Feng Yan seorang pemuda yang tadinya di anggap jenius telah membangkitkan jiwa beladiri berupa manik hijau misterius yang tidak pernah di kenali dan tidak memiliki tingkatan kualitas sehingga semua orang mulai memandang rendah dirinya. dari yang tadi jenius yang di puja kini berubah menjadi sampah yang di pandang rendah.
tahun demi tahun berlalu. Feng Yang tidak pernah berputus asa hingga suatu hari dia kembali dengan kekuatan yang luar biasa. dia bangkit dengan kekuatan yang menggemparkan Dunia.
ikuti terus perjalanan Feng Yan untuk menjadi yang terkuat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9. Amarah Feng Yan.
Bab 9. Amarah Feng Yan.
HUTAN SENYAP
Lima bulan telah berlalu sejak Feng Yan pertama kali mulai berlatih teknik teleportasi yang rumit, berusaha menguasai hukum ruang dan waktu. Dalam hutan yang sunyi ini, dia tak henti-hentinya berusaha, berlatih dengan penuh dedikasi dan keinginan yang membara.
WUSH! WUSH! WUSH!
Di tengah Hutan Senyap, tubuh Feng Yan melesat dari satu titik ke titik lain, bergerak sejauh dua meter setiap kali. Namun, batasnya hanya lima kali sebelum energi di dalam tubuhnya terkuras habis. Keringat membasahi wajahnya, napasnya memburu, dan dia terpaksa berhenti sejenak, menatap tanah dengan pandangan tajam.
“Kenapa ini tidak berhasil?” gumamnya, merasa frustasi. Pemuda berusia 12 tahun ini menyadari bahwa teknik ini lebih dari sekadar perpindahan fisik, ini tentang pemahaman mendalam tentang dimensi dan aliran temporal yang menyatukan dunia di sekitarnya.
Setelah berlatih tanpa henti, Feng Yan mulai merasakan sesuatu yang berbeda. Setiap kali ia bergerak, perpindahannya terasa lebih halus, seolah ia mulai menyatu dengan ruang di sekitarnya. Di tengah kelelahan yang menggerogoti tubuhnya, pencerahan perlahan muncul dalam benaknya.
“Kecepatan…” bisiknya pelan, menyadari bahwa kecepatan sangat erat kaitannya dengan penguasaan hukum ruang dan waktu. Dia memahami bahwa bukan hanya seberapa cepat dia berpindah, tetapi juga seberapa efektif dia menyelaraskan kecepatannya dengan perubahan ruang.
“Jika aku bisa meningkatkan kecepatanku,” pikirnya, “maka ruang di sekitarku akan lebih mudah dikuasai.”
Semangat baru mengalir dalam dirinya. Feng Yan kembali bersiap, kali ini lebih fokus pada kecepatan daripada hanya sekadar energi. Saat dia mulai melesat lagi, tubuhnya seolah menyatu dengan ruang, setiap perpindahan terasa lebih lancar, lebih efisien.
“Ruangan ini… bergerak bersamaku,” bisiknya, merasa semakin memahami hubungan antara kecepatan, jarak, dan waktu. Dia telah menemukan kunci penting untuk membuka potensi penuh teknik ini.
Namun, muncul masalah baru. Bergerak dengan kecepatan tinggi ternyata membutuhkan energi ekstra yang sangat besar. Setiap kali Feng Yan mencoba meningkatkan kecepatannya, tubuhnya terasa semakin berat, dan energi di dalam dirinya terkuras lebih cepat dari sebelumnya. Lima kali perpindahan yang biasanya bisa dia lakukan kini hanya mampu dicapainya tiga kali sebelum terpaksa berhenti, tubuhnya lemas dan dadanya sesak.
"Kecepatan memang kunci untuk menguasai hukum ruang," gumamnya, terengah-engah. "Tapi energi yang dibutuhkan… jauh lebih besar dari yang aku perkirakan."
Frustrasi melanda, namun tidak memadamkan tekadnya. Dia tahu bahwa untuk benar-benar menguasai teknik ini, ia perlu meningkatkan daya tahan tubuhnya dan mengembangkan cara yang lebih efisien untuk memanfaatkan energi.
