Suatu kesalahan besar telah membuat Kara terusir dari keluarga. Bersama bayi yang ia kandung, Kara dan kekasih menjalani hidup sulit menjadi sepasang suami istri baru di umur muda. Hidup sederhana, bahkan sulit dengan jiwa muda mereka membuat rumah tangga Kara goyah. Tidak ada yang bisa dilakukan, sebagai istri, Kara ingin kehidupan mereka naik derajat. Selama sepuluh tahun merantau di negeri tetangga, hidup yang diimpikan terwujud, tetapi pulangnya malah mendapat sebuah kejutan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melunak
Elno kembali ke kamar Kara. Istrinya sudah pulas dengan sisa-sisa deraian air mata. Elno mengusap wajah itu dengan lembut. Ia merebahkan diri di samping sang istri, lalu memeluknya.
Elno merasa ketenangan hati. Kara yang sudah lama ia rindukan kini berada dalam dekapannya. Elno tidak tahan untuk menyentuh sang istri tercinta. Hasratnya naik. Elno mengecup daun telinga dan pipi Kara.
Naluri yang membuat dirinya berani menurunkan tali baju tidur yang Kara kenakan. Elno mengecup pundak yang lembut dan mulus itu. Tidak ada yang berubah dari Kara. Kulitnya bahkan sangat mulus. Kara pernah bilang jika ia sering diberi hadiah kosmetik mahal. Tidak heran jika kulitnya begitu indah.
Kara mengeliat ketika merasakan sesuatu yang membuatnya geli. Ia membuka mata. Sadar bahwa saat ini dirinya disentuh. Sesaat Kara mendiamkannya. Elno tengah memberi kecupan kecil di punggung belakangnya.
Kara diam dan ini seperti masa lalu. Elno pandai membangkitkan gelora dalam dirinya. Elno membalik tubuh Kara menghadapnya. Wajah itu sudah terbakar hasrat yang menggebu.
"Sayang," ucapnya, lalu mengecup bibir Kara.
Kara mengalungkan kedua lengannya di leher Elno. Ia membalas setiap belitan yang suaminya berikan. Keduanya beradu. Saling mencucup satu sama lain.
Elno kembali menurunkan tali baju Kara. Kecupannya turun ke daerah ceruk di sisi kiri dan kanan. Elno menyesapnya hingga meninggalkan tanda merah. Kejenjangan Kara tidak luput dari hasil kreasi seninya.
Bibir dan perasa itu turun bersama gaun satin yang meluncur sampai bawah. Elno membenamkan wajahnya di sana. Hangat saat dua kelembutan menyentuh pipinya. Kara memejamkan mata. Sudah lama sekali tidak merasakan kehangatan. Saat ini ia ingin disentuh. Sesuatu dalam dirinya menginginkan sentuhan seorang pria.
"Elno," panggil Kara dengan suara berat.
"Sayang, aku akan memuaskanmu."
Elno menangkup sisi kelembutan itu. Menekannya pelan yang membuat Kara menjerit pelan. Namun, terlintas bayangan Sari dalam pikiran Kara.
Pikirannya mulai menghantui. Elno juga berbuat hal sama bersama istri keduanya. Mungkin lebih panas dari ini. Selama dua tahun keduanya berada di atas tempat tidur yang sama. Tidak! Kara tidak ingin membayangkan apa yang terjadi.
"Hentikan!" bentak Kara.
Elno tersentak atas perintah istrinya tiba-tiba. Kara mendorong Elno ke samping. Ia lekas beringsut duduk dan melindungi tubuhnya dengan menyilangkan kedua tangan.
"Kara, apa yang terjadi?" tanya Elno khawatir.
"Jangan menyentuhku."
"Sayang, aku suamimu. Aku menginginkanmu malam ini. Aku ingin minta hakku," kata Elno.
Kara terisak, ia menggeleng. "Jangan katakan itu. Aku tidak bisa melakukannya. Kamu bukan milikku lagi."
"Jangan begini, Sayang," kata Elno.
"Jika ingin bersama, maka jangan menyentuhku. Ketika kamu menyentuhku, aku akan membayangkan kamu tengah menyentuh Sari. Kamu pasti begitu lembut memperlakukannya," ucap Kara.
Elno tidak bisa berkata-kata. Apa ia harus menjelaskan semua aktivitas tidurnya bersama Sari? Hal itu akan semakin menyakiti Kara. Tidak ada yang bisa menandingi Kara. Sedari dulu, Kara selalu paling utama. Bertahun-tahun Elno bisa menahan diri untuk tidak berpaling. Ia mempertahankan kesetiaannya pada Kara. Hanya satu kesalahan dan itu menghancurkan semua.
"Baik, aku tidak akan menyentuhmu. Kita tidur saja, ya," kata Elno.
