NovelToon NovelToon
KAISAR IBLIS TAK TERKALAHKAN

KAISAR IBLIS TAK TERKALAHKAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Iblis / Akademi Sihir / Light Novel
Popularitas:982
Nilai: 5
Nama Author: NAJIL

Menceritakan perjalanan raja iblis tak terkalahkan yang dulu pernah mengguncang kestabilan tiga alam serta membuat porak-poranda Kekaisaran Surgawi, namun setelah di segel oleh semesta dan mengetahui siapa dia sebenarnya perlahan sosoknya nya menjadi lebih baik. Setelah itu dia membuat Negara di mana semua ras dapat hidup berdampingan dan di cintai rakyat nya.

Selain raja iblis, cerita juga menceritakan perjuangan sosok Ethan Valkrey, pemuda 19 tahun sekaligus pangeran kerajaan Havana yang terlahir tanpa skill namun sangat bijaksana serta jenius, hidup dengan perlakukan berbeda dari ayahnya dan di anggap anak gagal. Meskipun begitu tekadnya untuk menjadi pahlawan terhebat sepanjang masa tak pernah hilang, hingga pada akhirnya dia berhasil membangkitkan skill nya, skill paling mengerikan yang pernah di miliki entitas langit dengan kultivasi tingkat tertinggi.

Keduanya lalu di pertemukan dan sejak saat itu hubungan antara bangsa iblis dan ras dunia semakin damai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NAJIL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

3

Singkat cerita, perang besar ini telah berlangsung selama lebih dari lima bulan, membawa kehancuran yang luar biasa di kedua belah pihak. Pasukan langit dan iblis terus bertempur mati-matian demi kepentingan masing-masing, meninggalkan jejak kerusakan yang sulit untuk diperbaiki.

Kondisi alam langit telah mengalami kerusakan yang tak terbayangkan, dengan 60% wilayahnya hancur akibat bencana besar. Kebakaran hebat, tornado yang memutar ganas, gempa bumi yang menggetarkan setiap sudut, serta berbagai kehancuran lain menjadi pemandangan sehari-hari.

Jeritan kesakitan, tangisan pilu, dan rintihan penderitaan memekakkan telinga siapa pun yang mendekat. Tidak ada kebahagiaan yang tersisa, hanya keputusasaan yang terus melingkupi medan perang.

Selama lima bulan penuh ini, tak terhitung banyaknya perubahan yang terjadi, baik dalam strategi maupun gaya bertempur. Namun, semua itu tampaknya sia-sia. Tidak banyak yang tersisa dari peperangan panjang selain kerugian besar di kedua belah pihak.

Pasukan iblis kini hanya memiliki lima juta personel yang masih bertahan, sedangkan pasukan langit tersisa lima belas juta personel di sisi mereka.

Ratusan juta mayat berserakan, memenuhi dataran pertempuran seperti lautan mahluk hidup yang tak lagi bernyawa. Bau darah menguar begitu menyengat, menusuk hidung siapa saja yang berani mendekat.

Lahan perang berubah menjadi merah oleh genangan darah yang melimpah hingga setinggi lutut, menciptakan pemandangan yang memilukan dan meninggalkan trauma mendalam bagi semua pihak.

Langit yang dahulu biru cerah kini memantulkan rona merah dari darah yang tumpah. Keindahan alam telah berubah menjadi simbol kehancuran dan kesedihan.

Tidak ada kata-kata yang cukup untuk menggambarkan dahsyatnya pertempuran ini. Inilah harga yang harus dibayar oleh mereka yang memilih jalan peperangan.

Kembali menyorot pertarungan saat ini, masih di Benua 7, alam langit.

Di tengah medan yang telah luluh lantak, Lucifer bertarung sengit melawan Mikael. Kedua tokoh legendaris itu saling bertukar serangan dengan intensitas yang sulit dipercaya oleh siapapun yang menyaksikannya.

Benturan energi suci dan gelap menciptakan gelombang kejut yang meremukkan tanah di sekitar pertarungan, meninggalkan kawah-kawah besar sebagai saksi bisu. Tidak ada satu pun prajurit yang berani mendekat, apalagi mencoba menghentikan duel mengerikan tersebut. Duel itu adalah pertarungan yang hanya bisa diakhiri oleh salah satu dari mereka.

Mikael, dengan wajah serius dan tubuhnya yang bersinar terang, memasuki mode pertempuran tingkat 4—level yang menandakan lawannya adalah ancaman penghancur mengerikan.

Lucifer, mantan pemimpin neraka, jelas merupakan salah satu ancaman terbesar yang pernah ada. Mata Mikael memancarkan keteguhan, tetapi di balik itu terlihat sedikit kelelahan akibat duel panjang ini.

“Apakah hanya sebatas ini kekuatan dari Mikael, sang monster keadilan? Tidak... maksudku Mikael, sang Keadilan Absolut,” ucap Lucifer dengan nada mengejek, senyumnya menyeringai tajam. Tawanya bergema, merendahkan lawannya.