“Kalau tidak, teknik ini tidak akan pernah sempurna,” kata Feng Yan, bangkit kembali dengan tekad baru. Dia bertekad tidak hanya untuk mempercepat dirinya tetapi juga untuk memperkuat tubuh dan kontrol energi yang dimilikinya.
Kemudian, dia teringat pada Zirah Giok Hijau yang telah menjadi bagian dari dirinya. Dalam sekejap, Zirah itu muncul dan menyelimuti tubuhnya, memberikan sensasi hangat yang mendalam. Kini, kekuatan fisiknya meningkat pesat, dan dia mampu berpindah lebih dari lima kali berturut-turut. Setiap kali merasa lelah, manik hijau dalam dirinya bergetar halus, mengalirkan energi yang memulihkan kekuatan yang hilang, mengembalikan Feng Yan ke kondisi puncaknya.
Hari demi hari berlalu, dan setelah satu bulan penuh latihan intensif, Feng Yan merasakan kemajuan signifikan. Dia bisa menghilang dan muncul dari satu tempat ke tempat lainnya dengan jarak lima meter selama sepuluh kali berturut-turut.
Dia menemukan bahwa dia bisa mengubah bentuk Zirah Giok Hijau sesuka hatinya. Dalam sekejap, dia dapat menjadikannya sebagai baju tipis transparan yang tidak terlihat mencolok, memungkinkan Feng Yan untuk bergerak lebih bebas tanpa menarik perhatian. “Tidak masalah mengandalkan Zirah Giok Hijau,” pikirnya, tersenyum. “Ini juga bagian dari diriku sendiri.”
Dengan semangat baru, dia terus berlatih di tengah Hutan Senyap, semakin yakin akan jalan yang dia pilih. Setiap langkah yang dia ambil mendekatkannya kepada impian yang selama ini dia kejar.
Feng Yan tahu, meski jalannya masih panjang, dia telah menemukan kunci untuk menguasai teknik yang selama ini dianggap sulit. Dia tidak hanya berlatih untuk menguasai hukum ruang dan waktu, tetapi juga untuk menemukan potensi terbesarnya yang telah lama terpendam.
Dengan tekad yang membara dan pemahaman yang mendalam, Feng Yan melanjutkan latihannya. Di tengah keheningan Hutan Senyap, ia terus bergerak, semakin dekat dengan pemahaman tentang hukum alam semesta yang rumit namun memikat.
Empat bulan kembali berlalu sejak Feng Yan memulai perjalanan panjangnya dalam menguasai teknik teleportasi. Hutan Senyap, yang awalnya terasa menyesakkan, kini menjadi rumah kedua baginya.
Setiap sudut hutan tersebut menjadi saksi dari ketekunan dan semangatnya. Feng Yan merasa semakin ketagihan dengan kemajuan yang dicapainya. Ia yakin, jika ia bisa menguasai teknik teleportasi ini sepenuhnya, tidak ada batasan bagi jarak yang dapat ia tempuh dan jumlah perpindahan yang bisa ia lakukan.
Hari demi hari, Feng Yan melatih dirinya dengan penuh dedikasi. Dalam proses itu, ia mulai memahami lebih dalam tentang hukum ruang dan waktu. Dalam salah satu sesi latihannya, Feng Yan merasakan perubahan luar biasa,
Dia mampu menghentikan waktu selama dua detik. Sensasi ini memberi Feng Yan kekuatan baru, terutama dalam konteks pertempuran. Ia membayangkan bagaimana dua detik itu dapat mengubah segalanya, memberikan keuntungan strategis yang sangat berharga saat bertarung.
Kombinasi antara teknik teleportasi dan kemampuan untuk menghentikan waktu mulai membangkitkan kreativitas Feng Yan. Ia pun berani untuk bereksperimen.
Dalam pengembaraannya, ia mengambil pedang kematian yang selalu menemaninya—senjata yang tampak sederhana, terbuat dari kayu biasa, tetapi menyimpan kekuatan luar biasa berkat manik hijau yang tertanam di dalamnya.
Kombinasi campuran berbagai jenis racun yang diracik Feng Yan menjadikan pedang ini bukan hanya sekadar alat pemotong, tetapi juga senjata yang sangat mematikan dan menakutkan. Setiap tebasan pedang ini tidak hanya mampu merobek tubuh lawan, tetapi juga dapat mencabut nyawa mereka dengan cepat dan kejam, menjadikannya senjata pencabut nyawa yang mengerikan.
