Kesalahan yang terjadi pada dua manusia yang saling mencintai. Hubungan keduanya yang sudah tidak direstui. Mungkin karena tidak memiliki status sosial yang setara. Alina hanya gadis biasa yang duduk di bangku SMA dan menggunakan beasiswa dan sementara Fathan anak seorang pengusaha kaya raya dan juga seorang ibu yang bekerja dalam dunia entertainment.
Fathan dan Alina terjebak dalam hubungan gairah yang akhirnya menjadi skandal dan siapa yang dirugikan dalam hal itu.
Alina harus menerima nasibnya yang masih duduk di bangku SMA dan mengandung akibat kesalahan fatal yang dia lakukan bersama dengan kakak kelasnya yang juga menjadi pacarnya.
Karena hubungan yang tidak direstui itu yang ternyata membawa Fathan pergi dari Alina.
Bagaimana Alina menjalani kehidupannya dengan janin yang ada di dalam kandungannya.
Lalu apakah mereka dipertemukan kembali?
Jangan lupa untuk mengikuti cerita Saya dari awal sampai akhir dan follow akun Instagram saya .
ainunnharahap12.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9. Meminta Izin.
Alina cukup kaget melihat sang kakak berdiri di depannya dan menatapnya terlihat begitu mengintimidasi yang membuat Alina menelan salivanya.
"Mama mengatakan kamu mengantar pesanan kue. Kamu pergi dengan pakaian seperti ini dan jas siapa yang kamu pakai?" tanya Andre dengan wajah datar yang tampak posesif kepada adiknya itu dengan wajahnya yang tampak begitu serius.
Mata Alina yang langsung melihat jazz tersebut yang baru menyadari bahwa tidak sempat mengembalikan kepada Fathan.
"Alina! apa kamu tidak mendengar Kakak?" tangan Andre dengan alis terangkat.
"Kak Alina....."
"Andre, Alina tadi sudah mengabari Mama terlebih dahulu. Kebetulan kue yang diantarkan Alina ketempat salah satu teman sekolah Alina yang berulang tahun dan Alina menghadiri acara tersebut karena merasa tidak enak. Jadi Alina terlambat pulang karena sekalian menghadiri acara tersebut," sahut Ratih yang muncul tiba-tiba memberikan pengertian kepada putranya itu.
Untung Alina memang memberi pesan dulu kepada ibunya. Agar ibunya tidak kepikiran dan gue tersebut sudah diantar dengan baik.
"Be-benar, Kak," jawab Alina dengan terbata.
"Lalu kenapa baru pulang semalam ini. Apa acaranya memang sampai malam?" tanya Andre yang membuat Alina menganggukkan kepala.
"Sudahlah Andre. Adik kamu baru pulang. Jadi jangan terlalu berlebihan. Bukankah dia baik-baik saja dan juga diantarkan pulang," sahut Ratih.
Andre yang tidak bisa berbicara lagi dan Alina berlalu dari hadapan Andre yang menuju sofa, terlihat membuka sepatunya. Dia sedikit gugup karena diintimidasi oleh sang Kakak yang memang untuk pertama kalinya dia pergi yang tidak berurusan dengan sekolah dan sampai pulang malam.
"Siapa yang mengantar kamu?" tanya Andre yang masih saja mencecar sang adik.
"Kakak kelas Alina yang sedang berulang tahun," jawab Alina.
"Pria yang waktu itu duduk di samping kamu?" tanya Andre membuat Alina menganggukkan kepala.
"Alina. Kamu diberi kesempatan berada di sekolah yang tidak semua orang bisa berada di sana. Kamu mengandalkan beasiswa penuh untuk mengecam pendidikan yang layak. Gunakan dengan baik. Jangan hilangkan fokus kamu untuk hal yang tidak berguna. Nanti kalau mau pacar-pacaran bisa setelah lulus sekolah," ucap Andre memberi pesan kepada adiknya yang memang terdengar begitu tegas.
"Andre! Kamu kenapa begitu banyak sekali berbicara. Alina hanya pergi ke acara ulang tahun temannya dan tadi juga dia tidak ada niat untuk pergi. Jika ada niat pasti sudah mengatakan kepada Mama dan seperti apa yang Mama katakan tadi. Jika Alina hanya merasa tidak enak dengan temannya. Sudahlah kamu jangan terlalu posesif kepada adik kamu," ucap Ratih
"Andre hanya mengingatkan saja dan pasti mengatakan semua itu demi kebaikan Alina. Saat seperti ini sangat mudah sekali bagi anak-anak seusia Alina bergaul. Bagaimana jika pergaulannya memburuk dan membuat konsentrasinya dalam belajar juga tidak membaik," sahut Andre.
