Jatuh cinta pada pandangan pertama, membuat Shakala Fathan Elgio Genova, berusaha untuk memperjuangkan cintanya pada Zakira. Gadis manis yang ia temui tanpa sengaja di perusahaannya. Zakira adalah salah satu karyawan di perusahaannya.
Namun, sayangnya saat ia mengutarakan niatnya untuknya melamar gadis itu. Terjadi kesalahpahaman, antara Fathan dan Mamanya. Nyonya Yulia, yang adalah Mamanya Fathan. Malah melamar Nabila, yang tidak lain sepupu dari Zakira. Nyonya Yulia, memang hanya mengenal sosok Nabila, putri Kanayah dan Jhonatan. Mereka adalah rekan bisnis dan keluarga mereka memang sangat dekat.
Nyonya Yulia juga mengenal dengan baik keluarga bakal calon besannya. Akan tetapi, ia tidak pernah tahu, kalau keluarga itu memiliki dua orang anak perempuan. Terjadi perdebatan sengit, antara Fathan dan sang Mama yang telah melakukan kesalahan.
Nabila yang sudah lama menyukai Fathan, menyambut dengan gembira. Sedangkan Zakira, hanya bisa merelakan semuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha mawik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 17.
"Ra!"
"Bikin kaget! Ngapain di sini?" tanya Zakira.
Zaki tersenyum tipis, ia tahu apa yang adiknya rasakan saat ini. Untuk itulah, ia mencari keberadaannya sedari tadi.
"Ngapain di sini?" tanya Zaki.
"Ih, ditanya malah balik nanya," sahut Zakira.
"Gerah di dalam, makanya gue keluar," sahut Zaki.
"Sama! Rame banget, sesak," tambah Zakira.
Akan tetapi, Zaki tahu semua yang dikatakan adiknya itu bohong.
"Acaranya rame, ya? Gak nyangka gue, kalau diam-diam Pak Fathan menjalin hubungan sama Nabila," cetus Zakira.
Terdengar lirih, yang masih saja berusaha ia tutupi.
"Mau nangis? Sini!" Zaki merentangkan tangannya.
"Ngapain nangis? Emang, gue kenapa?" ujar Zakira. Terdengar Isak yang tertahan.
Zaki masih memberikan kode pada adiknya, untuk masuk kedalam pelukannya. Tanpa aba-aba, Zakira masuk ke dalam pelukan Kakaknya. Bahu Zakira bergetar hebat, menahan isaknya. Ia tidak mau terlihat lemah didepan siapapun.
"Menangislah, Ra! Tumpahkan semuanya. Gue paham, apa yang lu rasain saat ini," ucap Zaki.
Zaki mengusap kepala saudara perempuannya itu dengan lembut.
Kendra, bersama Kirana dan Kiano beserta keluarga mereka akan pulang. Namun, langkah mereka terhenti saat melihat pemandangan didepannya. Kendra tahu semua yang terjadi pada cucunya.
"Bagaimana ini, Dad?" tanya Kiano.
"Bersikaplah seperti biasa. Ingat, jangan ada yang bertanya, apa lagi membahas masalah ini pada Zakira. Paham!" Kendra memberi warning pada anak dan menantunya.
Mereka mengangguk pelan. Setelah melihat Zakira puas menumpahkan semuanya. Kendra pun mendekati mereka.
"Ada apa ini? Kenapa ada adegan peluk-peluk segala?" cetus Kendra mencairkan suasana.
Zakira lekas menyeka air matanya dan tersenyum seperti biasa.
"Kamu, Ra. Kakak kamu dipeluk, Daddy gak," rajuk Kiano.
"Ah... Daddy!" Zakira beralih ke arah Daddy-nya dan memeluknya erat.
"Kita, pulang!" bisik Kiano.
Zakira mengangguk setuju.
"Tapi, Kira pamit sama Mama Papa dulu, ya!" ucap Zakira.
"Gak usah, tadi Ummi udah pamit sekalian," sela Kirana.