Dengan keahlian yang baru ditemukan, Feng Yan memfokuskan energinya ke dalam pedang. Ia menciptakan teknik baru yang ia sebut "Tebasan Void." Saat melakukan tebasan, tidak ada fluktuasi yang terlihat, tidak ada angin yang berdesir. Namun, di depan lawannya, ruang tampak terbelah tanpa peringatan. Lawan yang tidak siap itu langsung diselimuti oleh kekuatan pembusukan yang berasal dari tebasan tersebut. Dalam sekejap, lawannya hancur tanpa kesempatan untuk melawan atau bahkan bersiap.
Pagi yang cerah di Hutan Senyap, Feng Yan berdiri tegak, pedang kematian di tangannya, menyaksikan hasil dari upayanya. Ia merasa seperti dewa di antara manusia, bisa memanipulasi ruang dan waktu sesuai kehendaknya. Namun, ada sesuatu yang lebih mendalam yang muncul dalam dirinya: kesadaran akan tanggung jawab yang menyertai kekuatan besar.
"Setiap kekuatan membawa konsekuensi," Gumamnya. “Aku harus berhati-hati.”
Meski telah menemukan teknik baru yang mengagumkan, Feng Yan menyadari bahwa tidak semua orang akan melihat kekuatan itu sebagai sesuatu yang baik. Ia harus siap menghadapi risiko dan tantangan yang datang dengan kemampuan barunya. Dalam pikirannya, ia berjanji untuk menggunakan kekuatan ini hanya untuk melindungi orang-orang yang tidak bersalah dan membela keadilan.
Setelah sesi latihan yang melelahkan, Feng Yan memutuskan untuk beristirahat. Dia duduk di bawah pohon besar, mengamati langit yang membiru. Dalam ketenangan itu, pikiran-pikirannya melayang kepada Ayah dan saudara saudaranya, terutama Feng Xiao Lan. Bagaimana kabar gadis itu? Apakah dia baik baik saja. Sudah sekuat apa dia sekarang? Lalu dia teringat 3 saudaranya yang lain. Feng Tian, Feng Zhen dan Feng Chen. Apakah mereka memikirkannya dan mencemaskannya ? Fikiran fikiran seperti ini kadang selalu berkecamuk dalam kepalanya.
Tapi pergi meninggalkan rumah adalah keputusan yang dia ambil, jalan dia ambil untuk menjadi lebih kuat lagi.
"Aku akan membuktikan pada mereka semua jika aku bukanlah sosok yang tidak berguna. Dengan kerja kerasku aku akan membuktikan jika aku bisa bangkit dengan mengandalkan diriku sendiri. Aku akan melampaui batasanku. Melampaui ekspektasi dari mereka yang meremehkan aku. Ini bukan kesombongan. Tapi ini adalah kepercayaan diri. Ini adalah jalan dan hati beladiri ku yang tak akan pernah tergoyahkan.
Dengan pikiran itu, Feng Yan bangkit dan kembali berlatih. Kini, dia tidak hanya berlatih untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk membuktikan dirinya pada semua orang dan pada dunia.
Setiap tebasan, setiap teleportasi, dan setiap penguasaan ruang dan waktu menjadi langkah menuju sesuatu yang lebih besar—perjuangan untuk melindungi dan memberdayakan.
Dalam semangat baru ini, Feng Yan kembali ke jalur latihan. Dia tahu, tantangan yang lebih besar sedang menantinya. Tapi kali ini, ia tidak merasa sendirian. Di dalam hatinya, ada keyakinan bahwa setiap usaha dan setiap peluh yang jatuh akan membawa hasil yang sebanding, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk dunia yang lebih baik.
"Kecepatan, energi, dan pemahaman," bisiknya, "Aku akan menguasai semuanya. Hanya dengan cara ini aku bisa menjadi lebih kuat."
Dengan semangat yang berkobar, Feng Yan kembali berlatih di Hutan Senyap, bertekad untuk menemukan batasan baru dan menjadi sosok yang lebih kuat, lebih bijaksana, dan lebih siap menghadapi tantangan yang akan datang. Setiap tebasan dan setiap teleportasi adalah langkah menuju nasib yang lebih besar, dan dia tidak akan berhenti sampai semua impiannya terwujud.
