NovelToon NovelToon
Malam Yang Merenggut

Malam Yang Merenggut

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: megawati

Terdengar Musik yang terus di putar dengan kencang di sebuah bar hotel, disertai dengan banyaknya wanita cantik yang menikmati serta berjoget dengan riang. Malam yang penuh dengan kegembiraan, yang tak lain adalah sebuah pesta bujang seorang gadis yang akan segera menikah dengan pujaan hatinya. Ia bernama Dara Adrianna Fauza, gadis cantik dan manis, anak sulung seorang pengusaha sukses.

"Dar, gue ngak nyangka banget Lo bakalan nikah. Selamat ya bestie?" Ucap salah seorang gadis yang merupakan teman SMA dara.

"Iya. Makasih yah bestie. Gue doain semoga Lo cepet nyusul yah? Biar gantian, gue yang di undang." Ucap Dara sambil tersenyum.

Dara yang merasa haus pun segera mengambil sebuah jus untuk di minum, ia pun meminumnya.

Pesta terus berjalan dengan lancar, semua teman dara menikmati pesta dengan bahagia. Seketika dara yang sedang bersama dengan teman-temannya pun menjadi pusing. Mata menjadi sangat berat, pandangannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon megawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab

Ayra gegas meraih ponselnya. Kemudian tersadar jika dia tak memiliki nomor telepon Brama. Hanya ada nomor telepon kantor Pranaja Group saja dan dia tahu, Brama jarang sekali mau menerima panggilan jika bukan tentang masalah penting.

Dengan berat hati, Ayra mengeluarkan kartu miliknya untuk membayar pesanan itu. Melihat total tagihan makanannya, mendadak Ayra ingin memuntahkan semua makanan yang telah masuk ke dalam perutnya.

Sepanjang perjalanan pulang kantor, Ayra hanya diam saja. Tak seperti ketika mereka berangkat atau saat di restoran. Dara bertanya-tanya, apakah Ayra marah karena masalah tadi?

Tidak! Ayra tidak lagi memikirkan masalah pembayaran itu. Dia sedang kesal dan menyesal karena tak mengadakan pesta besar-besaran sehingga wajahnya akan dikenal banyak orang.

Sebelum, Ayra ditawari untuk mengubah konsep pernikahannya dengan Aldo. Tetapi, Ayra menolak karena ingin tampak sederhana seperti Dara.

"Ini semua gara-gara Dara! Kenapa dia selalu berpura-pura baik dan sederhana? Munafik!" Batin Ayra kesal.

Kekesalan Ayra pun segera hilang tatkala mereka sampai di gedung perusahaan Pranaja Group. Aldo ternyata datang untuk menjemputnya.

Saat ini, Dara dan Ayra sedang menuju tempat Brama. Di luar ruangan itu, Aldo tampak duduk sambil memegang kertas dengan raut wajah kesal.

Dara mengangguk singkat pada Aldo yang melihat kedatangannya. Kemudian masuk ke dalam ruangannya yang berada di dekat tempat Aldo duduk.

Ayra kembali marah tatkala melihat suaminya menatap Dara sampai tak berkedip, dan bahkan tak menyapa dirinya sama sekali. Namun, dia tak mau menunjukkan kemarahan itu di hadapan Dara ataupun Aldo.

"Sayang, aku masih ada sedikit pekerjaan. Kamu mau menunggu atau pulang? Aku tidak keberatan jika pulang di antar sopir." Ucap Ayra dengan lembut, tetapi cukup keras sampai dapat di dengar oleh Dara.

Aldo tersentak dari lamunan. Dia baru sadar jika Ayra sudah ada di dekatnya.

"Ikut aku!" Ucap Aldo menarik tangan Ayra dengan kasar.

"Ah... Pelan-pelan, sayang. Kenapa kamu ngak sabaran sekali?" Ucap Ayra sambil melirik pada Dara yang tak memedulikan mereka.

Aldo melepas tangan Ayra dengan kasar saat mereka sampai di balik pintu tangga darurat. Gadis itu sampai terhuyung karena Aldo terlalu banyak menggunakan tenaga saat menghempaskan tangannya.

