Setelah bangun dari koma karena percobaan bunuh diri, aku terkejut karena statusku menjadi menikah. Ternyata sebuah rahasia yang disembunyikan suamiku bahwa dia seorang profesional pembunuh bayaran.
Aku tak menyangka lelaki yang ku ketahui sebagai Vice President adalah anggota elite organisasi hitam yang menjadi buronan negara.
Teror demi teror datang. Beberapa pihak punya rencana jahat untuk menyingkirkan ku demi harta dan cinta, termasuk ibu tiri dan adikku.
Aku bersedia menukar tubuhku pada lelaki yang menjadi suami kontrak itu untuk sebuah komitmen balas dendam kematian sang ibu.
Akankah kebenaran tentang masa lalu menghancurkan rumah tangga kami? Penuh ketegangan berbalut kisah romansa yang sensual, ikuti cerita ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iris Prabowo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gangster Masuk Angin
What did i mess up, God?
Sepertinya sejak kemarin ada pandangan sniper selalu menyoroti. Kin mengabaikan aku, tapi tatapannya sangat tajam setiap kali berpapasan. Matanya berucap 'i am gonna kill you'.
Dia marah dengan kejadian kemarin? But why, seharusnya aku yang marah dengan perbuatan biadabnya. Kelakuannya seperti binatang, jangan-jangan dia menghajar brutal orang itu sampai tewas.
Lalu apakah aku hidup berdampingan dengan seorang pembunuh?
Sebulan sekali ada meeting direksi dan manajemen di perusahaan. Biasanya membahas tentang perfomance review, operational, sales marketing, financial, human resources, dan lainnya. Aura mencekam ini akan berlangsung dua jam ke depan karena aku harus satu ruangan dengan Kin
Dia duduk tepat di meja seberang, telinganya menyimak diskusi sementara tangannya memutar-mutar pena. Padahal pandangannya ke layar proyektor tapi kenapa aku selalu merasa dia sedang terus memperhatikanku?
Papa hadir tapi semua pasti merasa kalau kendali rapat ada pada Kin. Public speaking yang bagus, he's able to communicate complex ideas in a spesific way. Fasih bahasa mandarin karena komunikasinya dengan klien Taiwan via zoom meeting begitu lancar. Aku masih tidak percaya kalau preman tempo hari adalah orang yang saat ini menjadi pusat atensi perusahaan.
Lelaki ini punya dua kepribadian, sebagai Vice President yang highly intelligent and charismatic, juga sebagai tukang tattoo yang kasar dan berandalan.
Di ujung rapat bagian Human Resources izin memperkenalkan staff baru untuk tim manajemen. Guess who she is? Luisa sebagai Communication Manager. Tanggung jawab pengelolaan komunikasi internal dan eksternal akan dipegang kendalinya.
Posisi yang biasa saja tidak membuat iri. Manajer hierarkinya beberapa tingkat di bawah jabatanku dulu sebagai Vice President. Seorang putri pemilik perusahaan hanya ditempatkan sebagai manajer seharusnya sebuah pertanyaan, pasti ada kualifikasi dan penilaian yang kurang di mata papa untuk memberinya jabatan lebih tinggi. Tapi aku kesal karena bertambah lagi satu orang menyebalkan yang akan kutemui di kantor.
Dia bahkan tidak menyapaku malah langsung mencari atensi Kin sampai membuntuti ke ruangannya. Did she take this job to get closer to him?
"Kak, boleh pinjem Kin kan? Mobil gue ban nya bocor jadi mau minta tolong dia anterin gue pulang nanti" kata Luisa menghampiriku yang sibuk memantau serving makan siang karyawan.
Aku hanya mengangkat bahu, whatever i dont care. Kin tidak merespon apa-apa. Dia berjalan mendahului Luisa tanpa memandangku sama sekali.
"Lo berdua berantem ya?"