Kali ini setelah menggabungkan 4 tehnik pedang kematian akhirnya tebasan pedangnya berevolusi ke tingkatan yang baru.
Berikut adalah empat teknik tebasan baru yang menggabungkan konsep ruang dan waktu dengan teknik-teknik yang telah ada:
1. Tebasan Bayangan Waktu.
Efek: Menghentikan waktu sejenak di area tertentu, menciptakan ilusi kegelapan yang membuat musuh tidak dapat bergerak. Musuh akan merasa terjebak dalam kegelapan tanpa arah, memungkinkan pengguna untuk menyerang dengan bebas.
2. Tebasan Racun Dimensi.
Efek:Mengalihkan racun ganas ke dimensi lain sebelum kembali ke musuh, melumpuhkan saraf dengan efek yang tidak terduga. Musuh akan merasakan efek racun seolah-olah berasal dari dalam tubuh mereka sendiri, membuat mereka bingung dan lemah.
3. Tebasan Api Qi Temporal.
Efek: Menggunakan energi Qi untuk membakar organ dalam musuh dengan efek waktu yang dipercepat. Musuh akan merasakan rasa sakit yang intens seolah-olah terbakar dalam waktu yang lebih lama, menyebabkan kerusakan yang lebih besar dalam waktu singkat.
4. Tebasan Pembusukan Ruang.
Efek: Menggabungkan pembusukan dengan manipulasi ruang, menciptakan area pembusukan di sekitar musuh. Musuh yang terperangkap dalam area ini akan merasakan tubuh mereka perlahan membusuk seolah-olah waktu bergerak lebih lambat, membuat mereka tidak berdaya.
Hari demi hari berlalu, hubungan Feng Yan dengan Raja Kera Tulang Besi semakin akrab. Selain berlatih bersama, Feng Yan juga diajak pergi ke tempat tinggal Raja Kera, yang berjarak sekitar 3 km dari gua tempatnya tinggal. Ketika tiba di pemukiman, Feng Yan baru menyadari bahwa Raja Kera Tulang Besi benar-benar seorang Raja. Dia adalah pemimpin kawanan Kera Tulang Besi, dan pemukiman itu dipenuhi oleh kera-kera yang kuat dan berkarakter.
Di sana, Feng Yan melihat berbagai macam kera, mulai dari yang tua hingga yang muda. Banyak di antara mereka adalah anak-anak, berlarian dan bermain dengan ceria, sementara yang dewasa bertugas menjaga dan melindungi komunitas mereka. Feng Yan merasa terpesona oleh kehidupan yang teratur dan harmonis di tempat itu. Dia mulai memahami bahwa monster tidak selalu buas dan jahat; mereka juga memiliki kehidupan yang layak, mirip dengan manusia. Beberapa kera berjaga malam, menjaga keamanan, sementara yang lain mengintai di balik pepohonan, waspada terhadap ancaman. Ada pula kera-kera yang khusus mencari buah-buahan, membawa hasil panen untuk semua.
Awalnya, para Kera Tulang Besi tidak begitu akrab dengan Feng Yan. Mereka memandangnya dengan curiga, mengingat kekalahan Raja Kera dalam pertarungan sebelumnya. Namun, saat Raja Kera menjelaskan bahwa dia kalah dari Feng Yan dan bahwa Feng Yan telah mengampuni nyawanya, suasana mulai berubah. Perlahan, mereka mulai menerima Feng Yan sebagai bagian dari komunitas mereka.
Feng Yan merasakan kehangatan dan penerimaan yang tulus. Kera-kera yang awalnya menjaga jarak kini mendekat, dan anak-anak kera dengan penuh semangat mengajaknya bermain. Tawa dan keriangan mereka membuat hati Feng Yan bergetar. Dia merasakan ikatan yang kuat terbentuk, seolah-olah dia telah menemukan keluarga baru di antara mereka.
Ketika dia bermain dengan anak-anak kera, Feng Yan merasa bahagia dan bebas. Dia menyadari bahwa meskipun mereka berbeda, ada banyak kesamaan yang menghubungkan mereka. Di tengah tawa dan keriuhan, dia merasakan kedamaian yang belum pernah dia alami sebelumnya. Dalam momen-momen itu, semua rasa takut dan kesepian yang pernah menggelayuti hatinya mulai pudar, digantikan dengan rasa percaya dan cinta yang tulus.