"Kakak jangan khawatir. Alina tahu tugas Alina sebagai pelajar dan tidak akan mengecewakan Kakak, Mama dan juga pihak sekolah," sahut Alina yang memang sejak awal memiliki pendirian yang ingin sukses dalam pendidikan.
"Asal sesuai saja dengan perkataan dan juga tindakan kamu," sahut Andre yang langsung pergi.
"Sudah-sudah. Sana kamu juga langsung istirahat. Kamu juga Andrea jangan terlalu berlebihan memberikan ingat kepada adik kamu. Alina selama ini melakukan yang terbaik dan tidak pernah mengecewakan kita. Kamu sama Alina sama-sama kebanggaan Mama," ucap Ratih.
Andre tidak bisa berkomentar lagi dan begitu juga dengan Alina yang langsung memasuki kamarnya.
**
Pagi ini Alina yang berada di depan jendela yang tampak sedang menelepon dengan wajah yang terlihat gelisah.
"Kamu kenapa diam Alina? kamu tidak mendengarku?" tanya Fathan yang memang langsung menghubungi Alina untuk meminta kepastian atas ajakannya sebelumnya.
"Alina minta izin pada Mama dulu dan kalau Mama sudah mengizinkan. Maka Alina akan pergi bersama Kakak. Tetapi kalau Alina tidak mendapatkan izin. Maka maaf Alina tidak bisa pergi bersama Kakak," ucap Alina.
"Baiklah! Aku tunggu kabarnya secepatnya dan jangan risih jika aku kembali menelpon kamu karena kamu tidak mengabariku," ucap Fathan. Alina yang tidak merespon apapun dan akhirnya telepon itu mati.
Alina yang masih menggunakan pakaian tidur dan juga masih memakai kacamata terlihat menghela nafas. Dia benar-benar sangat kebingungan yang sepertinya tidak berani menolak keinginan Fathan tetapi juga bingung harus meminta izin seperti apa. Karena dia tidak pernah keluar rumah untuk hal-hal di luar mengenai pelajaran.
Alina melihat jas Fathan yang berada di atas tempat tidur dan Alina yang langsung keluar dari kamar. Alina yang melihat Ratih yang tampak sibuk berada di dapur. Seperti biasa kegiatan Ratih membuat kue.
Alina menarik nafas panjang dan membuang perlahan ke depan, lalu menghampiri Ratih.
"Apa ada yang bisa Alina bantu?" tanya Alina basa-basi.
"Tidak usah. Mama juga sudah selesai," jawab Ratih yang membuat Alina menelan saliva.
Dia terlihat semakin gugup yang ingin sekali mengatakan sesuatu dan akhirnya membuat Ratih sadar setelah memperhatikan gerak-gerik Alina.
"Ada apa Alina. Kamu ingin mengatakan apa?" tanya Ratih yang pasti paham dengan ekspresi wajah putrinya itu.
"Maaf, Ma. Apa Alina boleh keluar sebentar?" tanya Alina dengan begitu pelan.
"Kamu mau kemana?" tanya Ratih menghentikan pekerjaannya dan melihat ke arah Alina.
"Kakak kelas Alina mengajak untuk jalan-jalan di dekat rumah. Ini hari Minggu dan Alina juga sudah menyelesaikan tugas," jawab Alina.
"Apa Kakak kelas yang ulang tahun kemarin dan yang mengantarkan kamu pulang?" tanya Ratih yang membuat Alina menganggukkan kepala yang memang benar apa adanya.
"Kamu sama dia dekat sekali. Hmmmm, kalian ada hubungan sesuatu?" tanya Ratih kepo.
"Tidak kok Mah. Hanya saja Alina diajak untuk keluar saja sebentar. Kalau Mama tidak mengizinkan juga tidak apa-apa. Alina nanti akan mengatakannya," jawab Alina.
"Kamu boleh pergi jika dia datang menjemput kamu dan bertemu dengan Mama yang meminta izin langsung pada Mama," jawab Ratih yang memang orangnya tidak ingin mengekang anak dan dia juga tahu Alina anak yang rajin dan terus menghabiskan waktu untuk belajar.