Kiano pun membawa pulang keluarganya. Dari kejauhan, Fathan menatap lirih pada rombongan itu, terutama gadis yang berada ditengah-tengah mereka.
"Maafkan aku, Za! Aku janji, aku akan selesaikan masalah ini," gumam Fathan.
Di dalam, suasana pesta masih berlangsung. Nabila terlihat bahagia, ia tidak henti-hentinya tersenyum.
****
"Jadi, apa rencanamu selanjutnya, Gio?" tanya Aditya.
"Aku akan menemui Tuan Nathan dan mengatakan semuanya," jawab Fathan.
"Mengatakan apa? Mengatakan, kalau kamu tidak pernah mencintai putrinya dan semua ini terjadi karena kesalahpahaman?" Sela Yulia.
"Aku akan menjelaskan, kesalahpahaman ini," sahut Fathan.
"Setelah itu, kau akan meminta kami melamar cucu lain Tuan Kendra lagi?" sambung Yulia.
Fathan menatap Ibunya. "Lalu aku harus bagaimana?"
"Jalani saja semuanya, Mama yakin. Suatu saat nanti, kamu juga bisa melupakan perempuan itu," sahut Yulia.
Yulia memang keras kepala dan egois. Ia sama sekali tidak mau disalahkan dalam hal apapun. Ia terlalu gembira mendengar putranya, memutuskan untuk segera menikah. Setelah sekian lama menutup diri dari hal apapun selain kerja.
Jika saja, Yulia lebih teliti dan bertanya lebih jelas. Mungkin, semua ini tidak akan jadi begini. Sebaliknya, Yulia malah menyalahkan Fathan, karena tidak menjelaskan secara detail. Yulia akui, ia memang tidak tahu menahu. Jika, Tuan Kendra memiliki dua cucu perempuan. Selama ini, ia hanya mengenal Nabila.
Memang hanya sedikit orang yang mengenal sosok Zakira. Bagaimana tidak, setelah lulus sekolah. Ia langsung melanjutkan studinya ke Kairo Mesir. Bertahun-tahun, Zakira menimba ilmu dimana kedua Ummi nya menuntut ilmu.
****
Dikediaman Kiano.
"Gue baru tau, kalau Zakira dan Fathan punya hubungan," cetus Kirana.
"Itu menurut cerita, Zaki," sahut Fachri.
"Dari gelagatnya saja, Daddy bisa tau. Kalau anak itu, menyukai Zakira. Hanya saja, Zakira terlalu pandai menyembunyikan perasaannya. Apalagi, dia sudah dapat warning dari kedua orangtuanya, untuk tidak boleh pacaran," ungkap Kendra.
"Daddy benar, Zakira itu. Dulunya seperti kamu, hanya saja kamu sedikit lebih terbuka sama aku, kan Sayang?" sela Fachri.
Zavira memutar matanya malas, ia merasa kesal dengan ke bucinan pasangan itu. Kendra hanya tersenyum melihat ulah menantunya, ia merasa senang. Sebab, semua anak-anaknya berada ditangan yang tepat.
"Intinya, mulai saat ini. Jangan ada yang membahas masalah pertunangan Nabila dan Fathan," putus Kiano.
"Eh, kumpul di sini," ucap Zakira yang telah siap dengan pakaian formalnya.
"Kamu mau ke mana, Sayang?" tanya Kiano.
"Kantor lah, kemana lagi," jawab Zakira.
Gadis itu duduk untuk sarapan. Zavira dengan cekatan membuatkan putrinya roti isi kesukaannya.
"Terimakasih, Ummi," ucap Zakira.
Zavira tersenyum menerima ucapan terimakasih dari putrinya.
"Mi, nanti siang, buatin parata pake kuah, ya!" pinta Zakira.
"Parata? Tumben?" celetuk Zaki.
"Apa sih? Gue lagi malas untuk keluar makan siang, makan di kantin. Kadang gak selera sama menunya," ungkap Zakira.