Sementara itu, masih di Benua 7 tetapi di wilayah yang berbeda, suasana jauh lebih suram.

Hera dan Salomon, dua jenderal langit agung, terkapar di tanah yang telah retak dan tercemar energi kutukan. Mereka, yang selama ini dianggap hampir menyamai para Keadilan Absolut, kini terlihat tak berdaya di hadapan Asmodeus, sang Bencana Kehampaan.

Kehadiran Asmodeus bagaikan lubang gelap yang menyerap semua harapan di sekitar mereka. Aura kutukan yang keluar dari tubuhnya begitu brutal, mencabik-cabik bukan hanya fisik tetapi juga jiwa Hera dan Salomon.

Asmodeus berdiri dengan kesombongan yang tak tertandingi. Tatapannya dingin dan penuh penghinaan, seolah dua musuh di hadapannya tak lebih dari sekadar serangga.

“Sepertinya kalian harus menjadi jauh lebih kuat lagi untuk sekadar menyentuhku,” ucap Asmodeus dengan nada datar, tetapi setiap katanya menancap seperti pisau tajam di hati Hera dan Salomon.

Dengan langkah santai, ia memanggil kura-kura raksasa peliharaannya, Pipsi, bersiap untuk meninggalkan medan pertempuran yang ia anggap telah ia menangkan.

Namun, suara lirih Hera terdengar, meski tubuhnya masih gemetar dan sulit untuk berdiri.

“Ke-kemana kau akan pergi, Asmodeus? Lawanmu... adalah aku,” ujarnya dengan penuh tekad, meski tubuhnya jelas sudah melewati batasnya. Asmodeus menghentikan langkahnya, menoleh dengan senyum mengejek. “Menyedihkan. Sadari posisimu, lemah. Kau bahkan tak pantas mengucapkan namaku.”

Dari kedua tangannya, energi kutukan hitam pekat mulai berkumpul, disertai percikan listrik ungu yang menggelegar. Asmodeus bersiap mengakhiri nyawa Hera dan Salomon dengan satu serangan mematikan.

Aura itu begitu kuat hingga tanah di sekitar mereka retak semakin dalam, dan udara menjadi begitu berat, seolah menekan semua yang ada di sekitarnya.

Hera, meski tak berdaya, menatap Asmodeus dengan mata yang penuh kebencian dan rasa kesal. Dalam batinnya, ia berteriak, “Sial! Apakah aku akan mati di tangan iblis ini?” Namun, meskipun tubuhnya tak lagi mampu berdiri tegak, ia menolak menyerah.

Serangan Asmodeus hampir diluncurkan, ketika tiba-tiba, sebuah portal besar bercahaya biru muncul di antara mereka. Cahaya itu begitu terang hingga memaksa semua mata untuk menyipit. Dari dalam portal, muncul sosok tinggi dengan armor keemasan yang bercahaya seperti matahari.

Jenderal langit agung Julius melangkah keluar, matanya menyala dengan amarah yang tak tertahankan menatap Asmodeus yang tampak akan segera melancarkan serangan terkahir buat Hera.

“Asmodeus!” serunya dengan suara yang mengguncang tanah. Tatapannya tajam, penuh dengan luapan dendam dan niat untuk mengakhiri pertarungan ini.

Asmodeus, untuk pertama kalinya, menunjukkan ekspresi serius. Ia menurunkan kedua tangannya dan menatap Julius dengan penuh perhatian. “Ah, Julius... kau akhirnya muncul. Pertarungan ini akan menjadi jauh lebih menarik,” ucapnya, menyunggingkan senyum dingin.

Hera dan Salomon hanya bisa terdiam, menyaksikan pertemuan dua kekuatan besar di hadapan mereka. Meski tubuh mereka lemah, di mata mereka terlihat harapan kecil yang kembali menyala.

Julius, harapan terakhir mereka, kini berdiri di antara mereka dan kehancuran mutlak yang di sebut Asmodeus sang kehampaan.

“Iblis keparat! Kau akan benar-benar membayar semua ini, bajingan!” Julius berteriak penuh amarah, matanya melotot tajam memendam kemarahan yang tak tertahan. Sorot matanya seperti bara api yang siap meledak kapan saja, penuh dendam kesumat.

Jelas sekali ada sesuatu yang mengerikan terjadi dalam pertemuan mereka sebelumnya. Apa pun itu, kini hanya amarah yang memandu langkah Julius.

“Beraninya kau mempermainkanku! Kali ini kupastikan kau akan mati!” seru Julius, suaranya bergemuruh di langit penuh kehancuran, seolah membelah udara.

