Dipaksa Menikah Dengan Seorang Gay

Semalaman keivano dan teman-temannya menghabiskan waktu di markas.mereka sampai ada yang tumbang,karena terlalu banyak meminum minuman beralkohol,sampai mabuk berat.

Tinggal tersisa keivano dan galleo, yang masih sadar, karena mereka sama sekali tak menyentuh minuman memabukkan itu.malam ini terlihat jika mood mereka,sedang tidak bersemangat.

"Gue pulang!" Galleo beranjak dari duduknya.

Keivano hanya melirik sekilas kepada galleo yang akan pergi.

"Apa ada masalah?"

Galleo menghentikan langkahnya.menatap keivano yang sedang menatapnya.

"Nggak,gue baik-baik saja.gue besok harus berangkat pagi,jadi sekarang gue pamit pulang." ujar galleo,menyalami keivano ala laki-laki.

"Ok, kalau begitu."

Galleo pun pergi dari markas, sedangkan keivano terlihat termenung sedang memikirkan sesuatu.tiba-tiba dalam pikirannya terlintas wajah cantik kanaya, yang tersenyum pada nya.

Keivano mengusap wajahnya kasar,tidak mengerti apa yang sedang dia rasakan.tiba-tiba dia merasa ingin bertemu dengan kanaya.tapi lagi-lagi, keivano menepis semua perasaannya itu.

***

Keesokan paginya,kanaya melakukan hal seperti biasa.hari ini dia berangkat sekolah di antar oleh Richard, karena keivano dari semalam tidak pulang,sehingga marvino meminta agar Richard mengantarnya.

"Apa kamu sudah siap?"

Kanaya mengangguk dan tersenyum sebagai jawaban.mobil yang di kendarai Richard pun melaju meninggalkan mansion darendra.

Selama perjalanan ke sekolah,kanaya tak banyak bicara.richard yang melihatnya pun merasa aneh,karena tak biasanya dia melihat kanaya yang terdiam.

"Apa kamu sakit?"

Kanaya pun menoleh,saat mendengar pertanyaan richard. "Tidak,aku baik-baik saja,bang."

"Tapi, sepertinya kamu terlihat sedang sakit."

Kanaya pun tersenyum,saat Richard terlihat khawatir padanya.richard pun mengerti dengan sikap kanaya, yang terlihat sedang menyembunyikan sesuatu.maka dari itu,richard pun tak lagi berbicara pada kanaya.

Mobil mereka pun tiba di halaman sekolah SMA angkasa jaya.kanaya pun berpamitan,namun langkahnya terhenti,saat mendengar ucapan richard.

"Jika memang terjadi sesuatu,bicara lah. abang siap untuk mendengarkan."

"Aku baik-baik saja, bang.terima kasih karena sudah memperhatikan, ku.kalau begitu aku pamit."

Tak ingin richard mengetahui semuanya, kanaya pun segera pergi dari hadapan richard.sebaliknya dengan richard, dia menatap kepergian kanaya dengan tatapan yang sulit di artikan.

Saat berjalan di Koridor sekolah,langkah kanaya terhenti.giselle bersama antek-anteknya menghadang jalan Kanaya.

"Masih berani lo,masuk sekolah!" Giselle menyilangkan kedua tangan dan tersenyum miring berdiri di depan Kanaya.

Kanaya terdiam,membalas tatapan tajam Giselle.kini dirinya tidak ingin mengalami hal seperti kemarin, dalam hati dia bertekad akan melawan Giselle.

"Kenapa, lo diam! takut, lo."

Kanaya tersenyum. "Aku tidak takut."

Senyuman sinis Giselle pun luntur.dirinya mengikis jarak dengan Kanaya.

"Lo bilang nggak takut!"

Kanaya hanya tersenyum sebagai jawaban.Giselle yang melihat sikap Kanaya pun mengepalkan tangan, dengan kuat dia mendorong tubuh Kanaya.

Kanaya yang tak siap pun,terjatuh dan meringis karena tangannya terkilir,saat menahan tubuhnya.

"Ha...ha... ha!" Giselle dan antek-antek nya tertawa puas, saat melihat kanaya yang kesakitan.

Giselle berjongkok,dan menarik rambut kanaya dari belakang.matanya menatap tajam, dan nafasnya yang memburu karena marah.

