Icha harus kehilangan figur ibu sekaligus ayah. Di tambah ibu tiri yang manipulatif, menjadikan dia sosok yang di kenal bandel.
Takdir menemukannya pada polisi dalam keadaan saling salah paham yang akhirnya menjebaknya sendiri dalam perjodohan dengan lelaki itu.
Bisakah Icha menemukan cinta sejati dalam diri lelaki yang dibencinya sekaligus membencinya?
Temukan kisah lengkapnya dalam novel comedy romance "Terjebak Cinta Polisi Ganteng"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Nur Halimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tertangkap Basah

“Marrying Me, Please!, remaja sekarang—masih juga memakai baju putih abu-abu sudah aneh-aneh!” gumam lelaki mesum yang tengah berdiri di belakangnya itu.

“Bapak ngatain saya?” tanya Icha sambil menoleh ke belakang dengan melotot ke arahnya.

“Aku hanya membaca yang ada di punggungmu,” ucap lelaki mesum itu santai.

Icha langsung menilik ke belakang punggungnya sambil menarik ke atas bagian belakang bajunya.

Karena tetap tak bisa melihatnya, dia kemudian menoleh ke arah Sandra sambil menatap tajam gadis itu.

Tampak Gadis itu langsung membuang muka ke arah lain dengan mendongak ke atas.

“Dasar gadis sialan!” umpatnya lirih.

Sandra hanya terlihat meringis menertawakannya.

“Keluarkan STNK sama SIMnya!” perintah Polantas di depannya itu sambil mengeluarkan surat tilang.

“Mampus gue!” gumam Icha sambil menunduk miring. Bukankah sepeda yang dikendarainya itu milik Si Cupu.

“Ada apa?” tanya Bapak Polantas itu.

“Anak SMA ugal-ugalan di jalan, mana mungkin bawa STNK sama SIM Pak,” sela lelaki mesum itu lagi.

Icha langsung menoleh ke belakang sambil melirik tajam ke arahnya.

“Jadi gimana? Dimana SIM sama STNKnya, dek?” tanya polantas itu lagi seraya memandangnya dengan wajah datar.

Icha kembali meringis kecut.

“Ini sepedanya milik teman pak jadi STNK sama sim-nya dibawa temen,” ucap Icha sambil mengakhiri kalimatnya dengan meringis kembali.

“Kalau begitu saya buatkan surat tilangnya sepedanya nanti kami bawa, silakan…?”

“Hah! silakan apa, Pak?” tanya Icha heran mendapati polisi di depannya itu tidak menyelesaikan kalimatnya.

“Boleh lihat kartu pelajarnya?” tanya balik Polantas tersebut.

“Nggak bawa, Pak!” jawab Icha meringis kembali.

Polantas tersebut terlihat menghela nafas panjang.

“Nama?” tanya lelaki berseragam itu kembali.

“Aisyah Rahma Aulia.” 

Lelaki itu tampak menuliskan namanya di atas surat tilang.

“Alamat?” tanya lelaki itu lagi.

“Deket sini Pak?” jawab Icha asal sambil menunjuk arah utara.

“Meskipun dekat tetap harus disebutkan!” tegas lelaki itu.

“Perumahan Bumi Citra Permai, Blok A-1 no .3,” jawab Icha mulai serius.

“Jadi dek Aisyah…”

Belum selesai Polantas itu berbicara Icha sudah menyelanya, “Icha, Panggilan saya Icha Pak, bukan Aisyah.”

Lelaki itu kembali menghela nafas panjang, terlihat dari wajahnya ia berusaha sekali untuk bersabar.

“Jadi Dek Icha ini nanti sepeda motornya kami bawa, nunggu persidangan, nanti setelah sidang, sepeda motornya boleh diambil. Dan karena dek Icha ini masih dibawa umur, Maka silahkan ikut kami ke kantor polisi, nanti kalau orang tuanya sudah dipanggil, Dek Icha boleh pulang,” jelas polisi tersebut.

“Nggak usah lah Pak, panggil-panggil orang tua saya, jangan! Bapak butuh berapa? biar saya sendiri saja yang ngurus,” sergah Icha sedikit memohon.

Lelaki yang terlihat terperanjat marah mendengar ucapannya itu, lalu menghela nafas panjang.

“Peraturan harus tetap dijalankan, Dek. Adik tadi ngebut melewati batas dan membahayakan pengguna jalan lain,” jawab Polantas tersebut tampak berusaha sekali bersabat untuk kembali menjelaskan.

Icha langsung lemas dan menunduk mendengar ucapan polisi itu.

“Kamu ngomong dong, jangan diem aja!” keluh Icha pada sahabatnya itu.