Kara meletakan satu guling di tengah. Ia memperbaiki pakaian, lalu merebahkan kepala di bantal. Kara menarik selimut sampai batas leher, lalu memejamkan mata.
Elno mengembuskan napas panjang. Ia turun dari tempat tidur, lalu berjalan ke kamar mandi. Ia harus menenangkan diri. Bisa saja Elno turun ke bawah untuk minta dilayani oleh Sari. Tapi ia tidak akan melakukan hal itu.
...****************...
Pagi hari Kara membantu Elno menyiapkan pakaian kerja. Ia harus melakukannya. Setelah dipikir-pikir rasanya tidak baik perang dingin kepada Elno.
Di satu sisi, Sari begitu telaten merawat Elno dan sisi lain Kara malah menabuh genderangan perang. Jika sikapnya terus-terusan seperti ini, maka Elno jelas akan berpaling. Pria akan lebih menyukai wanita yang membuatnya nyaman.
Saat ini Kara hanya ingin Sari keluar dari hidup Elno. Kara ingin mengambil semua yang telah wanita itu dapatkan. Jahat? Kara tidak peduli. Yang jelas, apa yang menjadi miliknya dari awal, maka Kara akan mengambilnya.
"Pilihan yang bagus," ucap Elno ketika ia memandang dasi yang melekat di kerah kemeja.
Kara memilihkan warna dasi bermotif biru dan putih yang dipasangkan dengan kemeja biru navy. Kara diam saja ketika sang suami memuji pilihannya itu. Menurutnya itu biasa saja.
"Sayang, malam ini kita ke rumah mama. Sekalian kita makan di luar," kata Elno.
"Hanya kita berdua?" tanya Kara.
Elno mengangguk. "Iya. Kita pergi jalan-jalan sekalian."
"Iya, aku akan siap-siap nanti."
Keduanya keluar kamar. Kara mengalungkan tangan ke lengan Elno. Bersama menuruni anak tangga menuju ruang makan. Finola dan Sari sudah bangun. Kara melepaskan gandengannya ketika Elno meraih Finola di atas tempat duduknya.
"Sayang Papa." Elno mengecup kedua pipi putrinya. Ia mendekatkan Finola pada Kara. "Ini Mama Kara," ucap Elno memperkenalkan. "Kamu mau gendong?"
Kara mengangguk, lalu meraih Finola dari tangan suaminya. Kara mengecup pipi putri dari Sari itu. Elno memeluk Kara dari belakang. Dagunya bertumpu di atas pundak sang istri. Sembari menimang Kara, Elno juga bisa berdekatan pada istrinya. Jika Kara mengecup pipi Finola, maka Elno mengecup pipi istrinya.
Sari berdeham. "Kalian akan bermesraan saja? Sarapan sudah siap."
Kara menyerahkan Finola kepada pengasuhnya. Elno merangkul Kara menuju ruang makan. Sari melipat tangan di perut. Pandangannya tidak lepas dari keduanya. Sialnya, Kara diam saja ketika Elno menyentuhnya.
Kenapa dia cepat sekali berubah? Bukannya masih marah pada Elno? Kara sama sekali tidak peduli perasaanku. Dia pasti sengaja memperlihatkan kemesraannya bersama Elno, batin Sari.
Sari tidak mau kalah. Ia berjalan mendekat dan menggandeng tangan Elno sebelahnya. Jika keadilan yang dibicarakan, maka Sari juga berhak.
Elno melepaskan diri dari keduanya. Ia tidak ingin berjalan bertiga bersama. Lebih baik begitu daripada kedua istrinya saling iri.
"Jadi, kamu sudah tidur dengan Elno?" celetuk Sari.
Kara menelengkan kepala memandang Sari. "Perlu bukti? Kamu tidak buta untuk melihatnya sendiri, kan? Sudah terpampang jelas seni yang diciptakan oleh suamiku."
"Aku kira kamu akan memilih bercerai dari Elno. Bukannya kamu tidak menerima pernikahan ini? Sekarang buktinya apa?" Sari tersenyum sinis ketika mengucapkannya.
Kara tersenyum. "Kita lihat saja. Yang jelas, aku akan mendepakmu dulu dari hidup Elno."
Kara berlalu setelah mengatakan hal itu kepada madunya. Sebenarnya Sari sangat diuntungkan dalam pertikaian antara Elno dan Kara. Jika salah satunya tidak ada yang bertahan, maka Sari yang diuntungkan di sini. Elno akan tetap menjadi miliknya.
Ternyata kamu mengharapkan perceraian kami. Elno sukses dan kamu ingin terima jadinya saja. Aku tidak akan membiarkan itu, batin Kara.
Bersambung
penuh makna
banyak pelajaran hidup yang bisa diambil dari cerita ini.
sampai termehek-mehek bacanya
😭😭😭😭🥰🥰🥰
ya Tuhan.
sakitnya