"Gue kasih tahu sekali lagi,sampai kapan pun lo nggak bakalan mampu buat lawan,gue!dan ingat, sekarang lo mainan gue, jadi jangan coba-coba buat lawan gue! ngerti lo!"

Kanaya meringis kesakitan,ternyata dia salah.melawan Giselle sendiri mungkin adalah bagian dari rencananya yang konyol.tapi dia juga tidak ingin, berada di bawah tekanan Giselle. dia ingin bersekolah dengan tenang dan nyaman.

"Giselle,kayanya kita harus pergi."seru mira pelan tapi menekan.

Mira melihat galleo dari kejauhan,sedang berlari menuju ke arah mereka.Giselle pun mengikuti arah pandang mira.bukannya lari, Giselle malah merapihkan penampilannya,dan memasang senyum termanisnya.mira dan lusi hanya memutar bola mata malas, melihat Giselle yang sedang, mencari perhatian dari galleo.

"Leo!" panggil Giselle manja.

Galleo tak menyahut panggilan dari Giselle.justru dia berjongkok memastikan keadaan kanaya.

Melihat sikap galleo yang acuh membuat hati giselle sakit dan marah, namun dia harus bersabar demi mendapatkan perhatian dari galleo.

"Leo,kamu...!"

"Jangan pernah lo ganggu dia lagi, ngerti!" bentak galleo, memotong ucapan giselle.

Mata tajam galleo, menatap giselle dan antek-anteknya.

"Kalo gue lihat, kalian masih ganggu dia... lo bakalan tahu akibatnya!" ancam galleo pada giselle dan antek-anteknya.

Giselle mengepalkan tangan, mendengar ancam galleo padanya.untuk saat ini giselle memilih pergi,dengan hati yang marah dan kecewa dia pun meniggalkan kanaya dan galleo, yang kemudian di susul antek-anteknya, yang sebelum pergi mereka menatap tajam kanaya penuh peringatan.

Kanaya menghela nafas,giselle telah pergi dari hadapannya.kini dia pun menjadi bahan tontonan murid,yang baru saja datang ke sekolah.namun kanaya bersyukur,galleo datang tepat waktu sehingga dia bisa terhindar sejenak dari giselle.

"Lo nggak apa-apa," tanya galleo,mengulurkan tangan,membantu kanaya bangun.

"Aku nggak apa-apa... awww....!" pekik kanaya yang meringis kesakitan, saat tangannya di tarik pelan oleh galleo.

"Tangan lo kenapa?"

Terlihat kekhawatiran dari galleo,sehingga tanpa sadar memegang tangan kanaya dan melihatnya begitu dekat.

Kanaya yang sungkan pun,menjauhkan tangannya dari galleo.

"Sorry!" Galleo pun menyadari sikapnya,rasa canggung pun hadir diantara mereka.

"Tidak apa-apa, kalau begitu aku pergi ke kelas dulu."

Kanaya malu menjadi bahan tontonan pun memilih pergi dari hadapan galleo.tapi, dengan cepat galleo menarik tangan Kanaya yang satunya lagi.

"Leo,kamu mau bawa aku kemana,arah kelas kan kesana!" teriak kanaya terkejut.

"Tangan lo harus di obati, jadi sekarang lo ikut gue,ke ruang UKS." ucap galleo tegas tanpa ingin di bantah.

Kanaya yang sudah merasakan sakit pun hanya mengikuti langkah galleo.mungkin galleo benar, tangannya perlu penanganan.

Dari kejauhan mata tajam seseorang,melihat kedekatan kanaya dan galleo.dia mengeraskan rahang serta mengepalkan kedua tangannya.hatinya memanas,namun dirinya sendiri juga tidak mengerti,sebenarnya apa yang kini dia rasakan.

"Kei,ayo kita ke kelas!" seru julian,menggenggam tangan keivano yang terkepal.

Keivano pun tersentak,kini dia memasang senyuman kepada julian dan bersikap seperti biasanya lagi.

Ya,sejak tadi keivano dan Julian sudah tiba di sekolah.mereka tidak sengaja melihat kanaya yang sedang di rundung oleh giselle.keivano hendak akan menolongnya namun,dari arah yang berlawanan galleo berlari menghampiri kanaya, sehingga keivano mengurungkan niatnya dan hanya menyaksikan dari kejauhan, apa yang terjadi pada kanaya.

Sepanjang perjalanan menuju kelas, pikiran keivano tak tenang,hatinya semakin bertanya-tanya,sebenarnya ada apa dengan dirinya?