"Iya, nanti Ummi buatkan," jawab Zavira.
Zakira tersenyum. "Tapi, Kak Zaki yang antarin ke kantor, ya!"
"Apa? Gue? Gak!" tolak Zaki.
"Ayolah, Kak!" pujuk Zakira.
"Gak, manja banget," rungut Zaki. Sebenarnya, ia hanya menggoda adiknya dengan tujuan menghiburnya.
"Zaki!" ucap Zavira.
"Iya, Ummi!" sahut Zaki.
Zakira tersenyum puas, setelah selesai sarapan. Zaki pun mengantarkan adiknya bekerja.
"Ingat, ya! Anterin makan siang gue," ucap Zakira mengingatkan Kakaknya.
"Iya, ingat gue," sahut Zaki.
Saat keduanya asyik bercanda, sebuah mobil berhenti tepat di samping mereka.
"Selamat pagi, Pak!" sapa Zakira ramah. Masih dengan senyum yang sama, seperti tidak terjadi apapun kemarin.
Fathan hanya mengangguk samar. Matanya fokus ke Zakira yang terlihat masih mengobrol dengan Kakaknya.
"Ya, udah masuk sana! Gue mau pulang," ucap Zaki.
"Ah, iya! Hati-hati, ya!" pesan Zakira.
Zaki hanya mengangguk, Zakira pun melangkah. Namun sebelumnya, ia juga sempat mengangguk pada Fathan.
Fathan menatap kepergian Zakira.
"Sebaiknya, lu mulai lupain dia," ucap Zaki.
Fathan menoleh dan menatap Kakak dari Zakira itu.
"Sebaiknya, lu mulai lupain dia dan fokus pada masa depan lu dan Nabila," lanjut Zaki.
"Aku bisa jelaskan semuanya. Aku hanya butuh waktu dan kesempatan," ucap Fathan.
"Mau lu jelaskan apapun itu, tidak akan merubah keadaan." Tutup Zaki yang menyalakan motornya, kemudian meninggalkan Fathan dalam kebisuan
****
"Apa yang harus aku lakukan, Son? Kenapa semua jadi begini?" tanya Fathan pada Soni yang tidak lain adalah asisten sekaligus orang kepercayaannya.
"Saya juga bingung, Bos! Jika saja awalnya, Bos menjelaskan lebih detail pada Nyonya. Mungkin, semua ini tidak akan jadi begini," jawab Soni.
"Aku sudah mengatakan padanya, dengan sangat jelas. Akan tetapi, aku tidak tau, mama malah mengira yang aku maksud adalah Nabila," sambung Fathan.
"Nyonya juga tidak sepenuhnya salah. Sebab, selama ini yang beliau tau, cucu perempuan tuan Kendra hanya Nabila. Nyonya juga tidak pernah mengenal sosok Zakira, dikarenakan Zakira yang jarang muncul," ungkap Soni.
Fathan menarik napas kasar, sembari memijit pangkal hidungnya.
"Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mungkin menjalani hubungan, tanpa rasa seperti ini?" tanya Fathan.
Pemuda itu memang lebih terbuka pada asistennya. Fathan merasa nyaman jika sudah bercerita pada pria yang lima tahun lebih tua darinya itu. Apalagi, Soni juga sudah memiliki keluarga dan sudah dikaruniai seorang anak perempuan.
"Mungkin, akan lebih baik. Jika, tuan datang dan mengatakan semuanya pada keluarga Zakira dan Nabila," usul Soni.
"Aku yakin, mereka pasti akan marah dan kecewa padaku. Aku juga yakin, mereka akan menganggap aku telah mempermainkan anak gadis di keluarga mereka," ucap Fathan dengan nada ragu.
"Dari pada begini? Anda akan tersiksa sendiri karena kesalahpahaman ini," sahut Soni.
Fathan terdiam, mencoba mencerna ucapan asistennya.
jangan lupa tinggalkan jejaknya, boom bintang pliss...