Clara yang tak tau apa-apa.. malah terjebak pada malam panas dengan seorang pria yang tak dikenalnya akibat dari jebakan seseorang. Dan dihadapkan pada kenyataan jika dirinya tengah hamil akibat malam panas pada malam itu.
Akankah clara mempertahankan kehamilannya itu, atau malah sebaliknya? Dan siapakah pria yang telah menghamilinya? Dan siapa yang telah menciptakan konspirasi tersebut?
Yuk simak kisah clara disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Shine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
"Clara..! Di sini..!" panggil Eliza saat Clara baru saja sampai di bandara.
Clara yang mendengar dan melihat Eliza yang tengah melambai-lambaikan tangannya, langsung tersenyum dan segera menghampirinya.
"Kau di sini?" ucap Clara saat sebelumnya saling berpelukan melepas rindu.
"Memangnya kenapa?" tanya Eliza. "Apa aku tidak boleh bertemu denganmu dan juga keponakan kecilku ini lagi?" Sambungnya sembari membungkuk mensejajarkan ukuran tubuhnya dengan Arsen.
"Bukan begitu... Tapi__"
"Bentar deh Clar. Kalau dilihat-lihat.. Makin kesini Arsen makin mirip... Siapa gitu." Eliza menyela ucapan Clara sembari berfikir
"Makin mirip siapa?" Tanya Clara. "Ya mirip aku lah.. Kan aku mommy nya." Sambungnya dengan tersenyum. Walau sebenarnya, dalam hati Clara tak menampik jika Arsen anaknya tak ada mirip-mirip nya sama sekali dengan dirinya.
"Tidak bukan... Aku lihat dia seperti mirip..." Eliza berkata seraya mencoba mengingat-ingat sesuatu. "Ah, iya.. Arkhana Davidson." lanjutnya saat telah mengingat orang yang begitu mirip dengan Arsen. Yaitu salah seorang berpengaruh di kota ini, tuan muda Arkhana Davidson.
"Arkhana Davidson? Hmm... Aku tandai kau." Arsen membatin, disertai senyum samar yang tak ada satupun orang yang menyadari.
"Arkhana???" ulang Clara, karena tak begitu tau siapa orang itu. Yang Clara tau dan ingat saat nama itu disebut.. Adalah anak pertamanya yang meninggal saat baru dilahirkannya. Mengingat itu, Clara jadi merasa sedih.
Arsen yang peka akan perubahan raut muka Mommy nya, segera memeluknya. "Iya Aunty... Arsen mirip dengan Mommy. Bukan yang lain," tekannya, karena Arsen berfikir jika mommy nya bersedih karena dirinya disamakan dengan orang lain.
Membuat Clara seketika jadi tersenyum dengan tingkah sang anak sembari mengelus puncak kepalanya. Karena selama ini hanya Arsen seorang lah yang menjadi penyemangat hidupnya.
"Ayo pergi dari sini," ajak Clara, dan tak lagi mengingat apa yang di ucapkan Eliza tentang Arsen yang mirip dengan siapa. "Tapi sebelum ke penginapan.. Kita mampir ke suatu tempat terlebih dahulu," lanjutnya setelah terjeda beberapa saat.
"Kemana Mom?" tanya Arsen yang masih terus memeluk Clara.
"Nanti Arsen juga tau," jawab Clara. "Ayo Eliz. Apa kau masih betah berada di sini?" lanjutnya, saat melihat Eliza yang tak bergeming dari tempatnya semula, seperti tengah memikirkan sesuatu.
Dan saat mendengar teguran dari Clara, barulah Eliza beranjak dan mengikuti langkah Clara, Arsen, juga bibi Ester pengasuh Arsen yang berada didepannya.
***
Di salah satu pemakaman umum.. Clara, Arsen, Eliza, juga bibi Ester menghampiri salah satu makam kuburan berukuran kecil, yang di batu nisannya bertuliskan 'Arkhana Firansyah'.
Arsen yang penasaran pun tak kuasa untuk tak bertanya, "Mom, kenapa kita kemari? Dan kenapa tulisan di sana.. Hampir mirip dengan namaku?"
Sebelum menjawab, Clara tersenyum.. "Kemarilah," ucapnya seraya merentangkan salah satu tangannya agar diraih oleh Arsen. Saat Arsen telah meraih tangannya, Clara kemudian berjongkok di samping makam itu lalu kembali berucap, "Dia adalah kakakmu. Arkhana."
"Kakak???" ulang Arsen kebingungan.
Walau Arsen genius dalam hal teknologi, tapi Arsen tetaplah Arsen, seorang anak yang baru akan berusia genap enam tahun beberapa hari lagi.
