Ariana tak sengaja membaca catatan hati suaminya di laptopnya. Dari catatan itu, Ariana baru tahu kalau sebenarnya suaminya tidak pernah mencintai dirinya. Sebaliknya, ia masih mencintai cinta pertamanya.
Awalnya Ariana merasa dikhianati, tapi saat ia tahu kalau dirinya lah orang ketiga dalam hubungan suaminya dengan cinta pertamanya, membuat Ariana sadar dan bertekad melepaskan suaminya. Untuk apa juga bertahan bila cinta suaminya tak pernah ada untuknya.
Lantas, bagaimana kehidupan Ariana setelah melepaskan suaminya?
Dan akankah suaminya bahagia setelah Ariana benar-benar melepaskannya sesuai harapannya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Desas-desus dan cemoohan
Danang kembali ke rumah sakit dalam keadaan kacau. Pikirannya penuh. Kesal, marah, bingung, semua bercampur aduk menjadi satu.
Danang benar-benar kesal Ariana tidak ingin memberikannya kesempatan sama sekali. Saat baru berjalan di koridor rumah sakit hendak menuju ke ruangannya, ia sempat berhenti sebentar. Dahinya berkerut saat mengingat sesuatu.
"Oh ya, surat panggilan persidangan itu dimana ya? Tanggal berapa? Ck, kenapa aku bisa lupa sih?"
Danang mengetuk-ngetukkan ujung jari telunjuknya ke dahi, berusaha mengingat di mana ia meletakkan amplop coklat dari pengadilan agama tempo hari.
"Rasanya aku taruh di atas nakas. Tapi kenapa rasanya nggak ada ya? Aku harus segera menemukannya. Semoga saja waktu persidangan belum berlalu."
Danang kembali melanjutkan langkahnya menuju ruangannya.
...***...
"Maaf, Sus, apa nggak ada dokter lain?" tanya salah seorang pasien di bagian informasi.
"Maksudnya, Bu? Ibu mau ganti dokter?"
"Iya, aku nggak mau berobat dengan dokter Danang," ujar calon pasien tersebut.
"Dokter umum yang bertugas hari ini dokter Danang?" tanya pasien lainnya yang ikut mendekat.
"Maaf, Bu, dokter umum yang bertugas hari ini hanya dokter Danang."
"Tapi saya nggak mau."
"Saya juga."
"Saya juga nggak mau."
"Aku juga nggak mau berobat dengan dokter Danang." Seru beberapa orang kompak sehingga memancing kericuhan di bagian informasi.
Suster yang bertugas di bagian informasi saling melirik dengan rekannya. Hingga akhirnya kepala perawat keluar dan menghampiri mereka.
"Maaf ya, Bu, ada apa?"
"Ini sus, kami mau berobat ke dokter umum, tapi dokter yang bertugas hari ini katanya hanya dokter Danang ya?"
"Iya, benar, Bu. Memangnya ada apa? Apa ada masalah?" tanya kepala perawat.
"Kami tidak mau ditangani dokter Danang. Kami minta dokternya segera diganti," seru salah seorang mewakili beberapa calon pasien dan keluarganya tersebut.
"Maaf, Bu, tapi dokter umum yang lain kebetulan tidak bisa. Dokter July sedang cuti melahirkan. Jadi hanya ada dokter Danang saja," jelas kepala perawat tersebut.
"Yah, gimana sih. Masa' rumah Sakit sebesar ini hanya ada tiga dokter umum saja sih?"
"Maaf, Bu, memangnya kenapa kadang tidak ingin ditangani dokter Danang? Dokter Danang meskipun masih muda, tetapi beliau merupakan salah satu dokter umum yang cakap dan cukup profesional dalam bekerja. Kinerjanya saya yakin tidak akan mengecewakan."
"Nggak. Pokoknya kami tidak mau ditangani dokter yang hobi selingkuh seperti dokter Danang. Pokoknya kami nggak mau."
"Ya, kami juga nggak mau. Dokter kok selingkuh. Sama perawat pula. Amit-amit banget," cemooh mereka membuat mata kepala perawat itu terbelalak. Dia tidak menyangka gosip tentang perselingkuhan dokter Danang dengan suster Monalisa sudah begitu merebak bahkan sampai ke telinga para pasien dan calon pasien.
Kepala perawat seketika gugup. Ia bingung harus merespon bagaimana. Apalagi desas-desus ini kian berkembang sebab banyak pasang telinga yang ikut mendengarkan protesan para calon pasien dan pasien rawat jalan di rumah sakit tersebut.