Dia akan begitu senang jika Alina sesekali keluar untuk merefleksikan otak. Karena dia juga tidak ingin Alina terus mengurung diri di dalam kamar.
"Memang harus seperti itu?" tanya Alina.
"Ya. Sudah kalau tidak mau. Kamu jangan pergi," sahut Ratih yang melanjutkan pekerjaannya.
Alina yang terlihat bingung.
***
Alina yang keluar dari kamarnya menggunakan dress di bawah lutut yang dipadukan dengan blazer rajut. Rambutnya seperti biasa di kepang dua dan tidak lupa memakai kacamata. Alina sedikit begitu gugup dengan tangannya memegang paper bag yang ternyata Fathan sudah berada di ruang tamu yang berbicara dengan Ratih.
Alina yang memang tidak punya pilihan lain selain menyuruh Fathan untuk meminta izin sendiri kepada ibunya dan Fathan sangat nekat melakukan hal itu dan bahkan Ratih begitu ramah kepada Fathan.
"Tante Alina sudah selesai. Apa saya boleh langsung membawa Alina?" tanya Fathan.
"Baiklah! Tapi jangan pulang terlalu lama dan apalagi sampai malam," ucap Ratih dengan tegas yang harus mengingatkan Fathan.
"Itu pasti Tante, Saya tidak akan mengecewakan Tante," jawab Fathan.
"Ya. Sudah kalau begitu saya pergi dulu bersama Alina," ucap Fathan yang mencium punggung tangan Ratih dan begitu juga Alina.
"Alina pamit, Bu!" ucap Alina yang membuat Ratih mengagungkan kepala.
Mereka berdua langsung pergi dan Ratih hanya menghela nafas yang memang sejak awal tidak mempermasalahkan apapun. Dia juga terlihat sangat suka pada Fathan.
Bersambung....
kadang aruna kadang alina
lieur thor
km mau jd wanita baik jmn sekarang gk akn menang krn yg menang yg punya uang banyak. km punya apa. ternyata sekolah mu pun yg biayai ibu Fathan bukan beasiswa.
kl Alina teges hrse waktu Fathan ada di rumah kasihkan semua itu biar tau kelakuan ibunya.
trus sekarang mau apa, apa yg bisa km lakukan Alina kl km terusin bkn km yg hancur tp ibumu dan usahanya trus anakmu. krn km gk punya bekingan yg kuat.
sdng Fathan gk bisa di andalkan sm sekali. laki gk punya power
penyelidikan kmarin gk ada kabar.
ttg kebakaran saja gk dpt hasil, pa lagi mau mnyelediki soal Alina.
lelaki macam Fathan mn bisa berbuat sesuatu. di tambh anak mami pula.
ketemu anak kandung saja getaran hatinya gk ada.
apa dia pria baik tentu saja bukan. krn kl punya hati baik pasti merasakan getaran pas ketemu anaknya.
o iya lupa dia saja anak mami, apa yg mau diandalkan dng lelaki yg cm ngetek ma maminya.
ibarat kata Fathan itu masih netek ma maknya. masih dewasa kenan drpd Fathan.
Fathan punya apa gk punya apa apa, kekuasaan juga punya mak nya dia cm mokondo lah ibaratnya. mnyelediki hidup Alina dan kebakaran itu saja gk ada hasil kn 🤣🤣🤣🤣🤣
bhkan katanya mnyelediki Alina dan kebakaran itu tp mana hsil nya. gk ada kn.
mknya Fathan bukan ayah idaman, lagian kl nikah ma Fathan hidup akan di setir mertua iuhh amit amit bnget.
kl CEO pinter di dunia nyata krn apa otaknya di pake.
mkne artis kl dah gk main film akn miskin. contoh Fathan ini kl gk main film bisa apa dia, hidup juga di setir ibu nya kan.
Semoga penulis mmberi Alina jodoh yg pinter.
Fathan terlalu bnyak ngempeng ibunya jd nya bloon bhkan kejadian masa lalu pun tak tau. tak ada niatan mnyelediki.
ah sudah lah smp bab ini Alina yg ttp bodoh dan Fathan yg bloon.
wes jd cerita cm jalan di tempat saja. gk ada peningkatan. kurasa pembaca akn bosan krn tiap episode cm gini gini saja.