NovelToon NovelToon
XAVIER BLOOD (I Was Trash)

XAVIER BLOOD (I Was Trash)

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Aliansi Pernikahan / Barat
Popularitas:15.2k
Nilai: 5
Nama Author: Eka Magisna

--Balas dendam terbaik adalah dengan menjadi pemenang sejati--

Setelah dicampakkan ayahnya dan diputus status sebagai Tuan Muda saat usia delapan tahun karena kutukan, Xavier bangkit sebagai sisi yang berbeda setelah dewasa. Mengusung nama besar Blood dengan menjadi panglima perang sejati dan pebisnis andal di kekaisaran.

Namun ... pada akhir dia tetaplah sampah!

---Ekslusif di NOVELTOON---

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Magisna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ɛpɪsoʊd 26

Bunyi berisik siraman air terdengar dari dalam bilik mandi kamar Xavier.

Ada apa dengan dirinya, Xavier tentu tahu. Meski tak pernah melakukan praktek dan hanya baru mempelajari materi saat di perguruan tinggi, dia bisa merasakan itu sangatlah gila.

Rasanya membakar.

“Aku tak berniat seperti ini! Tolong kau percaya padaku! Tanganku bergerak begitu saja!”

Kalimat terakhir Aegle sebelum akhirnya melarikan diri terbirit-birit.

Mengingat itu, Xavier berdecak, “Ck! Bergerak sendiri katanya?”

Itu terdengar skeptis. Bagaimana bisa bergerak sendiri?

Dewa mana yang begitu cabulL sampai pengobatan saja harus ada hal yang digerakkan pada hal konyol seperti itu?

Atau Aegle sendiri yang otaknya terlalu mesum?

“Bodoh!”

Setelah tubuhnya bereaksi, wanita itu melarikan diri. Jadi kucuran air terpaksa bertanggung jawab atas Xavier yang testosteron-nya kepalang panas. Meski Ashiana bisa kapan saja digarap, tapi itu seperti kejahatan seksual pada anak-anak. Wanita itu mungkin akan menjerit seperti disundut api batang hidungnya.

“Padahal aku bisa kabulkan jika dia memang sangat menginginkannya.”

Apakah itu terdengar bagus?

Entah!

Memiliki istri yang tak bisa digauli sepuas hati memang membuat sulit, tapi memuaskan diri dengan pasangan yang tak sepantasnya juga bukan tindakan lurus.

Menjadi dewasa dengan tubuh sehat, entah kenapa malah terasa menyiksa, atau terdengar seperti olokan para player yang bisa dengan bebas mencoba semua lubang.

Xavier miris dengan dirinya sendiri.

“Apa aku harus seperti mereka?”

Sayangnya, jari-jari tangan Aegle memang membuat gila. Lembut dan menghanyutkan. Lagi-lagi pikirannya lari ke sana.

“Sekarang aku persis pria murahan.”

Walau bagaimana pun Xavier seorang [anggap saja] publik figur. Setiap laku lampahnya pasti akan disorot. Dia tidak mau dianggap pria sembrono.

“Aku tak boleh terburu nafsu dan menggadaikan kualitasku. Semua harus jelas lebih dulu, baru aku bisa bertindak yang semestinya.”

Meski suhu udara dalam keadaan sangat dingin, Xavier tidak terusik. Berkucur diri di bawah terjunan air sembari berdiri, setidaknya sampai rasa membakar dan penuh tuntutan itu hilang dalam dirinya.

Setelah beberapa saat, akhirnya dia keluar kamar dengan kimono mandi berwarna biru setengah tua sebatas lutut.

Kini dia penasaran tentang hal penting. Cermin panjang di sudut ruang segera dihampirinya dan berkaca diri di sana.

Ingin melihat pantulan bayangnya setelah proses gila yang terjadi di penghujung pagi ini.

Perlahan, tali handuk kimono di depan perut dilepas simpulnya, lalu membuka pakaian itu sekali tarikan.

Sekarang dia telanjang.

Wajah yang basah karena tetesan air dari rambutnya nampak menguar senyum.

“Aku tidak percaya ini,” gumamnya, terharu sendiri.

“Kutukan sialan itu ... sungguh menghilang dari tubuhku.”