"Maaf sekali ibu-ibu, bapak-bapak, dan yang lainnya, tapi untuk saat ini dokter umum yang bertugas memang hanya dokter Danang saja. Mungkin lain kali bapak-ibu bisa membuat jadwal konsultasi dengan dokter lain, tapi untuk hari ini bapak dan ibu sekalian bisa berobat dengan dokter Danang terle---"
"Nggak mau," potong mereka. "Kalau nggak ada dokter lain, lebih baik aku pindah periksa ke rumah sakit lain saja. Aku nggak mau anak saya diperiksa dokter mata keranjang seperti dokter Danang. Dokter tukang selingkuh pasti dokter mata keranjang. Ih, amit-amit."
"Aku juga nggak mau."
"Aku juga."
"Sus, seharusnya dokter tukang selingkuh seperti itu dipecat. Ini sudah sangat meresahkan. Kami nggak kau berobat ke mari lagi kalau dokter Danang masih bekerja di sini."
"Ya, aku juga."
"Aku juga."
Danang yang baru beberapa saat lalu berdiri tak jauh dari tempat terjadinya kericuhan hanya bisa mematung dengan wajah pias. Ia tidak menyangka hubungannya dengan Monalisa bisa berimbas sedemikian hebat pada karirnya sebagai seorang dokter. Ia yang dulu dikagumi dan dihormati, kini justru dicaci maki dan dicemooh. Bahkan tak ada pasien yang mau diperiksa olehnya.
"Bagaimana ini? Kalau terus begini, karirku bisa benar-benar hancur?" gumamnya pelan dan nyaris tanpa suara.
Saat para calon pasien tersebut berbalik badan hendak segera pergi dari sana, Mereka pun melihat sosok Danang yang sedang memperhatikan mereka dengan wajah yang memucat. Dengan tatapan sinis, mereka pun segera berlalu dari sana. Bahkan mereka tanpa rasa segan menabrakkan pundak mereka ke pundak Danang membuat harga diri Danang terjun bebas. Ia kehilangan harga diri. Bahkan hampir semua orang yang berada di koridor tampak menatapnya jijik dan sinis.
Dengan menahan rasa malu, Danang pun segera berlalu dan masuk ke dalam ruangannya.
Sudah satu jam berlalu dari jam prakteknya di mulai. Seharusnya para pasien sudah satu persatu masuk secara bergantian untuk segera ia periksa, tapi hingga 1 jam berlalu tak ada satu orang pun pasien yang masuk ke dalam ruangannya.
"Maaf Dok, tidak ada satupun pasien yang ingin diperiksa saat ini," ucap perawat yang bertugas mengasistensi dirinya.
Danang mengangguk lesu. Tangannya meremas balpoin yang ada di dalam genggamannya. Marah, kesal, kecewa, membuatnya rasanya ingin melemparkan apa saja yang ada di hadapannya. Tiba-tiba nada notifikasi membanjiri ponselnya. Danang pun segera membuka satu persatu notifikasi pesan tersebut. Matanya seketika membulat saat melihat apa yang dikirimkan orang-orang padanya.
"I-ini ... "
Mata Danang membulat sempurna saat video saat ia masuk ke toilet bersama Monalisa sudah tersebar luas di sosial media. Tak sedikit yang membagikan video tersebut dengan caption berbeda. Dan tak sedikit pula yang mengenalnya menge-tag nama akunnya membuat jantung Danang berdetak kencang.
Tak cukup sampai di situ, kini video saat para calon pasien tadi berseru menolak diperiksa olehnya pun sudah mulai tersebar luas. Tidak tanggung-tanggung, akun yang menyebarkan cukup banyak dan memiliki followers yang cukup banyak.
Keringat dingin mulai bercucuran. Apalagi saat tiba-tiba ia mendapatkan panggilan dari direktur utama rumah sakit tersebut. Ia yakin, direktur utama rumah sakit yang tak lain adalah ayah mertuanya itu sudah tahu mengenai pemberitaan ini. Rasa khawatir membuatnya begitu cemas. Bahkan peluh sebesar biji jagung sudah bercucuran di dahinya.
"Ha---halo, pak," jawab Danang gugup.
"Cepat ke ruangan saya. Segera!" tegas suara dari seberang telepon.
"Baik, Pak," jawab Danang pelan dan sedikit terbata.
Klik ...
Panggilannya ditutup. Danang yang kesal lantas melemparkan bolpoin di tangannya tadi ke dinding. Ia marah. Benar-benar marah.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
tolong kirim obat sakit kepala thor,aku banyak nangis hu hu hu.....
surpres......😁
nggak perduli kamu udah pacaran berapa abad,tapi kamu menikah dengan wanita lain dan tetap berhubungan dengan pacarmu
Itu namanya SELINGKUH