CINTA ATAU LUKA

Satu Minggu sudah berlalu,Adiba sudah kembali dari Singapura menjenguk ibunya,tiga hari gadis cantik itu berada di negara tersebut,Adiba bahkan tak menggunakan waktu tiga hari itu untuk berkeliling kota Singapura atau mengunjungi tempat wisata yang viral,ia justru menghabiskan waktu nya untuk merawat sang ibu dan memberikan waktu libur pada perawat yang ia bayar untuk mendampingi ibunya.

Sesuai janjinya pada Randi,hari ini Adiba menyerahkan segala berkas dan persyaratan untuk menjadi dokter internship di FG hospital, yang di pimpin oleh Randi,namun Adiba tidak pernah tau bahwa Randi lah yang menjabat Dirut di rumah sakit megah itu, yang Adiba pikirkan ia harus segera mengantongi STR nya.

Dan Adiba juga tau bahwa teman barunya yang mengatakan telah menganggap nya sebagai adik itu juga bekerja di FG hospital,Adiba sangat bahagia karena mereka bisa bertemu,Adiba percaya bahwa seniornya itu adalah wanita yang sangat baik dan pintar.

" Adiba....." Adiba menghentikan langkahnya saat mendengar suara seseorang memanggil namanya,dan ia sudah cukup familiar dengan suara itu.

" Sini..." panggil Dea seraya melambaikan tangannya saat Adiba menghentikan langkahnya dan melihat ke arah nya.

Adiba tersenyum bahagia " mbak.." sapa nya, mengulurkan tangannya untuk bersalaman.

Dea membalas uluran tangan Adiba dengan senyuman cantik khas dirinya, keduanya saling berpelukan dan cipika-cipiki, terlihat begitu hangat,seakan menunjukkan bahwa mereka sudah kenal lama dan sangat dekat.

" Mbak ngak ada pasien?" Adiba bertanya heran, karena biasanya dokter itu akan selalu sibuk di jam kerjanya, bahkan terkadang harus merelakan jam Istirahat nya demi menangani pasien.

" Ada,baru aja selesai visit,pasien aku ga terlalu membludak,aku lumayan cukup santai" Dea menjelaskan bahwa di bagian nya tidak terlalu banyak pasien.

" Kamu mau bertemu bang Randi kan? Ayo aku antar" Adiba mengangguk seraya tersenyum.

" Barusan bang Randi chat katanya sedang tidak ada operasi,makanya aku langsung datang " Adiba menjelaskan.

Keduanya berjalan beriringan menuju lift,Dea menekan angka lantai yang mereka tuju,di dalam lift keduanya asyik mengobrol ringan,ada beberapa orang lain nya yang juga berada di lift yang sama dengan mereka.

Adiba selalu tersenyum saat bersama Dea,banyak mata yang menatap kagum pada dua wanita cantik itu,Dea terkenal sebagai dokter cantik di FG hospital, sekarang di tambah lagi dengan kedatangan Adiba, penampilan keduanya berbeda,tapi kecantikan keduanya seakan menghipnotis mata yang memandang.

' Siapa ya kira-kira wanita cantik yang bersama dokter Dea? cantik sekali '

' Sama-sama cantik, apalagi yang berhijab itu, rasanya pengen di bungkus di bawa pulang '

Bisik-bisik beberapa orang saat melihat dua wanita cantik itu berjalan bersama,Dea saja sudah cukup memanjakan mata mereka,setiap kali melihat dokter kulit itu, sekarang di tambah dengan kehadiran Adiba yang terlihat berkali-kali lipat cantiknya dengan penampilannya yang anggun dengan hijab yang menutupi dada,dan wajahnya terlihat begitu polos seakan tanpa sentuhan makeup sedikitpun.

Lift berhenti di lantai tujuan Dea dan Adiba, keduanya keluar,melewati meja resepsionis khusus lantai itu, Dea menyapa ramah dua wanita cantik yang bertugas di meja itu,dan mendapat kan balasan yang tak kalah ramah.

" Pak Dirut ada di ruangan nya kan?" Dea bertanya santai,seisi rumah sakit tau kedekatan Dea dan pimpinan rumah sakit itu.

" Ada dok" jawab resepsionis itu ramah.

" Ok.. thanks " Dea mengangguk seraya mengucapkan terimakasih.

Sedangkan Adiba mengangguk seraya tersenyum pada kedua wanita yang berbicara dengan Dea.

" Ayo Diba" ajak Dea menarik tangan Adiba menuju salah satu ruangan yang sedikit terletak di bagian ujung.

Tok

Tok

Tok

" Masuk" suara tegas seseorang memerintahkan masuk membuat Dea menekan handle pintu dan sedikit mendorong nya.

" Bang...Diba ni,mau ketemu" ucap Dea setelah pintu terbuka.

" Oh silahkan masuk Dea" perintah Randi ramah,ia meletakkan ponselnya yang tadi ia pegang.

" Assalamualaikum " Adiba mengucapkan salam saat aka memasuki ruangan yang bertuliskan ruangan direktur utama.

Adiba baru tau ternyata Randi adalah pemimpin rumah sakit besar itu,Adiba kagum pada Randi yang masih bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi dokter bedah di rumah sakit milik pemerintah di tempat ia menjalani koas.

" Waalaikumsalam..masuk Diba" Randi menjawab salam Adiba dan mempersilahkan masuk,Dea tersenyum melihat sikap Randi yang begitu berbeda saat berbicara dengan Adiba.