Sandra malah meringis kecut mendengarnya.

“Saya kembali dulu!” ucap lelaki mesum itu berpamitan pada Polantas tadi.

“Siap, Komandan!” ucap Polantas itu sambil memberi hormat kepada lelaki mesum tadi.

‘Jadi Ndan itu komandan, bukan namanya? Kok bisa lelaki seperti itu jadi komandan?’ pikir Icha.

“Oh ya, Ndan! Apa bisa sekalian bawa gadis ini ke Pos…..”

“Nggak mau!” teriak Icha menyela ucapan Polantas itu, membuat polisi dan sahabatnya yang ada di sekitar tempat itu, termasuk lelaki mesum tadi, menoleh ke arahnya.

“Saudara kira—saudara ada pada tahap bisa bernegosiasi? Bawa dia masuk!” perintah lelaki mesum tadi.

Polantas itu langsung menghampirinya hendak menggiringnya masuk mobil.

“Sudah! kita sudah salah, jangan banyak ulah!” bisik Sandra memperingatkannya.

“Baik, BAPAK POLISI YANG TERHORMAT, saya bisa masuk sendiri,” ujar Icha sinis, kemudian beranjak masuk ke dalam mobil polisi itu, sambil memandang lelaki mesum tadi dengan tatapan yang begitu tajam.

******

Sudah sejam dia berada di kantor polisi tersebut, dan hanya bisa menscrol-scroll ponselnya dan tiba-tiba…

Flash!

Ponselnya padam karena kehabisan baterai.

“Sial!” gumamnya kesal.

Terlihat temannya, Sandra,  malah tertidur di kursi tunggu itu.

“Dasar tukang tidur!” umpatnya lirih.

Ia kemudian melayangkan pandangannya ke seluruh ruangan layanan umum polisi tersebut.

Tanpa ada petugas yang sedang mengetik dengan seorang warga sipil di depannya, ada yang tengah memeriksa berkas-berkas di mejanya, ada yang mencari-cari berkas di lemari pojokan, ada juga yang sedang berbincang-bincang serius.

Tiba-tiba dari lorong di depannya terlihat lelaki yang ternyata Komandan Polisi tersebut. Lelaki itu masih memakai kaos hitam bertuliskan turn back crime.

‘Atau aku minta tolong dia saja!” pikir Icha sambil memandang ke arahnya.

Ia segera menghampirinya dengan bermuka manis.

Lelaki itu terlihat nyengir sambil melirik ke arahnya, kemudian berusaha menghindar.

Tapi Icha tak kehabisan akal, ia segera merentangkan kedua tangannya ke samping, menghalangi lelaki itu untuk menghindarinya.

Lelaki itu tampak menoleh ke kanan dan ke kiri dengan kaget, itu segera menoleh ke belakang untuk melihat apa yang membuat lelaki di depannya itu berekspresi seperti itu.

Terlihat beberapa orang di sana saling berbisa sambil melirik mereka dengan tersenyum-senyum tipis, sepertinya sedang menggunjing dirinya dan lelaki mesum di depannya itu.

Icha langsung berbalik menghadap ke depan, sambil menunduk dengan merengut, digigitnya bibir bawahnya itu untuk menahan malu.

‘Tidak! kau harus kuat, daripada nanti Si nenek lampir itu yang datang kemari, dan menghinamu’ pikir Icha, kemudian bergegas mengangkat kepalanya lagi, menatap lelaki itu dengan berani.

“Ayolah Pak, lepaskan saya! Tidak ada gunanya Bapak menahan saya di sini,” ujar Icha dengan suara agak mendesah, ia berpikir lelaki yang ditemuinya di komplek pelacuran itu akan mudah digoda.

“Menjijikkan!” umpat lelaki itu membuatnya terperanjat kaget dan Syok.

Icha begitu malu dan menyesal telah mencobanya.

“Apa begini cara anak SMA berperilaku, kalau anak SMA semuanya seperti kamu, hancur negara ini!” nasehat lelaki tersebut membuat Icha yang tadinya malu menjadi jengkel.

“Jangan sok su….” 

“Anak itu memang bandel, Pak!”

Belum selesai ia membalas ucapan lelaki mesum itu, terdengar suara ibu tirinya masuk ke dalam ruangan tersebut.

Icha segera membalikkan badannya dengan membelalak kaget.

Wanita bersetelan jas dan rok mini itu terlihat begitu anggun, sambil menenteng tas mini brandednya.

Ia kemudian terlihat menghampiri Icha yang memutar ujung lidahnya ke atas langit-langit, lalu menggigit geraham kirinya dengan kesal.