"Ada apa, sayang?" Tanya Ayra yang tetap berusaha bersikap lembut pada Aldo, meskipun diperlakukan seperti itu.

Ayra mendekati Aldo untuk mendapatkan setidaknya pelukan dari sang suami. Akan tetapi, Aldo berkelit menghindar.

Sejak mereka menikah, Aldo tidak mau menyentuhnya sekali pun. Ayra sudah melakukan berbagai macam cara, tetapi Aldo justru pergi dari kamar dan kembali keesokan paginya.

Ayra meninggalkan kediaman Meyson pagi-pagi sekali agar Aldo tahu bahwa dirinya tersinggung oleh sikap Aldo yang tak mengacuhkan dirinya. Setidaknya, Ayra ingin mendengar permintaan maaf dari Aldo karena meninggalkan dirinya di malam pertama.

Tapi, apa ini sekarang?

Aldo datang justru mengamati Dara. Sekalinya mengajak Ayra bicara, Aldo mengucapkan kata-kata yang menyakitkan hatinya.

"Jangan panggil aku dengan sebutan menjijikkan seperti itu." Ucap Aldo kesal mendengar Ayra memanggilnya sayang.

Mata Ayra sontak berkaca-kaca karena Aldo bicara dingin padanya.

"Baiklah, Aldo. Apa kamu marah sama aku karena aku salah manggil kamu?" Tanya Ayra.

Aldo menyodorkan kertas di tangannya kepada Ayra.

"Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu mengorupsi anggaran proyek kita yang diberikan sama Om Brama?" Tanya Aldo.

DEG!

Ayra berhenti bernapas untuk sesaat. Dia jelas-jelas sudah mengganti semua laporan yang dikerjakan Dara. Bagaimana bisa Aldo tahu jika dia mengambil uang itu?

"Apa kamu ingin membuat aku malu di depan Om aku? Kamu mau menghancurkan reputasi aku? Jawab!" Bentak Aldo.

Ayra terperanjat oleh bentakan Aldo. Selama mengenal Aldo, Ayra tak pernah melihat pria itu bersikap kasar sampai marah-marah seperti sekarang.

Ayra jatuh cinta pada Aldo bukan hanya karena merasa iri kepada Dara, melainkan karena sikap Aldo yang perhatian kepada semua orang, termasuk pada dirinya.

Bagaimana pria selembut Aldo dapat berubah sedingin ini?

"Tidak! Dara yang salah, bukan aku. Aldo marah kepada Dara berbuat curang!" Batin Ayra menyangkal perbuatan yang dia lakukan sendiri secara sadar.

"Apa yang kamu bilang? Kenapa aku harus mengambil dana untuk proyek aku sendiri? Justru aku baru saja melaporkan jika kak Dara yang membuat kesalahan saat mengerjakan laporan itu." Ucap Ayra.

"Jangan menuduh orang lain, Ayra!" Ucap Aldo kesal.

"Itu kebenarannya. Kamu juga tahu kalau kak Dara tak punya apa-apa lagi sekarang. Dia pasti membutuhkan uang itu untuk bertahan hidup." Ucap Ayra yang mulai menitikkan air mata.

Hati Aldo tergerak melihat air mata itu. Dia paling tak bisa melihat orang menangis di depannya.

Namun, Ayra tetap bersalah. Aldo sampai mengalami kerugian besar karena harus mengganti semua uang yang di curi istrinya.

"Cukup! Aku sudah menukar semua yang sudah kamu ambil dari dana proyek itu." Ucap Aldo seraya menurunkan nada suaranya.

"Apa? Kenapa harus di tukar? Aku benar-benar tidak mengambil uang itu! Aku istri kamu, kenapa kamu lebih percaya ucapan orang lain dibanding ucapan aku? Apa kak Dara yang sudah menghasut kamu?" Pekik Ayra.

"Aku bilang, cukup! Asisten pribadi Om Brama sendiri yang sudah mengecek semua data yang sudah kamu ubah." Ucap Aldo.

