"Aku hanya mengganggap dirimu baby sitter. Setelah dia terbangun, saat itu juga kau angkat kaki dari rumah ini!!!" Filio Ar Januar.
"Pernikahanku terjadi dengan keterpaksaan, namun aku berharap akan berakhir bahagia. Aku mohon lihat aku sekali saja," Asilla Candrawinata.
Diharapkan membaca TERPAKSA MENIKAH season 3
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanzhuella annoy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 29. Grey Mandala
"Rey.....Benarkah itu dia?" gumam Asilla kembali tanpa berkedip melihat sesosok pria dari kaca pembatas.
"Mama, Mama....." Panggil Gabriella dari arah area bermain sehingga membuat fokus Asilla terganggu. "Mama...." Sekali lagi Gabriella memanggil bahkan menjadi teriakan karena panggilannya tak diindahkan oleh Asilla.
"Iya sayang," jawab Asilla sehingga pandangannya beralih kepada Gabriella.
Gabriella menghampiri Asilla.
"Mama Gaby ingin pipi*," kata Gabriella.
"Baiklah, ayo Mama antar," ajak Asilla.
Tidak lama ia mengingat dengan yang dilihatnya tadi. Asilla memandangi dimana ia melihat orang yang sangat dikenalnya tadi.
"Kemana dia?" gumam Asilla sembari mengedarkan pandangannya ke seluruh arah dalam restoran transparan tetapi sosok itu tidak ia temukan lagi. "Aku sangat yakin itu adalah Grey, tetapi mana mungkin," imbuhnya kembali dengan bergumam sulit untuk dipercaya.
"Mama," rengek Gabriella karena Asilla hanya berdiri mematung.
"Ayo sayang," Asilla menarik tangan Gabriella membawanya ke toilet.
Sepanjang jalan menuju toilet Asilla terpikirkan oleh sesosok itu.
Tepat jam makan siang Asilla mengajak anak-anak untuk makan siang terlebih dahulu. Mereka memasuki restoran yang berada di area itu.
"Mama cari siapa sih?" tanya Gabriella karena sejak dari tadi tingkah Asilla seperti mencari sesuatu yang hilang.
"Tidak sayang," sangkal Asilla dengan tersenyum.
Mereka menikmati makanan sembari bercanda gurau. Asilla sangat bahagia karena Isabella kembali ceria.
"Mama Sila coba cicipi makanan Moses," tawar Moses sembari menyodorkan sendok ke mulut Asilla. Asilla langsung membuka mulutnya. "Aaa...." Moses ikut membuka mulut.
"Wah spaghetti ini sangat lezat sayang, beda rasa dengan buatan Aunty," kata Asilla setelah mencicipi spaghetti pesanan Moses.
"Siapa bilang ini enak? Moses lebih suka makan spaghetti buatan Mama Sila," kata Moses lebih menyukai spaghetti buatan Asilla dibandingkan spaghetti restoran tersebut.
"Benarkah begitu sayang? terima kasih," Asilla langsung mendaratkan kecupan di pipi Moses. "Sebelum pulang kita beli spaghetti, kebetulan stok di rumah sudah habis," sambungnya.
"Sip," balas Moses sembari memberi kode jempol.
Tidak terasa sekarang telah menjelang sore. Asilla akhirnya menyudahi keseruan anak-anak. Kini mereka sudah berada didalam mobil. Sesuai perintah Asilla, Riri membawa roda empat itu menuju butik. Asilla ada keperluan di butik ingin mengambil desain yang belum terselesaikan.
"Sayang tunggu sebentar, Mama tidak akan lama," kata Asilla agar anak-anak menunggu didalam mobil saja.
Mereka hanya mengangguk, sepertinya rasa lelah dan kantuk menyerang ketiganya.
Asilla keluar dari mobil. Tidak sengaja ia kembali melihat sesosok orang yang menjadi bagian dari masa lalunya.
"Rey," gumam Asilla dengan pandangan berpusat di seberang jalan. Pria itu keluar dari cafe yeng berada tepat didepan butik Asilla.
Dengan tergesa-gesa Asilla berlari ingin menyeberang jalan tetapi sayangnya pria itu lebih cepat memasuki mobil, dan mobil itu langsung melaju. Sehingga membuat Asilla mengurungkan niatnya.
...******...
Hari demi hari telah terlewati. Tidak disangka sudah 1 bulan Filio tidak pernah bertatap muka dengan Moses, si kembar dan juga Asilla. Sony mengatakan kepada Asilla bahwa Filio sedang keluar kota akhir-akhir ini, tetapi nyatanya tidak. Seakan tidak peduli Asilla tidak pernah untuk berpikir mengingatkan suami di atas kertasnya. Selama sebulan ini isi kepalanya dipenuhi oleh pria itu.