Seluruh tubuh yang dulu ungu menghitam dengan corak aneh itu kini putih mulus dan bersih. Bahkan luka-luka hadiah peperangan pun ikut menghilang.

“Luar biasa.” Tak henti rasa takjubnya.

Meski belum sempurna, masih ada di bagian betis yang samar ungu, tapi Xavier sudah sangat merasa puas.

“Aku akan mengabulkan apa pun yang dia inginkan.” Untuk Aegle yang luar biasa.

Orang pertama yang ingin ditemuinya pertama kali setelah kutukannya melebur, tentu adalah istrinya.

Pagi setelah matahari kembali menaiki tahta dengan penuh congkak, Xavier sudah rapi dengan setelan formal-nya seperti biasa.

Ada rasa ragu untuk masuk. Saat ini dia berdiri tepat di depan pintu kamar Ashiana.

Dan keraguan itu terjawab dengan kemunculan Luhde.

“Tuan Putri sedang berjalan-jalan di taman, Tuan Muda.”

Pemberitahuan itu melempar pandangan Xavier pada lelaki itu. “Benarkah? Sepagi ini?”

“Ya, Tuan Muda. Sepertinya beliau memiliki mood berbeda hari ini.”

Xavier diam sesaat, kemudian mengangguk. “Baiklah.”

“Apa Anda akan ke sana?”

“Tidak!” Xavier mulai berjalan meninggalkan pintu. “Kita mulai saja pekerjaan kita.”

“Baik, Tuan Muda." Luhde mengikuti dari belakang. Di sela langkah menuju ruang kerja dia bertanya, “Sepertinya penyembuhan kutukan Anda sangat berhasil. Saya tidak mencium apa pun lagi dari tubuh Anda selain wangi dari parfum Britis yang saya belikan.”

Menyikapi itu, Xavier tersenyum. “Kau benar, Luhde. Aegle melakukannya dengan sangat baik.”

“Saya turut berbahagia.”

Lebih dari kata itu sendiri, Luhde merasakan kebahagiaan itu terasa penuh memenuhi ruang dalam dadanya. Bagaimana tidak, semua usaha yang dilakukannya selama belasan tahun terbayar begitu saja oleh seorang ahli sihir yang tak sengaja ditemukan Xavier sendiri di tepian jalan. Menakjubkan saja tidak cukup, bukan? Mungkin dia harus mengundang Zeus dan Amor makan malam di taman belakang.

Kedengarannya bagus.

Sangat bagus sampai terdengar seperti penyair yang berubah menjadi pelawak.

“Terima kasih, Luhde.”

Hanya runduk hormat yang digerakkan Luhde. Rasanya sulit berkata panjang untuk melengkapi ekspresi senangnya yang tak terkira.

Keduanya sampai di ruang kerja.

“Bagaimana kelengkapan bahan? Ada kendala?" Xavier bertanya seiring kursi didudukinya.

Luhde mengisi kursi di hadapannya, tersekat meja. Sebuah dokumen yang baru saja diambilnya dari meja lain mulai disibak-sibak. “Kayu-kayu dan besi akan dikirim siang ini. Kemarin bebatuan dan bata telah sampai. Tuan besar mengirim ahli terbaik dari kenalannya. Pembangunan mungkin akan mulai dikerjakan beberapa pekan dari sekarang.”

Xavier manggut, paham dan tak melontar rasa keberatan apa pun. Jika Homer Blood turun tangan meski hanya membantu rekomendasi para ahli saja, sudah pasti akan berjalan baik.

“Lalu para penduduk? Apa sudah terkumpul?” tanya Xavier lagi.

“Sudah, Tuan Muda,” jawab Luhde. “Total jumlah mereka sekitar dua ratus orang.”

“Hanya dua ratus?" Kening Xavier berkerut tebal.

Luhde menarik napas, membetulkan kacamatanya, lalu mengungkap, “Sebagian dari mereka meninggal dunia, Tuan Muda. Kelaparan, penyiksaan jalanan, sampai penyakit dari udara yang tak bersahabat.”

Mata Xavier berkilat memantulkan cahaya menusuk, ekspresinya jelas dalam mode marah, juga sangat menyayangkan. “Tolong jaga mereka yang tersisa. Berikan makanan dan kebutuhan lain yang paling layak. Aku tidak mau dengar lagi ada keburukan menimpa mereka.”