Di hadapannya, Asmodeus hanya tersenyum kecil. “Wah... kau hebat juga bisa keluar dari tempat gelap itu, wahai Jenderal Langit Agung Julius,” ucapnya santai, seperti seorang pemain catur yang baru saja memindahkan pion dengan sempurna.

Mata hitamnya menyiratkan kesombongan, aura intimidasinya tak tergoyahkan.

Nyatanya, di pertarungan sebelumnya, Asmodeus berhasil mengirim Julius ke Lembah Hitam, bagian terdalam dari Alam Neraka, dengan menggunakan skill ultimate miliknya.

Di sana, batas antara kenyataan dan ilusi kabur, menjadikannya ruang kehampaan tanpa ujung. Itu adalah salah satu tempat paling mengerikan, di mana tidak ada energi yang bisa dihantarkan. Bahkan bangsa iblis sekalipun menghindari tempat itu.

Ketika Julius berhasil kembali ke Alam Langit, ia terkejut mendapati tanah kelahirannya porak-poranda. Kerusakan telah mencapai 60%. Sebagai salah satu dari Tiga Keadilan Absolut, penghinaan semacam ini adalah sesuatu yang tak bisa ia terima.

“Bagaimana dengan tempat itu? Apa kau menyukainya?” ejek Asmodeus sambil menyeringai. Nada santainya seolah menyulut bensin ke kobaran api di hati Julius.

Julius mengepalkan tangannya. “Jadi itu alasanmu lari ke sini? Pantas saja aku terus kembali ke titik awal saat mencoba keluar! Tapi sekarang, bersiaplah, Asmodeus! Aku akan menunjukkan padamu sesuatu yang lebih mengerikan dari tempat itu!” serunya.

Sebuah ledakan energi hijau-emas muncul dari tubuhnya, menciptakan tekanan besar yang membuat seluruh area sekitar berguncang hebat terus-menerus.

Tubuh Julius kini berubah. Rambut kuningnya yang semula pendek memanjang hingga ke lutut, sementara enam sayap bercahaya muncul di punggungnya, bersinar terang seperti bintang di tengah kehancuran.

Aura kekuatan surgawi tingkat empat seperti yang di lakukan Mikael kini menyelimuti seluruh tubuhnya, menandakan bahwa Julius telah memasuki mode pertempuran tertinggi.

Asmodeus, yang berdiri di atas kepala kura-kura raksasanya, hanya menatap santai.

“Sepertinya engkau sedang marah besar padaku,” ucapnya dengan senyum sinis.

Julius balas menatap, tatapan penuh tekad. “Aku tidak suka melihat kesombonganmu, Asmodeus. Kali ini, kau benar-benar mati di tanganku.” Suaranya penuh keyakinan, tanpa sedikit pun ragu.

Asmodeus menghela napas, lalu tertawa kecil. “Aku jadi sedikit gemetar mendengarnya,” ujarnya penuh sarkasme. Tapi aura santainya tetap tak tergoyahkan, menunjukkan kepercayaan diri yang mutlak.

Di kejauhan, Hera berusaha bangkit sambil menyeret tubuh Salomon yang hampir tak sadarkan diri. Keduanya terluka parah setelah dihajar oleh Asmodeus. Wajah Hera penuh peluh, namun tekadnya tetap kuat.

“Asmodeus sangat kuat... terlalu kuat. Kami benar-benar dipecundangi olehnya,” batinnya sambil menggigit bibir, mencoba menahan rasa frustrasi.

Hera terbang menuju benua yang lebih rendah, tempat yang relatif aman untuk memulihkan luka-lukanya. Namun, tanpa sepengetahuannya, Kaiju diam-diam mengikuti dari belakang, seperti bayangan yang tak bisa dihindari.

Sebelum menjadi salah satu dari 10 Jenderal Iblis, Asmodeus adalah pemimpin Lembah Hitam. Ia adalah sosok yang menyukai kehampaan, enggan terlibat dalam politik Alam Neraka.

Bahkan Lucifer, saat masih memimpin Neraka sebelum kedatangan Raja Iblis Zhask Agung, enggan berurusan dengan Asmodeus. Bagi Lucifer, Asmodeus adalah entitas tidak diketahui, dengan umur yang setara tiga iblis kuno, atau bahkan lebih.

Lembah Hitam, wilayah kekuasaan Asmodeus, adalah tempat yang dihindari semua makhluk. Tidak ada energi yang bisa dihantarkan di sana, menjadikannya tempat mati bagi siapa pun yang terperangkap. Julius tahu ini, dan itulah sebabnya ia menyimpan dendam membara terhadap Asmodeus.

Kembali ke medan pertempuran, Julius kini berdiri dengan kekuatan penuh di hadapan Asmodeus. Tekanan energi dari keduanya menciptakan badai besar yang mengguncang benua ketujuh. Semua orang yang berada di sekitar hanya bisa menyaksikan dari kejauhan, tak berani mendekat.

