setelah tiga tahun menjalani rumah tangga bersama dengan Amran, Zahira tetap tidak bisa membuat lelaki itu mencintainya. Amran selalu memperlakukan Zahira dengan sangat kejam. Seakan Zahira adalah barang yang tidak berguna.
sebaik apapun hal yang sudah Zahira lakukan, selalu saja tidak bernilai dan kurang di mata Amran.
" aku ingin bercerai!" ucap Zahira dengan lugas. meskipun tanganya mengepal kuat, namun semua itu adalah refleksi dirinya agar kuat dan tidak goyah dengan rayuan Amran.
" memangnya kau bisa apa setelah bercerai dariku?" Amran selalu bisa menghina Zahira dan melukai harga diri wanita itu.
Amran membuang wanita itu dan Zahira bertekad untuk tidak memberikan kesempatan bagi Amran. Lelaki yang tidak bisa lepas dari hutang budinya pada wanita lain, tidak akan Zahira pikirkan lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lafratabassum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Zahira sudah terbaring di atas tempat tidur saat Amran keluar dari kamar mandi. Lelaki itu mendekati nakas samping ranjang lalu mengambil ponselnya.
Beberapa panggilan tak terjawab dari Sekertaris Erisa. Membuat kening Amran mengerut. Malam-malam begini apa lagi yang sekertaris nya ributkan jika bukan tentang keadaan keluarga Wijaya.
Amran menarik nafas panjang, lalu menatap ke arah Zahira yang memunggunginya. Apa istrinya benar -benar sudah terlelap.
Karena meyakini itu, Amran berjalan ke balkon kamar lalu menerima panggilan masuk.
" Pak Amran, saya mendapatkan kabar jika di dalam sel pak Remon mengalami serangan. Saat ini sedang di bawa ke rumah sakit Renaldi group "
Amran menekan pelipis nya, seharusnya dia menempatkan beberapa pengawas. Karena jika ada hal semacam ini terjadi biar dia tidak langsung turun tangan.
" kalau begitu beritahu saja bagaimana perkembangan selanjutnya.. " nada bicara Amran terdengar malas. Namun Sekertaris Erisa tetap melanjutkan pembicaraannya.
" tapi pak.. Saat ini Nona Amel.. Sedang perjalanan ke rumah sakit. Takutnya hal ini akan membuat trauma nya kambuh.. "
Sekertaris Erisa memang sengaja mengatakannya semuanya. Seolah -olah Amran tidak di berikan waktu untuk bersama dengan Zahira.
Bagaimana pun, Sekertaris Erisa adalah wanita muda yang juga ingin mendapatkan perhatian dari lelaki tampan nan sukses seperti Amran.
Saat mengetahui jika Atasannya akan berpisah dengan istri nya. Sekertaris Erisa begitu yakin bahwa dirinya bisa menggantikan posisi Zahira. Dia lebih merasa pantas daripada Amel, wanita yang mengalami gangguan mental.
" kenapa tidak kau cegah dia?"
Amran begitu kesal, bukan karena masalah trauma. Namun di rumah sakit itu juga terdapat keluarga Malik. Rumor yang beredar liar di media sempat membuat kedua keluarga itu bersitegang.
" maafkan say.. "
Sambungan telepon langsung terputus sepihak. Amran memegang pinggang dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Dia berusaha memperbaiki rumah tangganya, kenapa ada saja yang terjadi.
Perlahan dia masuk ke kamar, Zahira masih terlelap di atas ranjang. Maka dari itu dia segera berganti pakaian dan pergi ke rumah sakit. Tanpa menimbulkan banyak suara.
setelah pintu kamar tertutup barulah, Zahira membuka mata. Sejak tadi wanita itu memang sedang berpura-pura tidur. Tentu saja Dia mengetahui saat ponsel Amran berdering karena ada panggilan dari Sekertaris Erisa. Dia juga sempat membaca notifikasi pesan tentang keadaan Remon.
Wanita itu tidak bisa tidur, sejak tadi hanya duduk di balkon kamar sambil menatap pemandangan malam. Dengan hanya di temani oleh angin dingin tidak membuat wanita itu mencari kehangatan.
