MOHON BACA CERITA SEBELUMNYA ( Cerita dibalik seragam SMA) agar kalian tahu alurnya.
Sebuah tragedi 10 tahun yang lalu sangat meninggalkan luka yang mendalam. Kehilangan istri tercinta dengan sangat tiba-tiba membuat Elvin Zayyan Pradipta kehilangan semangat hidupnya.
Keinginan untuk mengakhiri hidup selalu berada di benaknya, namun ia harus bangkit demi sang putra, Jun Seo.
Kematian sang istri telah menjadi misteri. Tidak ada yang tahu seperti apa hingga istrinya bisa jatuh ke jurang.
*
Ketika Elvin tengah mencari tahu sebuah kasus yang terjadi bersama para bawahan grandma, saat itu pula ia harus kehilangan sang putra angkatnya, Jun Seo. Untuk kedua kalinya ia harus hancur kembali.
Namun sebuah hal mencengangkan terjadi, ia menemukan seseorang menjadi bahan percobaan ekstrim oleh pria yang ia kenal sebagai orang tua dari temannya.
Hal gila itu tidak mempunyai membuatnya berkata-kata melihat keadaannya yang sungguh membuat tubuhnya hancur berkeping-keping.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yaya haswa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CRDT 28
Rombongan Elvin telah tiba di swiss, mereka menginap di salah satu penginapan yang dekat dari Desa Albinen. Bodyguard-bodyguard grandma yang di pimpin oleh Jasper juga sudah tiba di swiss lebih dulu sebelum Elvin .
Di salah satu kamar penginapan mereka tengah berkumpul untuk berdiskusi, masih ada beberapa di ruangan lain yang hanya akan menunggu perintah saja.
Walaupun Rungan itu kecil, tapi mereka tetap berkumpul di sana. "Desa Albinen adalah tempat mereka, otomatis Wibhawa memiliki banyak penjaga disana. Mereka lebih tahu wilayah ini dari pada kita" ucap Jasper
"Tapi kita tidak bisa berombongan kesana, karena itu akan sangat mudah membuat kita kalah" ucap Owen.
"Bagaimana kalau aku yang datang lebih dulu menemui paman Wibhawa. Dia pasti sangat mengenal ku, karena dia pasti mencari tahu siapa orang tua angkat Jun " ucap Elvin
"Aku setuju dengan itu, tapi kau tidak bisa sendiri. Kau dan Owen bisa pergi bersama, kamu akan berada di belakang dengan jarak aman. Kalian hanya perlu memberi kode" ucap Hunter.
"Duo botak…kalian berdua pergi ke Desa Albinen dan cari tahu di mana rumah Wibhawa dan bagaimana sikapnya pada masyarakat disana!" perintah Jasper .
"Baik" jawab duo botak serentak.
Mereka langsung bergegas pergi. Tidak ada kata lelah untuk mereka, walaupun mereka Barus tiba 2 jama yang lalu. Dengan menyewa motor milik salah satu penjaga keamanan penginapan tersebut, duo Botak pergi ke Desa Albinen dengan mengandalkan tekat.
...----------------...
Di rumah Wibhawa
Jun baru bangun dari tidurnya. Ia tengah termenung di atas kasurnya, karena ia baru saja bermimpi bertemu seorang wanita dan pria yang ia tahu, karena baru saja bertemu dengan mereka.
Mereka menyebut diri mereka dengan sebutan Amma dan Appa. "Orang tua? Mereka orang tuaku? Dan namaku bukan Jun , tapi Haneul?" tanya Jun pada dirinya sendiri.
Jun kemudian turun dari kasur dan keluar dari kamar. Ia mencari sepasang suami istri itu untuk meminta penjelasan.
"Hai sayang, kamu sudah bangun rupanya" suara Wibhawa menyambut langkah Jun yang mendekat kearahnya.
"Sini sayang!" Yuri menepuk sofa di tengah antar dirinya dan suami.
Jun duduk di tengah-tengah mereka, menatap keduanya secara bergantian. "Bagaimana perasaan mu? Sudah lebih baik?" tanya Wibhawa .
Jun mengangguk. "Emm...apa Jun boleh tanya sesuatu?"
"Boleh sayang" jawab Yuri lembut seraya mengusap rambut sang putra.
"Apa kalian benar orang tuaku ?"
Wibhawa tersenyum. "Iya, kami adalah orang tua kandung mu. Amma yang melahirkan mu ke dunia ini. Wajah mu bahkan ada kemiripan dengan Amma"
"Lalu kenapa Jun bisa bersama Dadda dan Bunda? kalian ke mana?"
Wibhawa melirik istrinya, karena hanya Yuri yang bisa menjawabnya. "Dulu ada sedikit musibah yang terjadi, sehingga Amma menitipkan mu untuk sementara bersama Dadda dan Bunda mu" ucap Yuri
"Tapi kenapa kalian tidak bertemu dengan Dadda? Jun bahkan belum pamit sama Dadda, karena Jun tiba-tiba di jemput. Jun bahkan gak kenal kalian, Jun jadi takut" Jun mengeluarkan isi hatinya. Ia menunduk sedih.
Yuri menatap suaminya bingung, karena Wibhawa mengatakan kalau orang tua angkat Jun tahu kalau Jun berada di rumahnya.