Ayra terkesiap.

"Apa Om Brama tahu? Ini tidak boleh terjadi! Setidaknya, Aldo jangan sampai tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku tidak mau kehilangan Aldo!" Batin Ayra ketakutan.

"Maksud kamu, Gilang? Ini tidak bisa dipercaya. Kenapa kak Dara memfitnah aku seperti ini?" Ucap Ayra menunjukkan gestur dan ekspresi teraniaya.

"Apa maksud kamu?" Tanya Aldo.

Ayra menatap Aldo penuh keyakinan, kemudian berkata.

"Kak Dara baru saja berkencan dengan Gilang. Mereka pasti sudah merencanakan ini untuk mencemarkan nama baik aku!" Ucap Ayra.

Ayra pun menceritakan tentang makan siangnya tadi dengan Dara dan Gilang secara menggebu-gebu. Tentunya, dia menambahkan bumbu-bumbu agar Aldo semakin membenci Dara.

Pria yang mudah percaya kepada ucapan meyakinkan dari orang lain itu pun akhirnya mempercayai istrinya. Aldo lantas mengajak Ayra untuk menemui Brama dan menjelaskan semuanya.

Saat ini, Dara juga ada di ruangan Brama. Dara terkejut melihat wajah dan mata Ayra memerah seperti habis menangis.

"Apa mereka baru saja bertengkar? Kenapa suasananya suram sekali?" Batin Dara.

Dara pun memutuskan untuk pamit dan pergi dari ruangan itu. Tak seperti sebelumnya, Aldo memandangi kepergian Dara dengan tatapan kemarahan.

Aldo tak menyangka jika Dara tega berbuat jahat kepada adik tirinya. Apalagi, Dara semudah itu menggoda para pria.

Dara yang Aldo kenal telah menghilang. Aldo tak lagi melihat Dara sebagai gadis polos dan pendiam yang dikenalnya.

"Ada apa lagi? Bukankah urusan kita sudah selesai? Saya masih ada keperluan lain." Ucap Brama kesal karena waktunya bersama Dara harus tersita oleh Aldo dan Ayra.

"Om, Ayra sudah menjelaskan semuanya sama aku. Ada kekeliruan besar di sini, Om." Ucap Aldo.

Ayra menjelaskan semua yang baru saja dikatakannya kepada Aldo perihal hubungan Dara dan Gilang, serta dirinya yang tak mengakui telah mengambil dana proyek tersebut. Bukan hanya Dara yang dapat disingkirkannya, tapi juga Gilang yang sudah bersikap tak sopan padanya.

"Jadi, kamu ingin bilang kalau Dara dan Gilang yang merencanakan itu untuk memfitnah kamu? Karena mereka berdua berkencan?" Ucap Brama yang masih tak mempercayai pendengarannya sendiri.

"Benar, Om. Tadi, mereka makan siang di restoran Pranaja dan menghabiskan banyak uang di sana. Mereka pasti menggunakan uang itu untuk bersenang-senang." Ucap Ayra.

Brama tersenyum tanggung. Dia benar-benar kesal karena apa yang didengarnya hanyalah omong kosong belaka.

"Baiklah. Aku akan menghukum mereka nanti. Pergilah." Ucap Brama.

Ayra bersorak penuh kemenangan di dalam hatinya.

"Tamatlah riwayat kalian berdua!" Batin Ayra dengan senyuman licik.

Dari kaca jendela mobil, Ayra mengamati Brama yang sedang memarahi Dara dan Gilang di parkiran. Dari wajah Brama saja, Ayra bisa tahu jika pria itu sedang marah besar.

Ayra sangat lega karena akar dari masalah yang selalu membelenggu hidupnya akan segera tersingkirkan dari kehidupannya.

"Maaf, karena sudah menuduh kamu." Ucap Aldo dengan suara halus membuat Ayra makin bahagia.

Betapa bahagia dirinya hari ini. Sudah mendapat uang dua miliar tanpa ketahuan, Dara akan segera menghilang, dan Aldo baru saja mengucap kata maaf yang telah dinantinya sejak semalam.