" Terimakasih dok" Dea menjawab sopan dan formal,Randi tersenyum melihat sikap Adiba yang selalu formal padanya.

" Sudah kamu siapkan dan lengkapi semua berkasnya? " Randi bertanya santai.

Adiba mengangguk seraya menyerahkan amplop coklat di hadapan Randi" sudah dok,ini tolong di periksa lagi" ucap Adiba mendorong amplop coklat itu ke arah Randi.

Randi mengangguk,meraih amplop coklat dari Adiba dan memeriksa semua isinya,ia mengangguk dan tersenyum " Berkasnya sudah lengkap,mulai besok kamu sudah bisa bertugas,ingat jangan lalai , untuk awal tugas mu kamu akan di tempatkan di IGD,tidak masalah kan?" Randi menjelaskan.

Adiba mengangguk" saya tidak harus mengikuti tes dok? " tanya Adiba sopan.

Randi tersenyum menatap wajah cantik Adiba yang menunduk" saya sudah tau seperti apa kemampuan kamu,kamu lupa saya konsulen mu saat koas" jawab Randi santai.

Adiba menggeleng seraya tersenyum tipis,Dea lagi-lagi tersenyum melihat interaksi dua orang di depannya,Randi yang terkenal tegas berubah menjadi begitu lembut saat berbicara dengan Adiba.

" Ok..sudah selesai kan? Ayo Diba,hari ini aku akan bawa kamu keliling FG hospital,anggap saja kamu tour rumah sakit ini, agar saat sudah mulai bertugas kamu tidak terlalu bingung dengan bagian-bagian di tempat ini" ucap Dea.

Adiba mengangguk patuh" saya izin permisi dok" ucap Adiba pada Randi.

Randi mengangguk" bagaimana keadaan ibu kamu Diba? " tanya Randi sebelum Adiba meninggalkan ruangan nya.

Pertanyaan Randi menghentikan langkah Adiba,Dea juga ikut menghentikan langkahnya " Alhamdulillah baik dok, terimakasih atas semua bantuannya,ibu sudah melewati masa kritis nya,kata dokter yang menangani ibu, tinggal menunggu pemulihan saja, apakah tidak bisa kita melanjutkan perawatan ibu di dini aja dok?" Adiba menyampaikan rencananya.

Randi mengangguk" syukurlah kalau sudah lebih baik,bukan tidak bisa,bisa saja kita melanjutkan perawatan ibu kamu di dalam negeri,tapi di khawatirkan pemulihan nya akan semakin lambat,apa yang kamu khawatirkan? Kalau masalah menjenguk kamu bisa menjenguknya setiap ada waktu libur mu,aku akan siapkan tiketnya dan juga Minggu depan saya akan berada di Singapura,kamu tidak perlu khawatir saya sendiri yang akan mengawasi secara langsung perkembangan ibu kamu"

" Tapi dok..."

" Sudah Adiba,ikuti saran saya,kalau kamu merasa tidak ingin berhutang Budi pada saya,itu sangat mudah,kamu tinggal tulis semua nya dan anggap itu sengaja hutang piutang antara kita,kamu bisa membayarnya saat kamu sudah benar-benar mampu" dokter Randi tau bahwa Adiba tipe wanita yang tidak ingin berhutang Budi pada orang lain,maka dengan cara itu ia bisa membantu Adiba.

Akhirnya Adiba mengangguk patuh,ia sadar saat ini ia hanya seorang seorang diri untuk memutuskan segala sesuatu nya, walaupun bibi Santi dan keluarga nya mengatakan siap membantu,tapi Adiba merasa sungkan untuk merepotkan, walaupun ia tau mereka tulus membantunya.

" Baiklah dok,saya serahkan pada dokter saja, bagaimana yang terbaiknya,semoga masih ada kesempatan untuk saya dan ibu menjalani hari-hari kamu bersama,jika pun kecil kemungkinan saya akan mencoba ikhlas,semua itu adalah keputusan yang maha kuasa dok" Adiba mengatakan apa yang ia pikirkan.

Randi mengangguk, sedangkan Dea mengusap lembut punggung Adiba,ia belum tau apa yang terjadi dengan ibu Adiba,tapi dari pengamatan nya,ibu Adiba tengah menjalankan perawatan di Singapura.

" Yakinlah segala sesuatu yang terjadi kedepannya adalah salah satu keputusan yang Allah tentukan untuk kita,dan itu pasti yang terbaik untuk kita umat Nya, walaupun terkadang kita menganggap itu sangat menyakiti kita" Randi menasehati Adiba dengan bijak.

Adiba mengangguk,itulah yang ia kagumi dari Randi selain kepintaran dan kebaikan nya,Randi juga cukup bijaksana dan pengertian.

" Insyaallah dok, terimakasih atas bantuan dan support nya,saya beruntung mengenal anda dan yang lainnya,sekali lagi terimakasih " Adiba merasa sangat terharu dengan kebaikan,Dea,Randi,adama dan keluarganya.

" Sejak tadi kamu sudah mengucapkan cukup banyak terimakasih,saya jadi malu" Randi mengakhiri obrolan mereka dengan candaan ringan.

Adiba tersenyum " saya izin permisi dok" ucap Adiba .

" Ya silahkan,nikmati tour kamu dengan dokter Dea,calon nyonya FG hospital,maaf saya tidak bisa menemani kamu,sepuluh menit lagi saya ada jadwal operasi" ucap Randi

Dea mendelik kan matanya mendengar Randi membuka rahasia hubungan nya dengan putra pemilik rumah sakit itu, sedangkan Adiba tersenyum seraya mengangguk.