“Apa kau siap, Asmodeus?” Julius mengangkat senjatanya, cahaya hijau-emas dari tubuhnya berpendar terang, siap menghancurkan apa pun yang menghalangi jalannya.

“Selalu,” jawab Asmodeus dengan tenang, energi kutukan hitamnya mulai mengalir dari kedua tangannya.

Pertarungan besar ini baru saja dimulai, dan hasilnya akan menentukan nasib Alam Langit dan Alam Neraka.

Berpindah ke tempat lain, masih dalam lingkup alam langit. Lebih tepatnya di jalur antara benua 7 dengan Istana langit.

Di sebuah tempat yang begitu megah bak istana berlapis emas dan permata berkilau, berdiri seorang sosok prajurit gagah perkasa. Ia berdiri tegak, tanpa kelengahan sedikit pun, seakan dirinya adalah simbol sempurna dari kewaspadaan dan kekuatan.

Di sisinya terdapat dua pedang bercahaya, memancarkan aura yang sama kuatnya dengan senjata milik Mikael.

Rambut putih panjang bergelombang, memancarkan kilauan seperti sutra di bawah sinar matahari. Wajahnya begitu tampan, dihiasi rahang tegas dan mata biru cemerlang yang penuh kharisma.

Tubuhnya yang kekar dan tinggi menjulang gagah menyamai Mikael bahkan bisa di katakan jauh lebih sempurna, menambah wibawa yang memancarkan intimidasi alami.

Di punggungnya, enam sayap keadilan membentang megah, memancarkan cahaya yang tak bisa ditandingi oleh makhluk mana pun bahkan keindahan sayap Mikael dan Julius kalah telak jika di sandingkan.

Di hadapannya terdapat meja besar dengan ukiran sisik naga yang memukau. Di atas meja, sebuah bola proyeksi kecil menampilkan jalannya pertempuran di berbagai titik medan perang.

Sosok misterius ini mengamati dengan penuh perhatian, memendam ketidaksabaran yang semakin sulit dibendung. Matanya menyorotkan kemarahan yang nyaris meledak, namun dia kembali dengan mudah mengontrol nya.

“Menghadapi iblis rendahan seperti itu saja tidak mampu, sebagai penyandang gelar keadilan absolut, sungguh memalukan,” gumamnya dingin, penuh cemoohan.

Ia baru saja menerima perintah langsung dari Jenderal Tertinggi Iskandar Agung untuk turun ke medan perang dan membantai para iblis tanpa ampun.

Tanpa membuang waktu, ia mulai bersiap, mengenakan perlengkapannya dengan penuh ketelitian dan determinasi.

Dahulu, ia pernah bertempur mati-matian melawan Lucifer di neraka. Ia menyiksa Lucifer hingga nyaris mati berkali-kali, namun iblis itu selalu mampu bangkit. Kali ini, ia bersumpah akan memastikan bahwa Lucifer benar-benar lenyap dari keberadaan.

Ketika gerbang keadilan terbuka perlahan, sosok itu keluar dengan langkah mantap. Setiap langkahnya seolah mengguncang dunia di sekitarnya. Energi luar biasa memancar dari tubuhnya, menjalar cepat seperti badai yang menggulung langit, menciptakan tekanan hebat yang mampu membuat siapa pun terdiam dalam ketakutan.

“Kau terlalu lamban, Mikael! Seharusnya dirimu tahu bahwa aku sangat tidak suka disuruh menunggu,” ucapnya dingin, penuh ketidaksabaran yang menusuk.

Di tengah pertarungan yang tak kunjung usai, Lucifer tiba-tiba terhenti. Ekspresinya yang penuh percaya diri berubah. Sebuah getaran energi yang tak asing dirasakannya, membuatnya tersentak.

Tatapan matanya menyipit tajam, dan senyumnya merekah penuh gairah adrenalin.

“Jadi, dia akhirnya bergerak? He-he-he... menarik,” ucap Lucifer perlahan, suaranya bergetar antara rasa takut dan antusiasme liar. Ia mengarahkan pandangan tajamnya ke Mikael.

Mikael yang juga menyadari kehadiran sosok tersebut tersenyum dingin. “Kau menyadarinya? Kemenangan kami sudah berada di depan mata. Menyerahlah, Lucifer. Pertarungan ini sudah berakhir.”

Namun, Lucifer hanya menatap Mikael dengan sorot mata penuh santai bercampur gairah bertarung. “Berakhir? Heh. Kau belum melihat seluruh kekuatanku, Mikael. Kalian semua belum siap menghadapi apa yang akan terjadi.”

Energi di sekitar mereka terus bergejolak, menciptakan badai yang semakin menggila. Di tempat yang sangat amat jauh, suara langkah sosok agung itu mulai terdengar, membawa serta tekanan yang seakan menindas semua kejahatan.

Bahkan Lucifer, dengan segala kesombongannya, tidak bisa menahan rasa gentar yang merayap di hatinya. Dirinya tau jika situasi akan menjadi lebih menghawatirkan.