"Tidak masalah. Kamu tidak bersalah sama sekali. Wajar jika kamu lebih mempercayai kak Dara dibanding percaya sama aku," jawab Ayra dengan wajah sendu. Dia tak ingin terlihat menggebu-gebu.

"Jangan bicara seperti itu." Ucap Aldo.

Ayra sudah lama mengamati bagaimana sikap Dara kepada Aldo. Untuk menarik perhatian Aldo, dia akan melakukan hal yang sama seperti sang Kakak tiri. Ayra rela bersandiwara seumur hidup jika bisa dicintai oleh suaminya.

"Tapi, aku masih belum bisa melakukan kewajiban aku sebagai seorang suami. Kamu sudah aku anggap sebagai adik aku sendiri," lanjut Aldo setelah diam agak lama.

Ucapan Aldo terdengar sangat menyakitkan. Tetapi, untuk saat ini, itu sudah cukup bagi Ayra. Setidaknya, Aldo sudah membenci Dara dan mau memilih untuk mempercayai dirinya.

"Tidak masalah. Waktu kita sangat panjang karena kita menikah bukan untuk main-main. Mari kita belajar saling menerima satu sama lain." Ucap Ayra.

Saat Ayra mengatakan kalimat itu, mata Aldo tengah melihat spion luar yang mengarah pada Dara. Sebenci dan semarah apapun Aldo pada Dara, sulit rasanya untuk melupakan wanita yang pernah menjadi ratu dihatinya selama belasan tahun lamanya.

Wanita yang sedang dipikirkan Aldo tersebut sedang menunduk bersama Gilang sambil mendengarkan ocehan Brama.

"Lain kali, kamu tidak boleh membawa orang lain bersama istriku." Ucap Brama kesal.

"Baik. Maafkan atas kesalahan saya, Tuan." Ucap Gilang.

Brama masuk ke dalam mobil, diikuti oleh Dara. Gilang menunduk sopan sampai mobil Brama tak lagi terlihat.

"Kamu tahu apa yang Ayra katakan tadi? Kamu dan Gilang berkencan! Kalian berdua berkencan!" Ucap Brama.

Telinga Dara mulai gatal. Dia sudah mendengar kalimat yang sama selama belasan kali sejak tadi. Brama terus saja membahas masalah itu.

Dan untuk kesekian kalinya, Dara mengatakan.

"Aku tidak akan mengulanginya lagi." Ucap Dara.

Brama berdecih kesal.

"Kamu punya masalah dengan saudari tiri kamu itu?" Tanya Brama.

"Tidak!" Jawab Dara singkat dan jelas.

"Kamu mungkin tidak sadar, tapi sorot mata adik tiri kamu terlihat jelas kalau dia tidak menyukai kamu sama sekali." Ucap Brama berdecak-decak.

"Kalau bukan karena kamu, aku pasti sudah memutuskan kerja sama dengan orang tidak kompeten seperti dia. Kamu seharusnya berterima kasih sama aku karena sudah menyelamatkan adik tiri kamu." Ucap Brama lagi.

"Terima kasih..." Ucap Dara langsung patuh agar Brama berhenti membahas masalah itu. Walaupun dia tak tahu kenapa harus berterima kasih untuk adik tiri yang bukan lagi menjadi bagian dari hidupnya.

Dara tak lagi mendengar kata-kata Brama. Ada satu kalimat yang mengganggu pikiran Dara saat ini.

Ayra tidak menyukainya? Benarkah itu?

Aleta pun mengatakan hal yang sama dengan Brama. Dara sebenarnya juga merasakan jika Ayra memang tak menyukai dirinya.

Tetapi, kenapa Ayra sampai berbuat di luar batas hanya untuk menuduh dirinya mencuri dana proyek?

(Ayra, Ayra. Berharap Dara di hukum. Mana mungkin Tuan Brama Pranaja menghukum Nyonya Dara Pranaja. Haluuuu!😂. Malahan, dirimulah yang akan terkena masalah. Untuk part selanjutnya nanti aku up. Jadi, See you next part...)

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!