NovelToon NovelToon
Mira: Jiwa Api, Darah Malam

Mira: Jiwa Api, Darah Malam

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Vampir
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: revanyaarsella

Mira Elvana tidak pernah tahu bahwa hidupnya yang tenang di dunia manusia hanyalah kedok dari sesuatu yang jauh lebih gelap. Dibalik darahnya yang dingin mengalir rahasia yang mampu mengubah nasib dua dunia-vampir dan Phoenix. Terlahir dari dua garis keturunan yang tak seharusnya bersatu, Mira adalah kunci dari kekuatan yang bahkan dia sendiri tak mengerti.

Ketika dia diculik oleh sekelompok vampir yang menginginkan kekuatannya, Mira mulai menyadari bahwa dirinya bukanlah gadis biasa. Pelarian yang seharusnya membawa kebebasan justru mempertemukannya dengan Evano, seorang pemburu vampir yang menyimpan rahasia kelamnya sendiri. Mengapa dia membantu Mira? Apa yang dia inginkan darinya? Pertanyaan demi pertanyaan membayangi setiap langkah Mira, dan jawabannya selalu membawa lebih banyak bahaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon revanyaarsella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 26: Percikan Rahasia

Malam telah menjelang dengan cepat, membawa suasana gelap yang menyelimuti langit. Di dalam kamarnya yang dipenuhi bayangan, Mira berdiri diam di depan cermin besar, memperhatikan dirinya sendiri. Mata keemasannya—yang menjadi tanda dari warisan Phoenix dalam dirinya—menatap balik dengan sorot tajam dan penuh kebingungan. Aura panas yang selalu ia rasakan semakin jelas. Bukan sekadar fisik yang berubah, tetapi ada kekuatan yang terus tumbuh dari dalam, sesuatu yang ia tak sepenuhnya mengerti, tapi tak bisa ia abaikan.

Dia menghela napas berat. Sudah lama Evano tidak muncul. Kekasihnya yang penuh teka-teki itu, yang selalu memberinya jawaban setengah hati, telah lama menghilang tanpa kabar. Pikirannya dipenuhi oleh pertanyaan. Dia tahu ada sesuatu yang lebih besar di balik semua ini—ada rahasia yang disembunyikan darinya, baik oleh Evano, maupun dunia di sekitarnya. Namun, setiap kali Mira mencoba menggali lebih dalam, dia selalu dihadapkan dengan tembok misteri.

Pikiran Mira terpecah saat ketukan pintu yang keras menggema, memecah keheningan ruangan. Dengan gerakan cepat, Mira berbalik, perasaan waspada memenuhi dirinya.

"Mira," suara Damar, penjaga yang setia, terdengar dari balik pintu. "Dewan mengirim pesan penting. Mereka ingin bertemu denganmu malam ini."

Mira terdiam sejenak. Dewan selalu muncul di waktu yang tidak tepat, selalu dengan sesuatu yang harus ia hadapi meski ia tak ingin. Namun, menghindari mereka bukanlah pilihan. Dengan langkah tenang, dia membuka pintu. Damar berdiri dengan wajah tegas, namun ada kilatan kekhawatiran di matanya.

"Aku akan ke sana," Mira menjawab singkat, matanya menyapu sosok Damar. Namun, di balik nada tegas itu, jantungnya berdegup cepat. Ada perasaan aneh yang tiba-tiba muncul—seolah sesuatu yang buruk akan terjadi.

---

Lorong menuju tempat pertemuan Dewan terasa lebih gelap dari biasanya. Langkah Mira bergema, menciptakan irama yang hampir menyerupai detak jantungnya. Setiap sudut ruangan, setiap bayangan yang bergerak di balik tirai terasa mencekam. Ada keheningan yang menyesakkan, seolah seluruh istana menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja.

Ketika Mira tiba di ruang pertemuan, anggota Dewan sudah menunggunya. Mata mereka berkilat dalam cahaya lilin yang remang, wajah-wajah penuh kebijaksanaan namun diselimuti misteri. Ketua Dewan, seorang pria tua dengan jubah hitam, berdiri di tengah ruangan, menatap Mira dengan tajam.

"Mira," suaranya serak namun penuh wibawa, "kami telah lama menyimpan rahasia ini darimu. Waktunya sudah tiba untuk kamu mengetahui kebenaran."

Kata-katanya membuat Mira terkejut. Rahasia? Apa lagi yang bisa mereka sembunyikan darinya?

"Apa maksudmu?" Mira bertanya, berusaha menjaga suaranya tetap tenang.

Ketua Dewan mendekat, langkahnya berat namun mantap. "Kamu bukan satu-satunya yang memiliki darah Phoenix dan vampir dalam dirimu."

Mira membeku. Pikirannya berputar-putar, mencoba memahami apa yang baru saja dikatakan. "Apa... maksudmu?"

"Ada yang lain," suara ketua Dewan terdengar semakin berat, "seseorang yang lebih tua darimu, yang memiliki kekuatan lebih besar, dan dia telah memperhatikanmu sejak lama."

"Siapa dia?" Mira merasakan aliran dingin merayap di punggungnya. Seluruh emosinya mulai mendidih—rasa penasaran, ketakutan, dan kemarahan bercampur menjadi satu.

"Dia... seorang yang tidak pernah menunjukkan dirinya sepenuhnya. Tapi dia ada di dekatmu. Selalu."

