Alika Khumairoh gadis berjilbab nan tangguh yang berubah menjadi gadis diam seribu bahasa karena kecelakaan yang menimpa adiknya. Kesedihan yang mendalam ia rasakan ketika adik satu-satunya terbaring koma karena kecelakaan tersebut.
Dan ketika dia harus bertemu dengan Farel Adiputra Wijaya, manusia menyebalkan menurut Alika.
Farel sendiri adalah putra dari pemilik perusahaan Wijaya Group.
Kehidupan mereka yang berubah drastis karena sifat di antara keduanya yang bertolak belakang.
Sampai akhirnya mereka memulai untuk melakukan kerjasama di perusahaan ayah Farel agar mengetahui siapa dalang di balik runtuhnya perusahaan Wijaya Group.
Akankah mereka dapat memahami satu sama lain?
Dan bisakah keduanya mengungkap siapa yang berkhianat pada perusahaan Wijaya Group?
IG : miena_checil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kunjungan ke Lapas
Hari minggu pukul tujuh pagi, lapas beroperasi seperti biasanya. Terlihat beberapa para napi sedang menjalankan sebagai tahanan yang baik.
Mengingat pesan dari petinggi lapas jika berkelakuan baik maka masa tahanan mu akan di kurangi sesuai perilaku mu. Begitulah janji beliau.
Pak Andi sudah hampir tiga minggu berada disini, di tempat yang menurutnya mengerikan. Dia tidak pernah membayangkan kalau dirinya akan berakhir di tempat seperti ini.
Sampai saat ini tak ada satupun keluarga yang menjenguk dirinya, bahkan istrinya sekalipun. Entah marah atau mereka malu karena Pak Andi yang sudah puluhan tahun mengabdikan jasanya di Wijaya Group malah berakhir mendekam di balik jeruji besi.
Pak Andi juga tidak pernah mengeluh apapun karena dia tau pasti orang yang telah membayarnya menjaga keluarganya dengan baik.
Hasil tuntunan Pak Herlambang memang tidak main-main, beliau sudah mempercayakan uang perusahaan kepada dirinya namun dengan teganya dia malah menusuk atasannya dari belakang.
Memanipulasi rekapan palsu tentang keuangan perusahaan. Mengkambing hitamkan atasannya agar semua karyawan dan masyarakat menghujatnya. Demi orang yang membayarnya menduduki jabatan tertinggi di Perusahaan Wijaya Group.
Dia memang melakukan itu dengan iming-iming uang yang tidak sedikit. Namun kejahatannya malah menggiringnya ke dalam sel tahanan.
Aku pasti bisa menjalani semua ini, masa tahanan dua tahun tidak akan membuatku patah semangat. Aku hanya harus bersabar sedikit lagi. Pak Hendra pasti akan membantuku keluar dari sini. Aku juga tau kalau beliau pasti sudah menjaga keluargaku dengan baik. Batin Pak Andi yang saat ini tengah menjemur pakaiannya.
Hidup berat di jeruji besi tidak ia rasakan karena dirinya memang benar-benar tipe orang yang setia kepada orang yang telah menyuruhnya membuat rekapan palsu keuangan perusahaan.
Waktu sangat cepat berlalu, kini mentari sudah berada di puncak langit. Teriknya sang matahari tidak membuat para penghuni lapas bersantai ria. Setelah sebagian narapidana telah menunaikan sholat dhuhur mereka lantas mengambil makan siang yang telah disiapkan, namun ada juga langsung mengambil pekerjaan yang tersedia disana.
Pekerjaan yang memang di peruntukkan kepada penghuni lapas ini sangat bermacam-macam. Ada yang membuat sandal, menjahit pakaian ada juga yang menabur benih cabai di lahan yang berukuran kecil.
Sesekali terdengar lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an dari pesantren lapas. Hal ini merupakan hal positif yang jarang di temui. Banyak masyarakat yang mengira bahwa Lapas hanya kumpulan orang-orang yang jahat yang mendekam di penjara karena mereka melakukan kejahatan.
"Tahanan 1012," teriak sipir lapas tempat Pak Andi mendekam di balik jeruji besi.
Pak Andi yang tadinya sedang fokus menanam benih cabai, fokusnya teralihkan kepada sipir yang menjaga Lapas tersebut. Mendengar nomor pakaian yang di kenakan saat ini di panggil. Seketika itu Pak Andi langsung berdiri dan berjalan setengah berlari ke arah sipir tersebut. "Iya, saya Pak?" tanya Pak Andi yang sudah berdiri di hadapan sipir itu.
"Ada seseorang yang mengunjungimu," jawab sang sipir dan langsung berbalik badan melangkah ke depan.
Raut wajah Pak Andi sudah merasa senang ketika ada seseorang yang mengunjunginya. "Jika bukan istriku pasti Pak Hendra yang saat ini berada disini," gumamnya sambil berjalan di belakang mengikuti sipir yang tadi memanggilnya.
Dalam setiap langkah ke ruang tunggu Pak Andi tak henti-hentinya mengembangkan senyuman. Sudah tiga minggu ini dia tidak pernah melihat seseorang yang dekat dengannya datang mengunjunginya.
Namun saat tiba di ruang tunggu tiba-tiba senyuman yang tadi menghiasi wajahnya luntur seketika, saat dia tau siapa yang ada di depannya saat ini.