Hingga pagi pukul 8 Zahira memutuskan untuk mengambil biolanya dan memulai sesi latihan. Lagu yang dia bawakan sungguh menghipnotis siapapun yang mendengar nya. Rasa sedih dan kecewa membuat penghayatan musiknya sampai ke hati para pendengarnya.
Dia ada jadwal bersama dengan pak Witton sebelum konser. Konser mini konduktor ini akan di adakan beberapa pekan lagi. Jadi dia diharuskan menghafal beberapa lagu yang akan di tampilkan.
Barulah saat siang menjelang, Zahira sampai di rumah sakit Arfan. Dia tau jika ada keluarga Wijaya di sana. Dan dia memilih untuk bersikap tak tau.
" Zahira, ku dengar kamu sedang ada jadwal dengan seorang pemusik?"
" ibu menguntit ku? "
Zahira menjadi curiga, kenapa ibunya selalu mendapatkan informasi terbaru tentang nya.
" Jangan lupakan jika setiap anak pertama keluarga Malik memiliki ahli hukum yang selalu mengawasi"
Zahira tidak menyahut, dia tidak suka ibunya mengorek informasi dari notaris nya. Tidak tanpa persetujuan darinya.
" Apa kau tau jika wanita itu juga berada di sini?" lanjut ibunya.
Saat ini Arfan sedang tidur jadi Rani merasa bebas mengatakan apapun pada Zahira.
Dia menatap putrinya dengan tatapan khawatir sekaligus marah. Impiannya adalah melihat Putri mengalahkan wanita murahan itu.
" Kita tidak perlu mengurusi hal yang tidak perlu. Keluarga kita jauh lebih tinggi dari mereka "
Kalimat itu mengalun penuh dengan aura dingin. Suara nya datar dengan mimik wajah yang tegas
Zahira selalu berhasil menyimpan semua emosi nya jika berada di depan keluarga nya. Perihal masalahnya dengan Amel, biarlah dia sendiri yang menyelesaikan.
Karena Keluarga Wijaya bukan keluarga yang mengedepankan etika. Mereka berasal dari keluarga menengah dan mendadak menjadi kaya raya.
Dan sekarang tersandung kasus pencucian uang serta segala penipuan lainnya.
Jadi percuma berkonfrontasi dengan mereka di depan publik. Malah akan menurunkan derajat keluarga Malik.
Waktu memasuki makan siang, Zahira keluar untuk pergi ke kantin rumah sakit. Pertengahan jalan dia di panggil oleh seseorang.
" Zahira.. "
wanita itu menoleh dan menatap siapa yang memanggilnya.
" Dokter Reno? bagaimana bisa anda bisa di sini?"
Zahira menatap dengan senyum tipis. Sejak di atap rumah sakit waktu itu Zahira sudah tidak bertemu lagi dengan lelaki ini.
" aku ada urusan sedikit dengan rekan sesama dokter. Kamu mau kemana ini?"
" kantin, bagaimana dengan makan siang bersama Dokter Reno?" tawar Zahira.
" boleh tapi panggil aku seperti dulu saja, sekarang aku juga bukan dokter Arfan lagi" Terdengar ada maksud khusus dari ucapan Reno. Dan Zahira memahaminya.
Dokter Reno pasti sedikit kesal dan sedih karena Arfan dipindahkan kemari.
" baiklah kak Reno, ayo!"
Demi membalas rasa bersalahnya. Zahira dengan ramah mengajak Lelaki itu makan siang. Mereka tampak sangat serasi, jika tidak tau orang lain akan mengira jika meraka adalah sepasang pasangan suami istri.
Amran terlihat sangat muram sejak tadi. Meski berada di ruang kamar VVIP dengan penampilan yang mewah. Amran tetap tidak betah berada di sana.
Amel yang terus menangis dan menekannya atas keadaan sang ayah membuat Amran sungguh pening.
Setelah bolak balik kantor dan rumah sakit Amran tidak bisa lagi bertahan. Lelaki itu keluar dan mencari udara segar.
Saat sedang berdiri di dekat dinding kaca, dia melihat sebuah pemandangan yang membuat harga dirinya terusik.
Dengan langkah lebar dan rahang yang mengetat Amran berjalan memasuki kantin rumah sakit.