“Dia datang,” gumam Lucifer, suaranya nyaris tak terdengar, pertempuran besar ini baru saja memasuki babak yang lebih menegangkan, dan bangsa iblis harus bersiap menyambut bencana yang tak terelakkan.

Cerita berpindah menyorot keberadaan Kaisar Langit. Di puncak kemegahan alam langit berdiri sebuah kastil putih besar yang memukau, memancarkan aura keagungan tiada tara. Kastil itu dihiasi taman-taman yang penuh dengan tumbuhan surgawi, menghembuskan aroma lembut yang mampu menenangkan hati bahkan dalam kekacauan perang. Setiap sudut bangunan berkilau oleh lapisan intan, emas, dan permata yang tak ternilai harganya.

Di depan gerbang istana langit yang kokoh berdiri sepuluh pasukan elit, masing-masing mengenakan armor tempur lengkap yang bersinar di bawah cahaya langit. Senjata tingkat tinggi yang mereka bawa menunjukkan status dan kekuatan mereka yang luar biasa.

Tidak ada makhluk yang dapat memasuki istana tanpa melewati mereka terlebih dahulu. Pasukan ini tidak hanya simbol perlindungan, tetapi juga lambang kehebatan alam langit.

Pasukan elit ini dilatih dengan sangat ketat sejak usia muda. Setiap gerakan, setiap taktik, dan setiap serangan mereka telah diasah hingga mencapai tingkat mendekati kesempurnaan.

Banyak yang mengatakan bahwa kekuatan mereka hampir setara dengan para Jenderal Langit Agung, bahkan mungkin lebih dalam beberapa aspek tertentu.

“Perang besar ini belum selesai, dan aku yakin akan tercatat sebagai sejarah terbesar alam langit,” ucap salah satu prajurit, membawa dua tombak berlapis api yang tampak menyala di punggungnya.

“Jika iblis-iblis itu berani mendekat, aku tidak sabar menghancurkan mereka. Sudah lama aku ingin menunjukkan kehebatan akurasi ku kepada para iblis,” tambah prajurit lain sambil tersenyum sinis, tangannya menggenggam shuriken besar yang mengeluarkan kilatan cahaya biru.

“Tapi kenapa perang ini begitu lama? Sudah lima bulan dan para Jenderal Langit Agung masih belum berhasil mengalahkan para iblis. Apa yang sebenarnya mereka lakukan?” gerutu seorang prajurit berambut panjang, duduk santai sambil menghisap rokok yang memancarkan aroma herbal.

“Ini bukan waktunya untuk menilai mereka,” tegur kapten pasukan, suaranya penuh otoritas. Matanya tajam menatap ke langit.

“Kapten benar! Kita sedang menghadapi perang terbesar sepanjang sejarah. Tidak ada ruang untuk meremehkan atau mempertanyakan upaya mereka,” ujar prajurit wanita berambut biru panjang dengan nada tegas, sembari mengencangkan grip pada pedang bercahayanya.

Prajurit termuda di antara mereka, yang tampak sedikit gugup namun penuh rasa ingin tahu, bertanya, “Kapten, sebenarnya seberapa menyeramkannya Lucifer? Bagaimana mungkin dia bisa bertahan selama ini?”

Kapten, seorang pria tua berwajah dingin dengan tubuh yang tegap, menjawab dengan suara rendah namun sarat akan ketegasan, “Lucifer adalah salah satu dari Tiga Iblis Kuno. Iblis-iblis kuno seperti dia telah ada lebih dari 50.000 tahun yang lalu. Mereka adalah makhluk yang memiliki kemampuan melampaui batas makhluk biasa. Namanya menjadi legenda setelah ia mampu bertahan menghadapi Gabriel, Sang Monster Keadilan. Itu adalah pencapaian yang bahkan sulit dipercaya.”

Semua prajurit terdiam sejenak, mencerna informasi itu. Salah satu dari mereka, yang membawa sabit besar dan memiliki lidah panjang menjulur, tersenyum penuh antusias. “Membayangkan bahwa dia bisa bertahan melawan Tuan Gabriel saja membuat darahku mendidih. Aku tidak sabar untuk menghadapi mereka. Ini akan menjadi pertempuran yang benar-benar menantang!”

Kapten hanya tersenyum tipis mendengar antusiasme anak buahnya, namun dalam hatinya dia tahu bahwa ancaman iblis-iblis kuno seperti Lucifer tidak bisa diremehkan. Mereka adalah simbol kehancuran, dan meski para Jenderal Langit Agung sedang bertarung mati-matian, peluang kemenangan masih terasa samar.

Langit di atas mereka kembali bergetar, seolah merespons ketegangan yang terus memuncak. Para pasukan elit tetap berjaga, siap menghadapi siapa pun yang berani menantang keagungan istana langit. Aura mereka bersinar semakin terang, menyiratkan tekad untuk melindungi Kaisar Langit dan kehormatan alam mereka hingga titik darah penghabisan.