"Waktu kalian hanya dua puluh menit," kata sang sipir lalu keluar meninggalkan kedua manusia itu di ruang tunggu.
Pak Andi hanya mematung di tempatnya berdiri, menatap kesal pada orang yang ada di depannya saat ini.
"Assalamualaikum Pak Andi," kata Alika seraya berdiri dari duduknya.
Sedangkan Pak Andi hanya tersenyum kecut mendengar salam dari Alika. "Mau apa kau kemari?" tanyanya yang masih setia berdiri.
Alika hanya tersenyum mendengar kata-kata dari Pak Andi. "Jawablah salam saya Pak Andi," katanya lembut.
Pak Andi lantas tertawa "Sudah cukup kau berbasa-basi, kau yang menjebloskan ku dalam penjara ini tapi kenapa kau kemari?" kata Pak Andi yang saat ini sudah berdiri di depan Alika menaruh tangannya di atas meja untuk menopang badannya.
Alika kembali tersenyum. "Duduklah!" perintah Alika seraya dirinya juga duduk di bangku yang tadi dia singgahi.
Pak Andi menatap geram Alika lalu sesaat dia juga duduk di kursi depan Alika. Hanya meja yang menjadi pembatas keduanya. "Cepat katakan ada maksud apa kau kemari, aku tidak punya waktu untuk meladeni mu," kata Pak Andi acuh dengan kedatangan Alika.
"Saya ingin membuat penawaran dengan anda," kata Alika yang di tanggapi kerutan dahi oleh Pak Andi. "Anda bisa bebas dari penjara ini tapi dengan satu syarat."
Pak Andi seperti tergiur dengan kata-kata Alika. "Syarat apa?" tanyanya cepat.
"Anda harus bersaksi bahwa anda bukanlah satu-satunya orang yang mengkhianati perusahaan. Anda juga harus mengatakan yang sebenarnya kepada hakim bahwa Pak Hendra juga sedang berencana menjatuhkan Perusahaan Wijaya Group," jelas penawaran Alika.
Pak Andi hanya menganga tidak percaya dengan penawaran Alika, sampai saat ini dia bahkan masih tetap setia kepada Pak Hendra. "Apa kau sudah gila? Kenapa kau berpikir bahwa aku akan setuju dengan ide mu itu?" Pak Andi sesekali tersenyum kecut pada Alika lalu dia menaruh tangannya di depan dadanya, bersedekap dan menatap Alika dengan tatapan intimidasi. "Dengarkan aku, jika kau datang kesini hanya untuk membuat penawaran tidak penting seperti itu maka aku sarankan jangan pernah sekalipun kembali kesini karena aku akan tetap pada pendirian ku. Aku akan tetap membela Pak Hendra sampai kapanpun."
"Jadi saat ini Anda lebih mementingkan Pak Hendra daripada keluarga Anda sendiri?" tanya Alika.
Seketika Pak Andi terdiam mendengar kalimat yang keluar dari mulut Alika. "Apa sekarang kau sedang mangancamku dengan menggunakan nama keluarga ku?" tanya Pak Andi geram.
Alika tersenyum lembut. "Kenapa Anda berpikir begitu? Bukankah penawaran saya sangat bagus? Keluarga Anda membutuhkan Anda saat ini. Jika Anda benar-benar menyayangi keluarga Anda maka Anda akan mengatakan yang sebenarnya pada hakim tanpa harus berlama-lama disini," jelas Alika.
Pak Andi hanya diam seribu bahasa mendengar kalimat Alika. Dia memang menyayangi keluarganya tapi jika dia mengatakan yang sebenarnya maka Pak Hendra yang akan mendekam di penjara. "Pak Hendra sudah berjanji akan menjaga keluarga ku. Jadi jangan lagi menghasut ku dengan datang kemari, lebih baik kau pergi sekarang juga," kata Pak Andi yang masih membela Pak Hendra. Sesaat itu pula sipir yang tadi mengantarkan Pak Andi untuk menemui Alika kembali masuk di ruang itu.
"Jam besuk sudah habis," kata sang sipir.
Pak Andi hanya menatap Alika lalu berdiri dan berbalik dan melangkah pergi.
"Tunggu!" kata Alika.
Sesaat Pak Andi menghentikan langkahnya lalu berbalik ke arah Alika.
Alika menatap Pak Andi penuh makna. "Jangan lupa untuk sholat," kata Alika lalu dia berdiri. "Semoga Anda sehat selalu, Assalamualaikum..." tanpa mendengar jawaban dari Pak Andi, Alika melangkah keluar dari pintu yang berbeda.
Pak Andi masih diam berdiri di tempatnya tidak bergerak sedikit pun, mendengar akhir kalimat dari mulut Alika.
Alika yang sangat dia benci karena dengan kehadiran Alika dirinya masuk ke dalam sel penjara. Mendengar agar dirinya untuk tetap menjaga kesehatan dan tidak lupa untuk sholat membuat jantung Pak Andi berdetak dua kali lebih cepat. Pria yang sudah berusia hampir lima puluh tahun itu saat ini berdiri dengan mata berkaca-kaca.
Bersambung
secara ga langsung, ia mengungkapkan cinta buat Alika🤭
.