Mira merasa ngeri. Selama ini ada sosok misterius yang mengawasinya, seseorang dengan kekuatan yang mungkin lebih besar daripada yang dia miliki sendiri.

"Tidak mungkin!" Mira menggeram, suaranya naik, penuh dengan emosi yang tak terbendung. "Kalian semua tahu ini dan tidak pernah memberitahuku?"

Dewan hanya diam, seolah-olah mereka telah bersiap untuk reaksi ini. Ketua Dewan melanjutkan, "Ini bukan sesuatu yang mudah untuk diceritakan. Kekuatan yang ada dalam dirimu dan sosok misterius itu... kalian terikat oleh takdir yang lebih besar dari yang bisa kita bayangkan."

Mira merasakan dadanya semakin sesak. "Jadi, kalian hanya menunggu? Menunggu sampai dia melakukan sesuatu?"

"Tidak ada yang tahu kapan dia akan bergerak, atau apa tujuannya. Tapi tanda-tanda sudah mulai muncul." Ketua Dewan menggelengkan kepala. "Kami khawatir, Mira. Dia akan mencarimu."

Pertanyaan yang tak terjawab dan kebenaran yang disembunyikan membuat Mira marah, tetapi juga memunculkan ketakutan mendalam. Siapa sosok itu? Apa yang dia inginkan dari Mira? Kenapa Evano tidak pernah memberitahunya tentang ini?

---

Malam semakin larut ketika Mira meninggalkan ruangan itu. Dia berjalan cepat melewati lorong yang semakin sepi, pikiran berkecamuk di dalam kepalanya. Udara malam terasa berat dan dingin, namun di dalam dirinya, emosi terbakar seperti api yang tak terkendali.

"Mira..." sebuah suara memanggilnya dari bayang-bayang, memecah kebisuannya. Mira berbalik cepat, matanya menyipit mencari sosok di kegelapan. Tak ada seorang pun di sana, namun suara itu terdengar begitu nyata.

Dia tahu ada seseorang di sana, mengintai dari balik kegelapan. Instingnya mengatakan bahwa ini bukanlah Evano, tetapi sesuatu atau seseorang yang lebih berbahaya.

"Siapa kau?" Mira bertanya, suaranya bergetar sedikit.

Tak ada jawaban. Namun, bayangan di sekitarnya bergerak, seolah hidup. Ketegangan mulai merayap ke seluruh tubuh Mira saat dia menghunus belatinya. Cahaya api kecil menyala dari ujung jari-jarinya, refleks yang muncul dari darah Phoenix di dalam dirinya.

Langkah pelan terdengar mendekat, tapi sosoknya tetap tersembunyi. Suara napasnya terdengar berat, seperti napas yang sudah berpuluh tahun menyimpan kesakitan dan amarah.

"Mira..." suara itu terdengar lagi, kali ini lebih dekat. "Kita akhirnya akan bertemu."

Mira menegang, belatinya semakin erat digenggam. "Siapa kau?" dia mengulangi, lebih tegas.

Sosok itu muncul perlahan dari bayang-bayang. Wajahnya tak jelas terlihat, terbungkus oleh jubah hitam pekat. Namun ada sesuatu yang sangat familier dalam cara dia bergerak, dalam cara suaranya bergetar saat menyebut nama Mira.

"Kenapa kau mengawasi aku?" Mira bertanya, kemarahan bercampur dengan ketakutan. Dia tidak suka perasaan ini—perasaan tidak berdaya.

Sosok itu tertawa pelan, sebuah suara yang dingin dan menusuk. "Karena kau bagian dari sesuatu yang lebih besar, Mira. Sesuatu yang sudah lama terpendam, dan aku adalah bagian dari takdirmu."

Mira menggeleng, tak mau menerima jawaban ambigu seperti itu. "Jelaskan!"

"Tidak semua hal bisa dijelaskan dengan kata-kata, Mira. Beberapa hal... harus dirasakan," suara itu terdengar seperti bisikan, namun penuh kekuatan yang membuat Mira merasa semakin tertekan.

Sebelum Mira bisa merespons, sosok itu lenyap dalam sekejap, meninggalkan keheningan yang menusuk. Dia hanya berdiri di sana, tertegun, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Siapa pun sosok itu, dia pasti terlibat dalam rahasia besar yang disembunyikan Dewan darinya—dan mungkin juga dari Evano.

Mira tahu bahwa malam ini adalah awal dari sesuatu yang lebih besar. Kebenaran yang akan diungkapkan bukan hanya tentang dirinya, tapi juga tentang kekuatan yang telah lama disembunyikan, sesuatu yang telah menunggu untuk bangkit.

1
Yurika23
aku mampir ya thor....bagus ceritanya..penulisannya juga enak dibaca...lanjut terus Thor..
Yurika23: gak membingungkan kok kak...semangat terus...
Revanya Arsella Nataline: iya, makasih
maaf kalau agak membingungkan
total 2 replies
Afiq Danial Mohamad Azmir
Tidak sabar untuk mengetahui bagaimana kisah ini akan berakhir. Semangat thor! 💪
Revanya Arsella Nataline: makasih, maaf kalau kurang nyambung
total 1 replies
Ngực lép
Semoga semangatmu selalu terjaga agar bisa sering nulis, thor 💪
Revanya Arsella Nataline: makasih, semoga suka dengan ceritanya soalnya masih pemula
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!