"Biasa aja,"
"Woops, okay. I'll take two ya!" ucapnya berlalu sambil mengambil dua susu kotak rasa pisang. Ia menghampiri Kin yang sudah duduk untuk makan siang. Melihatnya tersenyum saat menerima pemberian Luisa membuatku benci.
Am i being jealous?
***
Kenapa sih harus pakai alasan ban mobil bocor? Supir banyak, dia bisa minta jemput atau pulang naik taksi. Aku bahkan belum pernah minta bantuan lelaki itu untuk kepentingan personal, walau satu rumah tapi tetap urusan hidup masing-masing.
Ah, aku gusar.
Apa sebaiknya mencari cara untuk mencairkan kebekuan kami ya? Tapi gimana caranya?
Men's preferences in a relationship. Effort banget ya Tuhan aku sampai beli ebook demi mencari tips bagaimana memperbaiki kerenggangan antara aku dan Kin.
Menurut buku beberapa aktivitas simple yang bisa mendekatkan hubungan diantaranya main game atau menonton film bersama. Aku tidak tertarik game, skip. Menonton film? Aku hanya tahu kalau Kin tertarik pada anime dan donghua. Lantas apa aku harus ikut membuka topik tentang itu?
Suara mobil masuk ke garasi menandakan kalau dia sudah pulang. Ini sudah jam sembilan malam, jangan-jangan mereka berdua sudah mencuri waktu untuk dating, cih! Aku menyiapkan makanan kecil mini market sebagai pemanis untuk membuka obrolan.
"Kin!"
Aku memanggilnya begitu ia membuka pintu kamar. Aku menyodorkan cola dingin. Dua detik dia menggantung pemberianku tapi akhirnya diterima juga.
"Thanks"
"Busy now?"
"Nggak, cuma capek dikit. Kenapa?"
Dia membuka lebih lebar pintu kamar menyuruhku masuk. I've never been in his room before. Modern maskulin dengan interior serba warna navy cream. Untuk kerapihan dan kebersihan kamar seorang lelaki nilainya A+.
"Kamar lo adem banget" ujarku masih mengagumi tiap detail sudut. Aroma peppermint dan tobacco cukup kuat memberi kesan elegan.
"Want something?"
"Gue... minta rekomendasi donghua"
"Hah?"
"Gue lagi suka nonton donghua, lo punya rekomendasi judul oke nggak? Lagi bosen drakor soalnya,"
"Tuh cek aja di laptop gue! Di aplikasi buka aja history nya"
Soul Land, Renegade Immortal, Jade Dynasty, Throne of Seal, Swallowed Star, dan agh... banyak banget!
"Donghua itu sedikit romance lebih banyak action"
"Romance oke juga tuh,"
"Mau yang MC nya monogami atau poligami?"
"Kok poligami?"
"Ya namanya manusia abadi hidupnya ratusan tahun, apalagi spek calon dewa. Bininya bisa lima. Lo nggak suka harem?"
"Nggak sukalah, sukanya reverse harem"
"Ada sih tapi biasanya hentai. Mau?"
Bloody idiot!
Kembali melihat lagi senyum Kin dan tawa usilnya membuatku senang. Dia duduk di samping merebut laptop di pangkuanku. Aroma parfum di kemejanya bercampur keringat korporat.
I'm losing control tiba-tiba menghamburkan diri ke tubuhnya. Spontan aku mengendus dalam, menikmati aroma kemejanya terutama di lipatan ketiak. This dude's scent is super sensual.
HAH?!
Sepuluh detik kemudian aku sadar kelakuanku ini mirip kucing yang sakau keenakan mengendus catnip. Lelaki itu mematung, dia pasti tidak percaya kalau perempuan di sampingnya bisa berbuat sangat tolol. Aku mendongak, mengintip ekspresi kakunya, lalu menelan ludah.
"You're in the mood, huh?"
Dia berpikir kalau aku horny. Sekarang dia pasti berpikir kalau aku perempuan pervert dengan fetish mengendus keringat.
"Sorry ya gue lagi nggak pengen, cape"
Kin langsung berbaring telungkup.