Di dalam kastil putih kaisar langit. Tampak ruangan besar yang penuh kemegahan, sang Kaisar Langit duduk di singgasananya yang terbuat dari kristal murni, memancarkan cahaya yang menerangi aula istana. Empat penasehat utama yang dikenal sebagai Menteri Kekaisaran duduk melingkar di meja bundar, wajah mereka memancarkan keprihatinan mendalam.

Iskandar Agung, Menteri Pertahanan, dengan wajah serius mulai melaporkan situasi terkini. "Yang Mulia, iblis-iblis masih bertahan dengan gigih. Tidak ada tanda-tanda mereka akan mundur dalam waktu dekat. Pasukan kita mulai kelelahan, dan kerusakan semakin parah."

Kaisar Langit mengangguk perlahan, lalu menoleh kepada Zeus Agung, Menteri Kesejahteraan. "Bagaimana keadaan rakyat kita? Apakah evakuasi sudah selesai?"

Zeus berdiri dengan penuh keyakinan. "Semua penduduk sudah berhasil dievakuasi ke Lembah Adam, Yang Mulia. Tempat itu kini dilindungi oleh Tabir Segel Tingkat Nirwana yang saya buat sendiri. Tidak ada makhluk yang bisa masuk tanpa kode khusus. Meski sekelas raja iblis sekalipun."

"Bagus," gumam Kaisar Langit, meski wajahnya tetap terlihat tegang. "Lalu, bagaimana dengan kondisi wilayah langit?"

Menteri Pembangunan, yang masih muda namun memiliki tanggung jawab besar, melaporkan dengan nada getir, "Kerusakan telah mencapai 60%, Yang Mulia. Banyak wilayah yang sudah tidak bisa dipulihkan dalam waktu dekat. Ini adalah bencana terbesar dalam sejarah Kekaisaran Surgawi."

Mendengar laporan tersebut, Kaisar Langit tampak terdiam. Matanya memandang jauh ke depan, seolah-olah tengah memikirkan beban besar yang harus ia pikul.

"Raja Iblis Zhask tidak hanya menghancurkan wilayah kita, tapi juga mengancam keseimbangan semesta. Jika tatanan antara tiga alam runtuh, maka kehancuran total tidak akan terhindarkan."

Berpindah menyorot bagian lain.

Di kejauhan, gemuruh langit yang retak seolah mengumumkan kehancuran yang semakin mendekat. Raja iblis Zhask, dengan mata merah menyala, melesat tanpa henti menuju Istana Langit. Tidak ada apa pun yang mampu menghentikannya.

Setiap langkah dan kepakkan sayap-sayap nya meninggalkan jejak kehancuran. Tubuhnya diselimuti aura kegelapan yang pekat, sementara senyuman dingin tersungging di bibirnya.

"Segera, aku akan merebut singgasana Kaisar Langit," ucap raja iblis Zhask dengan suara rendah yang bergema. "Ketika itu terjadi, tidak ada lagi yang bisa menghentikan ku. Alam neraka, dunia, dan langit akan berlutut di hadapanku."

"Semua akan tunduk!" lanjutnya, dengan suara penuh kebencian yang mampu membuat semua yang di lalui bergetar. "Aku akan mengubah semesta ini menjadi ladang kehancuran. Malapetaka adalah warisan terbaik untuk dunia ini!"

Energi kegelapan dari tubuhnya meresap ke udara, menciptakan gempa besar di sekitarnya. Bahkan angin berhenti berembus, seolah takut akan keberadaan sosok raja iblis.

Berpindah menyorot kembali Istana langit atau lebih tepatnya Kekaisaran Surgawi.

Kaisar berdiri perlahan dari singgasananya. Tatapannya dingin dan tajam, tetapi di balik itu, ada tekad yang mengakar kuat. Ia tahu, pertempuran ini akan menentukan segalanya. Langit, bumi, dan neraka... semuanya berada di ujung tanduk.

Kata-kata para penasihatnya menggema di aula, melaporkan kehancuran yang disebabkan oleh Raja Iblis Zhask. Tangannya yang menggenggam tongkat kekuasaan perlahan mengencang, menunjukkan ketegangan yang tidak biasa pada sosok pemimpin tertinggi tiga alam itu.

"Zhask..." gumamnya pelan, seperti racun yang menetes dari bibirnya. Sang Kaisar mengerti, ulah iblis itu tidak sekadar pemberontakan. Ini adalah deklarasi perang.

Raja iblis Zhask telah merusak tatanan yang selama ini menjaga keseimbangan tiga alam—neraka, dunia, dan langit. Jika tidak dihentikan, kehancuran semesta tidak lagi menjadi ancaman, tetapi sebuah kepastian.