Diam-diam Filio menelan pil pahit melihat ketidak pedulian Asilla dengan kehadirannya di rumah itu. Entah apa yang menyebabkan Filio merasakan hal itu, ia sendiri juga tidak tau. Hmmm hanya author yang tau tetapi masih ditutup apik oleh author🤭
Setiap pulang di jam tidur anak-anak Filio selalu mendapati Asilla sedang termenung di taman belakang. Seperti malam ini Asilla masih betah duduk termenung. Filio hanya bisa memandang dari kaca pembatas, bahkan is tidak tau apa yang dibuat oleh Asilla setiap malam menyendiri di taman.
Pandangan Asilla di langit. Kebetulan malam ini langit dipenuhi bintang.
"Apa kamu masih ingat ketika kita berada di sebuah taman, tiba-tiba satu persatu bintang bermunculan di atas langit?" gumam Asilla sembari memandangi layar ponsel miliknya, ternyata ia memandangi foto pria jangkung serta tampan.
Asilla menarik ujung bibirnya tertawa kecil.
"Sampai saat ini aku masih ingat betul dengan janji kita, yang ikut disaksikan oleh bintang. Ribuan bintang adalah menjadi saksi di malam itu," gumam Asilla kembali dengan raut wajah sendunya.
Kembali ia tatap foto itu.
"Rey benarkah itu dirimu? atau hanya mirip dengan dirimu saja? ini sangat mustahil jika itu memang benar dirimu Rey," gumam Asilla sembari mengusap foto itu dengan mata berkaca-kaca. "Aku yakin itu adalah dirimu karena semua sama persis, tetapi aku juga tidak yakin karena semua orang di sana juga tau bahwa kamu telah-----," Asilla tidak mampu meneruskan perkataannya karena begitu sesak yang dirasakan ketika kembali mengingat beberapa tahun silam, yang berhasil membuat hidupnya ikut terpuruk serta patah semangat untuk melanjutkan kehidupan.
Asilla mengusap air mata yang menetes tanpa disadarinya. Merasa cukup kedinginan ia menyudahi kegiatan setiap malamnya, lalu masuk kedalam rumah.
Sedangkan Filio seperti biasa membersihkan diri. Setelah itu ia akan memasuki kamar Moses dengan hati-hati.
"Maafkan Papa sayang selama ini tidak bisa meluangkan waktu untuk dirimu, semua ini Papa lakukan demi kebaikan Abel," gumam Filio tanpa mengeluarkan suara sembari mendaratkan kecupan di kening Moses, dan tidak lupa memperbaiki selimut yang sebagian merosot ke lantai. "Gaya tidurmu sangat mirip dengan Papa," imbuhnya. Bukan hanya gaya tidur saja yang mirip tetapi wajah Moses semakin ke hari semakin mirip, tidak ubahnya seperti pinang dibelah dua. Hanya satu yang beda yaitu senyuman mempesona dari Moses. Senyuman itu tidak dimiliki Filio maupun Asinta, selaku orang tua dari Moses.
Merasa cukup Filio bergantian ke kamar si kembar yang berada di depan kamar milik Moses. Seperti biasa ia buka pintu dengan hati-hati takut membangunkan Gabriella maupun Isabella. Khususnya Isabella, jika ia terbangun entah apa yang akan terjadi ketika melihat kehadiran dirinya.
Tanpa disadari Filio menyunggingkan senyuman melihat gaya tidur si kembar, mereka saling membelakangi sembari memeluk guling seperti sedang berantem.
Filio berdiri sembari memandangi wajah si kembar bergantian. Sangat sulit untuk membedakan, mana Gabriella dan mana Isabella karena mereka kembar identik. Agar tidak keliru, yang membedakan mereka adalah Gabriella memiliki tahi lalat cukup menantang di bawah leher sedangkan Isabella tidak memiliki.
Tiba-tiba Isabella menggeliat, lalu reflek terduduk dengan mata terpejam sehingga membuat Filio waspada.
"Awas Kak Gaby jangan peluk Abel," gumam Isabella meracau.
Tidak lama Isabella kembali baring.
"Sepertinya ia mengigau," gumam Filio terkekeh kecil.
Sebelum kembali ke kamar. Filio merapikan selimut yang sudah merosot ke lantai, lalu menyelimuti keduanya sampai sebatas dada. Lalu berlalu keluar kamar.
Deg
...******...