"Pa..." seru Yuri. Ia juga ingin mengetahui jawaban suaminya.
"Maaf, Appa lupa berpamitan sama Dadda mu, tapi Dadda mu tahu kalau kamu di sini. Besok dia pasti akan datang" ucap Wibhawa
"Serius ? Appa gak bohong ?" Jun sangat senang mendengarnya. Ia menatap Wibhawa dengan mata berbinar.
"Coba panggil lagi!" Wibhawa senang mendengar panggilan sang putra untuk pertama kalinya.
"Appa" ucap Jun pelan.
Wibhawa tersenyum. Ia langsung memeluk Jun dengan erat.
"Amma jadi iri" sahut Yuri. Jun belum pernah memanggil.
"Amma" Jun berbalik dan memeluk Yuri dengan erat. Ia langsung menerima keluarga kandungnya yang baru pertama kali ia kenal. Merasakan kehangatan dan kasih sayang keduanya membuat ia luluh. Di tambah dengan sebuah mimpi yang membuatnya yakin.
Ketiganya saling berpelukan, mencurahkan rindu yang sudah lama dirasakan oleh sepasang suami-isteri itu.
"Amma dan Appa sangat menyayangi Haneul. Haneul mau kan , kalau sekarang..... Amma dan Appa memanggil mu Haneul. Jun hanya panggilan untuk Dadda dan bunda mu saja" ucap Yuri.
Jun mengangguk. Hanya sebuah panggilan dan menurutnya itu bukan masalah.
"Emm... Appa, boleh gak Haneul melihat tempat latihan Appa bersama orang-orang Appa ?" Jun mengingat sesuatu dari mimpinya tentang tempat itu.
"Dari mana kamu tahu kalau Appa punya tempat latihan ?" Wibhawa tentu heran, karena ia tidak pernah membicarakan tempat latihan bersama anggotanya.
"Aku hanya berfikir....pasti Appa punya tempat latihan, karena Appa memiliki banyak teman di sini " Jun menganggap semua penjaga yang ada di rumah orang tua kandungnya adalah teman-teman Appa. Ia mengingat tentang kakek Owen yang berteman dengan Big grandma.
"Ohh...boleh. Kita ke sana" Wibhawa menggandeng tangan putranya menuju sebuah rumah yang bersebelahan dengan rumah miliknya. Disanalah tempat latihan dan tempat tinggal para anggotanya.
Setibanya di rumah itu, Jun takjub melihatnya. Hampir sama dengan H.G, namun ini lebih banyak lagi. Berbagai macam senjata disana, mulai dari yang kecil hingga besar.
"Woahh....bagus banget Appa" ucap Jun .
"Kamu suka?"
"Haneul suka, Appa. Kenapa ada panah kecil di sini? Apa ada anak kecil juga di sini?"
"Appa membuat itu untuk Haneul. Appa dengar Haneul suka memanah"
"Iya, aku sangat suka. Memenah itu seru dan Haneul rasa itu cukup menantang"
"Mau mencobanya sekarang ?"
"Emm...tidak. Haneul mau liat tempat ini. Appa mau kan ajak Haneul keliling dan memperlihatkan semua ruangan di sini ?"
"Tentu saja. Appa punya laboratorium di bawah tanah, Appa yakin kamu akan sangat suka melihatnya "
Jun mengangguk cepat. Ia juga penasaran dengan ruangan yang disebut laboratorium itu. Ia hanya pernah melihatnya di iPad saja.
Wibhawa dan Jun berkeliling rumah besar itu. Setiap Wibhawa menunjukkan ruangan-ruangan disana, Jun pasti selalu terlihat antusias. Wibhawa jadi suka melihat putranya yang senang, bukan takut saat melihat senjata-senjata tajam disana.
Hingga ada sebuah ruangan yang terlewatkan. "Kita belum melihat ruangan itu Appa" Jun menunjuk pintu besi putih yang sangat terkunci rapat.
"Itu hanya gudang, Haneul"
"Tapi aku mau melihatnya ?"
"Tidak usah. Di sana banyak debu, nanti kamu alergi. Itu hanya gudang tempat penyimpanan barang-barang yang tidak terpakai. Kita lihat ruangan lain saja" Wibhawa menarik tangan Jun menjauh dari pintu tersebut.
Jun diam dan tidak lagi bersuara. Entah kenapa saat melihat pintu itu ada perasaan aneh yang ia rasakan. Ia sangat penasaran ingin melihat tempat itu.
Jikapun itu hanya gudang, kenapa Appa tidak ingin memperlihatkannya. Ia juga tidak memiliki alergi pada debu.
Buk....buk...buk
Saat keduanya baru beberapa langkah, terdengar suara pukulan dari ruangan itu, namun pukulan itu terdengar kecil, sehingga hanya terdengar samar.
"Itu suara apa, Appa?"
"Hanya tikus. Di sana banyak tikus, karena tempatnya yang gelap dan banyak barang, jadi tikus suka tinggal disana "
Jun mengangguk mengerti dan percaya dengan perkataan Appa. Mereka semakin jauh dari pintu itu, namun suara pukulan masih terdengar.
.
.
.
.
.
.
.
Tok....tok .. tok.
"Ada orang di dalam?"
"Ju....Ju...Jun"
Deg....
.
.
NEXT