Ia kira wanita itu akan berbicara dengannya, tapi wanita itu malah melewatinya dan bicara pada lelaki mesum di belakangnya itu.

“Dasar anak bandel! bikin malu saja,”

‘Berani sekali dia mengataiku tanpa melihatku seperti itu’ pikir Icha kesal sambil membalikkan badannya, menatap wanita yang sok cantik tersebut.

“Ibu! Silakan menemui bagian pelayanan umum di sana,” ucap komandan tersebut terdengar begitu formal.

Icha langsung menunduk sambil meringis cekikikan.

Nenek lampir itu terlihat melotot ke arahnya, tapi ia tak peduli.

Sementara, lelaki tadi beranjak masuk ke sebuah ruangan.

Entah kenapa, Icha merasa ada tatapan kekecewaan di wajah Si nenek lampir, yang sekarang tengah menatap lelaki mesum itu masuk ke tempat lain tersebut.

Untuk beberapa saat, wanita itu terlihat mengurus kebebasannya dari tempat itu.

“Kenapa kau terus memperhatikannya seperti itu, biasanya kau paling malas memandangnya?”

“Seperti ada sebuah rahasia besar….” jawab Icha sembari menoleh ke arah temannya yang barusan bertanya itu, kemudian menghadap ke depan dengan membelalak kaget, dan menoleh kembali sambil berjingkat kaget, “Astaga!”

Ia benar-benar terpelanjat, perasaan tadi gadis itu sedang tertidur lelap.

Sementara itu Sandra terlihat tidak terlalu memikirkannya, dia justru menggeliat pelan sambil menutup mulutnya yang menguap, lalu menggaruk-garuk kepalanya.

“Dasar tukang tidur!” umpat Icha kembali dengan berbisik ke arahnya, yang dibalas gadis itu dengan meringis tanpa rasa berdosa.

Tak berapa lama, ibu tirinya itu telah kembali dan menghampirinya.

Dia terlihat kesal dan marah.

“Dasar anak nakal! menyusahkan orang saja,” keluh wanita itu.

Icha langsung bangkit dengan marah mendengarnya, dan hendak membalas kata-katanya, kala tiba-tiba Polantas yang tadi menangkapnya ikut berbicara, “dengarkan kata orang tua! mereka itu ingin yang terbaik bagi anak-anaknya. Sayangi juga nyawa Adik, jangan ngebut sembarangan lagi!”

Icha masih menatap tajam ke arah wanita itu, dan sama sekali tak peduli dengan apa yang dikatakan oleh polisi tersebut.

“Baik pak!”

Sayup-sayup terdengar suara Sandra yang mengambang di telinganya, kemudian menggerakkan kepalanya untuk menunduk.

Wanita itu kemudian terlihat berpamitan dan berterima kasih pada Polantas tersebut  kemudian mengajaknya keluar dari kantor polisi itu.

Namun Baru beberapa langkah keluar dari pintu keluar kantor tersebut, Si nenek lampir itu terlihat minta izin masuk kembali karena ingin ke toilet.

Awalnya ia biasa-biasa aja, tapi setelah teringat peristiwa pertemuan wanita itu dengan komandan polisi tadi, pikirannya menjadi curiga.

Ia pun ikut balik kucing masuk ke dalam kantor polisi tersebut.

“Kenapa wanita itu tak terlihat?” ucapnya celingukan.

“Ada apa lagi, Dek?” tanya Polantas yang tadi mengantarnya kembali.

“Apa Bapak lihat ibu saya tadi?”

“Oh, dia menuju halaman belakang.”

‘Halaman belakang?----untuk apa?----Bukannya dia mau ke toilet?’ pikir Icha bertambah curiga.

Setelah ditunjukkan jalan dan berterima kasih pada Polantas itu karena sudah memberitahunya, Icha pun berjalan menuju halaman belakang kantor tersebut.

Belum lagi Ia sampai ke tempat itu, terdengar suara si nenek lampir yang sungguh mengagetkannya…

“Aku sungguh masih mencintaimu.”

Mata Icha langsung membelalak, dan telapak tangannya sontak menutup mulutnya.

1
Asiah Kamil
kapan lanjutan nya kak,
Eva Nayla
keren
Saydh5: makasih kak
total 1 replies
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓 menuju Hiatus
Hai ka
yu gabung bersama gc Cbm.
kita d sn akan belajar brg
caranya follow akun sy dl
nnti akn sy ksh undangan thx
Sa'adiah
Aku mampir Thor .....
Saydh5: thanks😍
total 1 replies
Ahmad Sopyan
lanjut semangat thor.
Saydh5
please subscribe dan vote yeah, sama jangan lupa follow akunku
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!