Hidup Bintang seketika hancur setelah sahabatnya mengambil kekasih hatinya dan dihari yang sama ia juga harus kehilangan kehormatannya oleh orang yang tidak dikenal karena mabuk.
Apakah Bintang akan selamanya memendam rasa benci dan dendam jika akhirnya ia harus menjadi bagian dari keluarga sahabatnya itu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon requeen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tamu Cilik
"Daddy..kita mau kemana ?" Bunga terlihat melirik kearah Dipa yang sedang fokus menyetir.
"Kita akan ke Bandung " jawab Dipa.
"Ooh " Bunga membulatkan mulut kecilnya.
Bunga tidak pernah rewel jika pergi dengan Dipa karena menurutnya lebih menyenangkan pergi dengan Daddy nya daripada Mommy nya.
"Daddy ini rumah siapa ? eh itu mobilnya mirip seperti punya Mommy " Bunga menunjuk kearah mobil Bintang yang terparkir di garasi rumah.
Dipa memasukan mobilnya ke garasi tepat di sebelah mobil Bintang. Bunga tidak banyak protes ketika Dipa menuntunnya masuk ke dalam.
Bintang yang sedang memasak tentu saja kaget dengan kemunculan Dipa sambil menuntun bocah perempuan.
"Mas..ini ?" Bintang melongo menatap bocah cantik berponi itu.
"Bunga " jawab Dipa.
"Oh..hai Bunga " sapa Bintang ramah. Meskipun belum pernah bertemu namun Bintang sangat tau siapa Bunga.
Bunga tampak menatap Bintang, dalam hatinya ia bertanya-tanya siapa wanita cantik yang masih mengenakan apron itu.
"Bunga mau minum apa ? biar kak Bintang buatkan " tanya Bintang.
Bunga terdiam masih tetap menatap Bintang diam-diam.
"Kak Bintang buatkan susu coklat mau ?" tawar Bintang. Bunga mengangguk dan Bintang pun beranjak untuk membuatkan susu coklat untuk Bunga.
"Langit mana Bi ?" tanya Dipa ketika Bintang sudah selesai membuatkan susu coklat untuk Bunga dan kopi untuk Dipa.
"Langit nginep di rumah Mbak Shanti kebetulan Mas Rizal pulang " jawab Bintang.
Dipa tentu tau jika Rizal sedang ada di Bandung karena ia sudah mendapat oleh-oleh bogem mentah dari Rizal sepulang dari berlayar beberapa waktu yang lalu.
Bunga tanpa sungkan langsung meminum susu coklatnya membuat Bintang langsung tersenyum melihatnya.
"Anak kamu lucu banget Mas " ucap Bintang.
"Anak kita " ralat Dipa.
"Untuk saat ini tepatnya anak kita, sebelum kita berpisah " batin Bintang.
"Aku jemput Langit ya " ucap Dipa. Bintang mengangguk.
Dipa akhirnya pergi sendiri ke rumah Shanti untuk menjemput Langit karena Bunga menolak ikut dan memilih menikmati roti isi yang baru saja dibuat oleh Bintang.
"Bunga sudah sekolah ?" tanya Bintang.
Bunga menjawab dengan mengangguk karena mulutnya penuh dengan roti isi.
"Ya sudah Bunga lanjutkan lagi makannya, maaf kalau kak Bintang banyak bertanya " ucap Bintang sambil tersenyum, lagi-lagi Bunga mengangguk.
Tidak sampai setengah jam Dipa sudah kembali dari rumah Shanti sambil menuntun Langit. Kedua bocah yang saling tidak mengenal itu tampak saling pandang.
"Hayo kenalan dulu..ini kakak Bunga, dan ini dedek Langit " Dipa mendekatkan Langit kearah Bunga.
Langit mengulurkan tangannya dan disambut oleh Bunga. Meski sudah bersalaman namun keduanya tampak saling canggung.
"Langit bunda buatkan susu coklat dan roti isi ya seperti kak Bunga " ucap Bintang.
"Iya Bun " jawab Langit sambil sesekali melirik kearah Bunga.
"Ayah..kakak Bunga itu siapa ?" tanya Langit berbisik di telinga Dipa.
"Kakak Bunga itu kakaknya Langit " jawab Dipa.
"Langit punya kakak ?" mata bening Langit membola. Dipa mengangguk.
Tidak butuh waktu lama untuk Langit dan Bunga mengakrabkan diri. Setelah menghabiskan susu coklat dan dan roti isinya kedua bocah itu pun anteng bermain.
Selagi Langit dan Bunga bermain , Bintang melipir kearah dapur untuk melakukan panggilan kepada teman-teman kuliahnya.