Dengan setiap detik yang berlalu, Feng Yan semakin yakin bahwa di tempat ini, di antara Kera Tulang Besi, dia telah menemukan tempatnya. Dia tidak hanya menjadi bagian dari komunitas, tetapi juga menemukan makna baru dalam hidupnya,persahabatan, penerimaan, dan cinta yang melampaui batasan yang ada.
Tiga hari berlalu, dan Feng Yan sedang berlatih teknik teleportasi di dekat air terjun yang indah. Tiba-tiba, suasana damai itu pecah ketika sepuluh kawanan Kera Tulang Besi muncul, dipimpin oleh Raja Kera Tulang Besi yang tampak berlumuran darah. Melihat kondisi Raja Kera yang terluka, Feng Yan terkejut dan khawatir. Namun, Raja Kera tidak memperdulikan lukanya; wajahnya menunjukkan ketegangan dan urgensi.
Raja Kera Tulang Besi segera menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi, gerakannya cepat dan penuh emosi. Dia menunjukkan tangan yang terluka dan mengarahkan telunjuknya ke arah Feng Yan, kemudian menunjuk ke belakang, di mana anak-anak kera tergeletak. Meski tidak ada kata yang terucap, rasa panik dan keputusasaan jelas terlihat di wajahnya.
Feng Yan mengikuti arah telunjuk Raja Kera dan segera melihat pemandangan yang membuat hatinya tercekat. Dua puluh anak kera tulang besi tergeletak di tanah, terluka parah, dengan darah mengalir dari tubuh kecil mereka. Beberapa dari mereka bahkan tidak bisa bergerak, dan Feng Yan merasakan campuran emosi yang mengerikan—kasihan, iba, dan kemarahan yang menyala-nyala dalam hatinya.
"Siapa yang melakukan ini?" pikirnya, amarahnya membara. Dia tidak bisa membayangkan betapa kejamnya orang yang bisa melukai makhluk tak berdaya seperti mereka. Setiap detik yang berlalu membuat rasa sakit dan ketidakadilan itu semakin dalam, dan Feng Yan menahan napas, berusaha menenangkan diri.
Dengan penuh tekad, Feng Yan mengalihkan fokusnya. Dia tahu dia harus bertindak cepat. Dia memusatkan energi dalam dirinya, memanggil lautan hijau yang ada di dalam jiwanya. Energi itu mengalir melalui tubuhnya, mengisi setiap sel dengan kekuatan penyembuhan. Dia merasakan kekuatan itu membesar, siap untuk menyelamatkan kehidupan yang terancam.
Dengan hati-hati, Feng Yan mendekati anak-anak kera yang terluka. Dia meletakkan tangan di atas mereka satu per satu, merasakan nafsu hidup yang berjuang di dalam diri mereka. Energi hijau mulai menyelimuti tubuh mereka, memulihkan luka-luka dan mengembalikan kekuatan mereka. Dalam sekejap, Feng Yan merasakan ikatan yang kuat terbentuk antara dirinya dan anak-anak kera, seolah-olah mereka saling berbagi harapan dan keberanian.
Satu per satu, anak-anak kera mulai membuka mata mereka. Feng Yan melihat cahaya kehidupan kembali bersinar di wajah mereka, dan rasa lega menyelimuti hatinya. Namun, di dalam dirinya, kemarahan terhadap pelaku kejam itu tetap membara. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk menemukan mereka yang telah melakukan tindakan keji ini dan memastikan bahwa mereka tidak akan pernah melukai makhluk tak berdaya lagi.
Setelah semua anak kera pulih, Raja Kera Tulang Besi mendekat, menggunakan bahasa isyarat untuk menyampaikan rasa terima kasihnya. Dia menggerakkan tangannya dengan lembut, menunjukkan simbol-simbol syukur dan harapan, sambil menunjuk ke anak-anak yang kini sehat. Feng Yan hanya mengangguk, masih merasakan emosi campur aduk dalam hatinya. Dia tahu ini bukan akhir; ini baru awal dari perjalanan panjang untuk melindungi mereka yang lemah dan menghadapi kejahatan yang mengancam.
terlalu lama bulet di sini aja hadeh lebih baik cabut by by by