“Baik, Tuan Muda," tanggap Luhde. Dokumen ditutupnya, lalu melengak ke wajah Xavier dan bertanya, “Kapan kira waktunya Anda akan ke Grim Hills untuk meninjau secara langsung?”

Satu helai kertas yang ditatap sembari ditandatangani, dicampakkan Xavier. Pena dalam jepitan jari ditaruhnya di atas kertas yang sama. Tatapan matanya kini datar, ada raut bermakna yang sulit ditebak. “Ada sesuatu penting yang harus kuurus lebih dulu. Kesempatannya hanya tinggal sekali. Aku akan fokus ke sana dulu.”

Pengungkapan itu menarik kening Luhde jadi mengernyit. “Maaf, kalau boleh tahu, urusan apakah itu, Tuan Muda?”

Mata tajam Xavier terlempar ke wajah Luhde yang penasaran. “Aku belum bisa mengatakannya,” katanya. “Setelah usai dan jelas, akan aku beritahukan.”

Luhde mengangguk sekali dan lemah. “Baik, Tuan Muda.” Terheran saja, Luhde merasa ada yang aneh. Tidak biasanya Xavier menyembunyikan sesuatu darinya.

 Keterbukaan yang dijalani selama ini memang hanya terkait perang, bisnis, pekerjaan, juga keperluan pribadi yang hanya berupa pakaian dan sejenisnya. Jadi jika ada apa pun yang bertentangan, maka Xavier memiliki masalah pribadi terkait ... mungkin hati.

Memang, sesuai penilaian Luhde yang sering digosipkannya berdua bersama Proka, setelah Xavier menikah .... “Tuan Muda seperti menjadi orang yang berbeda.”

Lebih terbuka, sering menunjukkan senyuman tulus yang selama ini tak pernah Xavier perlihatkan sama sekali pada siapa pun. Hidupnya seperti berada dalam wadah yang berisi kesuraman tanpa batas. Tapi itu melebur setelah Ashiana hadir dalam hidupnya.

“Jika itu karena pernikahan, maka mendapat istri seorang Putri Ashiana yang sedemikian ... bukanlah hal yang merugikan. Semoga Anda selalu berbahagia, Tuan Muda.”

1
Wan Trado
pembaca melotot
konyonyod an-club
mantap
Wan Trado
bawa saja asrahan dan claudine ke grim hills untuk menyusun kekuatan baru
Wan Trado
ditemukan putra mahkota yaa... bisa jadi sekutunya xavier nihh.. 😁
Wan Trado
author yg baik, sekedar saran nihh.. jangan terlalu terjebak dalam penggunaan ataupun perang sihir, walaupun dizaman itu adalah lumrah terjadi.. karena author yg biasanya ahli dalam taktik dan strategi akan sedikit ternoda.. 🙏
Wan Trado: baiklah, aku percaya kamu punya wawasan dan integritas yg mumpuni.. 👍😍👍 tidak akan mengecewakan.. 😁
ⱮαLєƒι¢єηт: 𝐀𝐢𝐠𝐨𝐨𝐨𝐨!
𝐀𝐤𝐮 𝐬𝐞𝐦𝐚𝐤𝐢𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐠𝐮𝐦𝐢𝐦𝐮, 𝐊𝐚𝐤..😚
𝐃𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐤𝐞𝐣𝐚𝐩 𝐚𝐤𝐮 𝐦𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐮𝐛𝐚𝐡 𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐩𝐞𝐧𝐲𝐢𝐡𝐢𝐫🤣
𝐁𝐮𝐭 𝐭𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐣𝐚, 𝐊𝐚𝐤. 𝐛𝐮𝐤𝐮 𝐢𝐧𝐢 𝐬𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐭𝐞𝐫𝐞𝐧𝐜𝐚𝐧𝐚 𝐚𝐥𝐮𝐫𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐚𝐢 𝐭𝐚𝐦𝐚𝐭. 𝐬𝐢𝐡𝐢𝐫 𝐝𝐢 𝐬𝐢𝐧𝐢 𝐜𝐮𝐦𝐚 𝐜𝐨𝐫𝐞𝐭𝐚𝐧 𝐤𝐚𝐬𝐚𝐫 𝐲𝐠 𝐠𝐤 𝐩𝐞𝐫𝐥𝐮 𝐝𝐢𝐫𝐢𝐬𝐚𝐮. 𝐤𝐚𝐫𝐧𝐚 𝐬𝐞𝐬𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮𝐡𝐧𝐲𝐚 𝐚𝐤𝐮 𝐩𝐮𝐧 𝐭𝐚𝐤 𝐬𝐮𝐤𝐚 𝐲𝐠 𝐝𝐢 𝐥𝐮𝐚𝐫 𝐧𝐮𝐫𝐮𝐥🤣
total 2 replies
Was pray
mantap ..bibit unggul akhirnya muncul ..👍
Wan Trado
hasil kerja kerasnya mereka berhasil.. selamat ya thorr.. @ⱮαLєƒι¢єηт dah ada calon cucunya.. 😅
Wan Trado
belajar ngilmu dimana thorr.. bisa diturunkan kepada xavier.. 😁
Wan Trado: hidup itu memang merupakan pilihan dan pelatihan
Wan Trado: jiaahhh... kelakuan yaa... 😅
total 5 replies
Was pray
nah betulkan tebakanku? ratu arwena minta agar xavier mau jadi raja mendampinginya...ratu arwena terpesona sama xavier yg tenang bagai air
ⱮαLєƒι¢єηт: Iya iya, aku tau Kakak cenayang.😌