"Ih bangsat siapa yang horny? Otak lo tuh mesum! Gue tuh cuma suka aja sama wangi parfum lo, nggak ada pikiran lain-lain!"
"Iya iya..."
Energinya tidak ada untuk berdebat, sepertinya dia beneran capek. Tone suaranya lebih lemas dari biasanya.
"Gue nggak enak badan..." ucapnya pelan dengan mata terpejam.
"Lo sakit?"
"Might have a cold"
Kucoba mengecek suhu tubuhnya dengan telapak tangan. Dahinya memang panas, wajahnya lebih memerah. Nafas dari hidungnya pendek dan terasa lebih hangat. Dia tidak sedang akting ternyata benar-benar sakit.
Aku menyiapkan baskom air hangat dan waslap. Kin yang setengah ngantuk terkejut saat aku mendorong tubuhnya agar pindah posisi baring.
"Gue kompres sekalian bersihin badan lo yang bau bensin sini! Buka kemejanya, sabuknya buka, copotin aja celananya juga. Lo pake boxer kan?"
Preman berandal di depanku berubah jadi balita lima tahun, menurut tanpa banyak tanya. Dia duduk di sisi kasur dengan mata setengah kantuk.
Ini benar-benar gue yang harus buka semua bajunya kah?
Tangan ini gemetar sedikit takut. Kemejanya sudah setengah terbuka jadi aku hanya melucuti kancing sisanya. Kujambak rambutnya agar segera bangun lalu menyuruhnya melepas pakaian bawah.
I've never taken care of a sick person before, apalagi sampai mengelap tubuhnya. Biasanya asistenku melakukan seperti ini kalau aku sakit, mengompres tubuh dengan rempah-rempah khusus pereda pegal linu. Tapi aku tidak punya stok rempah, hanya punya minyak gosok cina. Aku membalurkan lalu memberikan sedikit pijatan di punggungnya. Berkali-kali dia bersendawa.
"Pijatannya kurang keras,"
"Just massage it youself, dude!"
"Galak banget"
"Lo sama Luisa darimana sampai masuk angin gini?"
"Gue nggak kemana-mana, nggak sama siapa-siapa. Lembur di kantor."
"Lebay banget ah dulu gue nggak sampe segitunya kerja!"
"Karena lo nggak ngerjain apa-apa, kerjaan lo itu banyak di backup papa. Tiap hari hanya tanda tangan dokumen kan terus pulang?"
Benar juga sih aku merasa punya kursi istimewa di kantor. Setiap approval project apapun hanya ada pada President Director, aku hanya diperlihatkan hasil akhir lalu tanda tangan jika papa memang sudah setuju sebelumnya. Tapi sekarang setiap keputusan papa bergantung pada Kin. Kin oke, maka papa oke. Jangan-jangan dia salah satu pewaris tambahan yang diam-diam disiapkan setelah sadar anaknya belum berkapabilitas dalam mengelola perusahaan.
I get point, she got rejected. Mendadak pengen senyum sedikit.
"Lo sejak kapan jadi gangster?"
"What?"
"I can keep a secret, dont worry!"
"Gue nggak suka ribut, tapi kalau ada bangsat yang perlu dihabisi bisa gue hajar sampai mati!"
"What's his sin?"
"Pencabulan anak-anak kecil"
"Okay he deserves that!"
Kalau tahu seperti itu mungkin kemarin lebih baik keluar mobil, ambil batu lalu kuhantam kepalanya sampai pecah.
Tidak ada pembahasan sama sekali tentang lelaki di dalam mobil yang bersamaku. Ternyata kegalauanku dari kemarin hanya bagian dari overthinking, dia tidak peduli apapun tentangku.
"Yaudah istirahat, gue balik ya mau tidur juga"
"Thanks for looking after me"
Lembut dan sedikit basah, sebuah rasa yang membuatku bergidik saat ia tiba-tiba mengecup leherku. Damn, kesekian kalinya dia berhasil membuat jantungku mau lepas.
***