Cerita lalu berpindah kembali menyorot wilayah pertempuran besar benua tujuh.

Medan pertempuran di alam langit, khususnya di Benua 7, berubah menjadi pemandangan yang menggambarkan kehancuran dan keputusasaan.

Hanya ada tiga Jenderal Langit Agung yang masih berdiri di atas tanah yang berlumuran darah, menjaga kehormatan pasukan mereka dengan nyawa sebagai taruhannya. Di sisi lain, tiga Eksekutif Jenderal Iblis yang tersisa tidak kalah tangguh, mempertahankan kehendak gelap mereka dengan kekuatan luar biasa.

Langit di atas Benua 7 berwarna merah kehitaman, seperti cermin bagi tumpahan darah yang telah lama mengering di tanah. Jeritan perang menggema, suara dentingan pedang dan letusan sihir menyatu dengan aroma anyir kematian yang memenuhi udara.

Para prajurit, meski terluka parah, tetap menggenggam senjata mereka erat-erat, wajah mereka mencerminkan tekad untuk tidak menyerah, bahkan jika maut sudah berada di depan mata.

Benturan kekuatan antara kedua pihak menghasilkan ledakan besar yang memecah langit. Cahaya yang menyilaukan disertai getaran yang mengguncang membuat medan perang terasa seperti akhir dunia. Suara-suara serak para komandan terdengar di antara dentuman, memerintahkan pasukan yang tersisa untuk terus bertarung.

Namun, mereka semua tahu—baik di pihak langit maupun iblis—bahwa perang ini lebih dari sekadar strategi. Ini adalah pertarungan kehormatan, pengorbanan terakhir demi harga diri dan kepercayaan yang mereka junjung.

Ketegangan tak tertahankan menyelimuti seluruh medan perang. Mata para prajurit yang tersisa terbelalak, menyaksikan tiga Jenderal Langit Agung dan tiga Eksekutif Jenderal Iblis bertarung habis-habisan. Setiap pukulan, setiap sihir, setiap manuver mereka menciptakan gelombang energi yang memorak-porandakan medan.

Tidak ada yang berani berkedip, seolah-olah kehilangan satu detik pandangan berarti kehilangan kisah perjuangan terbesar yang pernah ada.

Dalam keheningan yang sempat terputus di antara dentuman, sebuah perasaan mencekam menyusup ke hati para prajurit. Ini bukan lagi sekadar perang. Ini adalah ujian kekuatan absolut, di mana hanya mereka yang memiliki tekad paling kuat yang akan keluar sebagai pemenang. Keputusasaan dan harapan saling bertarung di benak masing-masing, menciptakan atmosfer yang membuat setiap orang merasa seperti napas terakhir mereka bisa tiba kapan saja.

_________________________

Jendral langit agung yang bertahan sampai sekarang : Julius, Mikael, Hera, (belum muncul).

Eksekutif Jendral Iblis yang masi bertahan : Lucifer, Asmodeus, Kaiju.

_________________________

Perang ini adalah titik balik yang akan menentukan nasib seluruh alam—langit, bumi, dan neraka. Setiap langkah, setiap pukulan, dan setiap teriakan perang menciptakan jejak yang akan ditulis dalam sejarah, menjadi kisah yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Tak ada yang tahu siapa yang akan bertahan, namun satu hal pasti, ini adalah pertarungan yang akan selalu dikenang, baik oleh para penyintas maupun mereka yang menyaksikan dari cerita masa lalu.

Medan perang kini memasuki babak akhir. Detik-detik yang tersisa dipenuhi dengan intensitas yang tak terbayangkan. Keringat dan darah menyatu, menetes di tanah yang telah hancur oleh kekuatan dahsyat dari kedua belah pihak.

Para prajurit yang masih hidup hanya bisa bertahan dengan sisa-sisa keberanian dan tenaga mereka, sementara tiga Jenderal Langit Agung dan tiga Eksekutif Jenderal Iblis terus bertarung tanpa henti.

Langit gelap mulai menunjukkan tanda-tanda pergerakan. Fajar perlahan menjelang, membawa harapan yang samar bagi sebagian, namun juga ketakutan mendalam bagi yang lain. Apakah cahaya itu akan menjadi simbol kemenangan bagi langit? Ataukah ia hanya akan memperjelas kegelapan yang akan menyelimuti segalanya.

Ketidakpastian melayang di udara, membuat setiap hati terguncang. Perasaan tegang seperti tali yang ditarik hingga hampir putus. Setiap individu, baik yang bertarung maupun yang menyaksikan dari balik bayang-bayang, hanya memiliki satu pertanyaan di benak mereka. Siapa yang akan menjadi pemenang dalam pertempuran terakhir ini.

Nasib tiga alam berada di ujung tanduk. Jika langit menang, perdamaian mungkin akan kembali bersemi, memberikan waktu bagi dunia untuk menyembuhkan lukanya.