🤣
total 1 replies
Was pray
boleh kapten tapi dengan syarat kamu mau menjadi raja mendampingi ratu arwen ...😆😆😆
Was pray: oke👍👍
Nikma: Permisi kakak Author ...

Halo kak reader, kalau berkenan boleh mampir karya aku juga yaa 'Kesayangan Tuan Sempurna' ..
Terima kasih😊🙏
total 2 replies
Wan Trado
boleh saja dengan syarat-syarat tertentu..
Wan Trado: hehehe, boleh boleh boleh... ambil semaunya dan semampunya.. 🥰
ⱮαLєƒι¢єηт: Jum'at berkah, gratisin lah🤣
total 2 replies
Wan Trado
luhde n daphne
Wan Trado: intrik biasa terjadi apalagi dalam sistem kerajaan, pengkhianatan orang-orang yang dipercaya, hubungan percintaan terlarang, dsbnya.. dan bisa juga bantuan luarbiasa secara diam-diam ataupun terbuka dari orang-orang yg biasa saja atau terlihat lemah..
Wan Trado: intrik biasa terjadi apalagi dalam sistem kerajaan, pengkhianatan orang-orang yang dipercaya, hubungan percintaan terlarang, dsbnya.. dan bisa juga bantuan luarbiasa secara diam-diam ataupun terbuka dari orang-orang yg biasa saja atau terlihat lemah..
total 5 replies
Wan Trado
fantasi yg memabukkan memang menuntut penuntasan total
Wan Trado: wahh jangan ditanya.. berasap tuh ubun-ubun nya menahan ketegangan 🤣🤣🤣
ⱮαLєƒι¢єηт: Kalo nanggung kalang kabut dong pasti🤣
total 2 replies
Oe Din
Apa itu jalanan mupeng ?
Oe Din: Jalan berlubang ya ....
Jerawatnya segede apa itu, kalau lubangnya bisa buat kebo berendam...
😅😅😅
ⱮαLєƒι¢єηт: Bekas bekas jerawat gitu, Kak🤣
total 2 replies
Oe Din
Buat anak sebanyak yang kau mau, Putri Asha...!!!
😍😍😍
Oe Din
Nanti saja sekalian ( titik titik )
😘😘😘🔞🔞🔞
Wan Trado
11 anak biar bisa buat kesebelasan
ⱮαLєƒι¢єηт: Keepernya tetiba mules. jadi sepuluh dulu🤣
total 1 replies
Wan Trado
ungkapan yang dapat dicerna dgn mudah tapi mengena.. 👍
Wan Trado
jangan terlalu percaya dengan air yang terlihat tenang dipermukaan, hati-hati xavier akan para penjilat dan pengkhianatan
Wan Trado
Hari-hari pembalasan siap dimulai
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!