"Iya.. Kakak Arsen. Kalian kembar," jelas Clara. "Tapi sayang, tuhan lebih menyayanginya. Dia meninggal beberapa saat setelah lahir." lanjutnya dengan suara tercekat menahan tangis.
Eliza yang juga ikut mendengarkan cerita Clara, juga ikut merasakan kesedihan yang sahabatnya itu rasakan. Karena waktu itu jugalah, dirinya terpaksa harus meninggalkannya sendirian.
Eliza bergegas menghampiri Clara, dan segera memeluknya. "Maafkan aku," ucapnya dengan penuh penyesalan.
Beberapa waktu kemudian, Clara dan yang lainnya pun memutuskan untuk pergi dan menuju ke penginapan.
***
Saat telah sampai di penginapan yang berupa Villa, Clara segera menggendong Arsen yang tengah tertidur sedari perjalanan pemakaman umum menuju penginapan. Maklum saja jika Arsen merasa kelelahan, karena Arsen tak pernah bepergian jauh seperti sekarang ini.
Dan kenapa Clara lebih memilih Villa daripada apartemen, atau yang lainnya.. Itu karena menurut Clara, Villa lebih lengkap fasilitasnya. Mengingat sang anak yang sangat hobi berenang dan berlarian kesana-kemari.
Tapi jika penawarannya hanya ada hotel... Maka Clara mungkin akan lebih memilih tidur dikolong jembatan daripada harus menempati penginapan bernama satu itu.
Pernah suatu ketika.. Clara bertemu klien. Dan saking lamanya pertemuan itu, membuat Clara dan kliennya kemalaman di tempat. Tapi karena pilihannya hanya satu tempat untuk menginap, yaitu hotel. Clara lebih memilih kembali ke rumah tempat dirinya tinggal walau jarak yang dirinya tempuh lumayan jauh, daripada harus menginap di tempat itu.
Itu dikarenakan ada trauma tersendiri dalam diri Clara akan satu nama itu. Karena sebab akibat dari satu nama itu, banyak kesakitan yang harus Clara hadapi. Pertama, Clara harus rela kehilangan kesuciannya. Kedua, Clara harus rela terusir dari rumahnya sendiri. Ketiga, Clara harus merelakan sahabat yang selalu ada untuknya, pergi. Keempat, Clara kehilangan anak pertamanya. Dan masih ada yang kelima, keenam dan seterusnya, yang harus Clara hadapi sendirian karena bermula dari satu nama itu, hotel.
***
Keesokan harinya...
"Sayang... Kau di sini bersama bibi Ester ya... Karena mom akan pergi bekerja," pamit Clara.
"Apa mom akan pulang malam?" tanya Arsen.
"Emmm... Entahlah. Memangnya kenapa? Apa ada yang kau inginkan?" tanya Clara balik.
"Emmm... Tidak ada," jawab Arsen cepat. "Mom pergilah, nanti Mom terlambat" lanjutnya dengan tersenyum.
Sebenarnya Clara tau apa maksud dan tujuan Arsen bertanya, tapi Clara berpura-pura tidak mengerti saja.
Sedang Arsen yang tidak ingin menyusahkan mommy nya, lebih memilih untuk diam.
Ya, hari ini adalah hari ulang tahun, Arsen.
Walau ditanggal ini juga adalah hari peringatan kematian anak pertama Clara, tapi tidak mungkin bagi Clara untuk mengabaikan anaknya yang lain. Walau sebagian dari diri Clara sakit jika mengingat anak pertamanya, tapi semua tertutupi dengan adanya Arsen disisinya.
"Baiklah, kalau begitu Mom pergi dulu. Baik-baik dengan bibi Ester," ucap Clara seraya memeluk dan mencium pipi serta kening Arsen.
"Oke, Mom." balas Arsen dengan mencium pipi sang mommy.
"Saatnya beraksi," gumam Arsen saat melihat mommy nya yang kian menjauh dengan taksi yang ditumpanginya, dengan tatapan yang jauh berbeda dari yang ia tunjukkan dihadapan sang mommy.
Membuat bibi Ester yang melihat tatapan Arsen yang seperti itu, membuatnya bergeridik dan tak percaya jika anak yang saat ini berada di hadapannya baru berusia enam tahun di hari ini.
***
Saat telah sampai ditempat yang dituju Clara... Dihadapannya kini terpampang jelas tercetak sebuah papan nama perusahaan yang selama beberapa tahun ini selalu dirinya pantau dari jauh perkembangannya, yaitu SIERRA PEARL. Perusahaan perhiasan yang walau dibawah naungan keluarga Bramastya, tapi yang sebenarnya Sierra pearl adalah hasil jerih payah mama Clara sendiri yang di rintis nya benar-benar dari nol.
Tapi siapa sangka, papanya justru menyerahkan Sierra pearl pada orang asing seperti Bella.