Namun, jika kegelapan menang, bencana yang tak terhindarkan akan menyelimuti segalanya, membawa kehancuran yang bahkan sulit untuk dibayangkan. Fajar yang akan datang bukan hanya soal waktu, tetapi simbol dari pilihan takdir yang segera terungkap—perdamaian, atau malapetaka.

Cerita kemudian berpindah kembali, kini memperlihatkan situasi pertarungan antara Asmodeus dan Julius.

Ribuan tebasan cahaya kuning menyala terang, seperti meteor yang jatuh dari langit, menghujani Asmodeus tanpa ampun. Tidak ada celah untuk menghindar, bahkan bagi iblis sekuat dirinya. Dengan sorot mata yang tajam dan penuh perhitungan, Asmodeus mengambil langkah drastis.

Dimensi kehampaan ciptaannya terbuka, sebuah ruang tanpa batas yang sunyi, dingin, dan menekan. Dalam sekejap, ia menyeret Julius masuk, meninggalkan semua kehancuran di belakang mereka begitu saja.

Untuk pertama kalinya, Asmodeus merasakan darahnya menetes. Luka menganga di sisi tubuhnya menjadi bukti kekuatan luar biasa Julius—salah satu Jenderal Langit Agung penyandang gelar keadilan Absolut.

Medan perang di Benua 7 kehilangan dua sosok besar itu. Yang tersisa hanya dentuman dan kilatan dahsyat dari duel lain yang tak kalah sengit—Lucifer dan Mikael.

Mereka bertarung di wilayah berbeda, namun intensitas energi mereka cukup untuk membuat seluruh medan perang terasa bergetar.

Mikael, dengan napas yang teratur meskipun penuh amarah, memandang ke arah di mana energi Asmodeus dan Julius terakhir di rasakan “Kemana mereka pergi? Aku tidak bisa merasakan energinya,” tanyanya, nada suaranya penuh kewaspadaan.

Lucifer menyeringai lebar, tatapan matanya penuh ejekan. "Asmodeus telah membawa dia ke dimensi ciptaannya," ucapnya santai. "Dan dengan begitu, rekanmu dipastikan akan mati!"

Namun, alih-alih terguncang, Mikael tertawa terbahak-bahak, nadanya meremehkan. "Mati, katamu? Ha-ha-ha! Dasar iblis bodoh! Kami, para pemegang gelar Keadilan Absolut, telah memakan Pil Dewa. Bahkan jika kami mati, kami akan segera hidup kembali, lebih kuat dari sebelumnya!"

Ekspresi Lucifer berubah sejenak, tapi hanya untuk kemudian berubah menjadi senyum dingin penuh sinisme. "Kalian benar-benar curang. Tapi baguslah! Aku bisa membunuh kalian semua berkali-kali. Tidak ada yang lebih menyenangkan dari itu." Lucifer membalas dengan tawa terbahak-bahak, seolah menikmati ironi dari pertempuran tanpa akhir ini.

Mikael tidak menjawab. Tatapannya berubah dingin, menembus lapisan ego Lucifer. Kali ini, ia memutuskan untuk tidak lagi menahan diri. Tangannya terangkat perlahan, mulai mengumpulkan kekuatan surgawi. Cahaya lembut mulai memancar di sekeliling tubuhnya, namun keindahan itu menandakan bahaya yang mematikan.

.

Energi surgawi, senjata yang paling ditakuti oleh bangsa iblis, mulai beresonansi dengan alam semesta itu sendiri. Aura yang memancar dari Mikael tidak hanya memengaruhi Lucifer, tetapi seluruh medan pertempuran.

Tanah bergetar, udara menjadi berat, dan langit seakan menyesuaikan diri dengan kekuatan tersebut.

Lucifer mendengus, tapi ada sedikit ketegangan di balik keangkuhannya. Kekuatan surgawi adalah ancaman nyata bagi kaum iblis, karena ia tidak berasal dari tubuh lawan, melainkan dari energi semesta itu sendiri.

Setiap serangan yang menggunakan kekuatan ini terasa seperti ditolak oleh alam, membuat tubuh iblis yang terkena menjadi kesakitan luar biasa, seolah-olah esensi keberadaan mereka dipaksa hancur.

"Jadi, kau benar-benar ingin membawa ini ke tingkat berikutnya, Mikael?" Lucifer bertanya dengan nada menantang, meski sorot matanya menunjukkan bahwa ia menyadari risiko besar dari pertarungan ini.

Mikael tidak menjawab. Ia hanya melangkah maju dengan perlahan, tubuhnya seperti gunung yang bergerak, tak tergoyahkan. Dengan satu gerakan cepat, ia mengayunkan pedangnya, menciptakan gelombang energi surgawi yang melesat seperti badai ke arah Lucifer. Gelombang itu membuat langit retak dan tanah terbelah.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!