Hari ini sebetulnya Bintang memiliki acara dengan teman-temannya dan ia terpaksa membatalkannya karena kedatangan Dipa dan Bunga.
"Kalau ada acara sebaiknya kamu pergi saja, biar anak-anak sama aku di rumah " ucap Dipa yang tiba-tiba sudah ada di belakang Bintang.
"Aku sudah batalin, lagian bukan acara penting " jawab Bintang sambil menjauh dari Dipa namun Dipa buru-buru menangkap tangan Bintang.
"Kamu keberatan aku bawa Bunga kesini ?" tanya Dipa.
"Tidak.. dia anak yang manis, buktinya mereka anteng " jawab Bintang.
Baru Bintang selesai bicara tiba-tiba terdengar keributan dari tempat Langit dan Bunga bermain, rupanya mereka bertengkar karena rebutan mainan.
Dipa dan Bintang berlari untuk melerai kedua bocah itu. " Ayah kakak Bunga ngambil mainan aku " Langit mengadu kepada Dipa.
"Habisnya Langitnya pelit " Bunga mengadu kepada Bintang.
Akhirnya Bintang dan Dipa pun terpaksa memisahkan mereka. Dipa menggendong langit keluar sedangkan Bintang mengamankan Bunga ke kamarnya.
Di luar Langit langsung anteng dalam pangkuan Dipa, sementara di kamar Bintang terpaksa merelakan Bunga mengacak kosmetiknya agar bocah itu berhenti ngambek.
"Biasanya Mommy selalu marah kalau aku memainkan kosmetik nya, tapi kenapa kak Bintang tidak marah ?" tanya Bunga.
"Kalau kosmetik kak Bintang rusak kan tinggal minta ganti sama Daddy kamu " jawab Bintang sambil terkekeh.
"Oh iya ya..Daddy kan banyak uangnya " jawab Bunga.
Dipa yang sudah berhasil memenangkan Langit terlihat penasaran karena Bunga dan Bintang tidak terdengar suaranya.
"Ya ampun Bunga..kenapa kamu mengacak kosmetik Kak Bintang ?" Dipa melongo mendapati Bunga sedang duduk dimeja rias Bintang.
"Kata kak Bintang tidak apa-apa, kalau rusak nanti tinggal minta ganti sama Daddy " jawab Bunga santai.
"Yang penting anteng " jawab Bintang dengan isyarat bibirnya.
Setelah sempat bertengkar tidak lama kemudian Langit dan Bunga kembali bermain bersama. Kali ini Dipa dan Bintang tidak meninggalkan kedua bocah itu. Mereka mengawasi dari dekat karena khawatir mereka akan bertengkar lagi.
Bunga dan Langit berhenti bermain ketika Dipa membawa mereka untuk makan siang diluar. Langit yang berusia lebih muda lebih mendominasi Dipa.
Bocah tampan yang hampir menginjak usia empat tahun itu tidak mau melepaskan Dipa barang sedetikpun. Bahkan pada saat makan pun Langit tidak mau turun dari pangkuan Dipa.
Beruntung Bunga lebih mandiri dan cepat akrab dengan Bintang sehingga ia tidak terlihat cemburu meskipun Dipa lebih banyak bersama Langit.
Bintang sesekali merapikan makan Bunga yang sedikit berantakan dan gadis kecil itu sama sekali tidak menolaknya. Semua yang Bintang lakukan terhadap Bunga tidak luput dari perhatian Dipa.
Baru kali ini Dipa merasa memiliki keluarga yang utuh, dan baru ia rasakan hanya ketika bersama Bintang.
Biasanya jika Dipa dan Elsa juga Bunga jalan-jalan mereka selalu mengajak pengasuh Bunga karena Elsa tidak mau direpotkan oleh Bunga.
Selesai makan mereka pergi ke toko kosmetik. Disana Dipa mengganti semua kosmetik Bintang yang sudah dirusak oleh Bunga.
Selagi Bintang membeli semua kebutuhannya, Dipa menunggu dengan sabar bersama Bunga dan Langit.
Beberapa menit kemudian kesabaran Dipa tiba-tiba lenyap ketika melihat Bintang terlihat saling bertegur sapa dengan pria seusianya dan mereka mengobrol sebentar sebelum Bintang menghampiri Dipa setelah selesai dengan urusan belanjanya.
"Yang tadi itu siapa ?" tanya Dipa sambil menuntun Langit dan Bunga sementara Bintang membawa dua kantung belanjaan di tangannya.
"Oh itu teman kuliah aku " jawab Bintang santai.
Teman kuliah ? ada rasa tidak suka dalam hati Dipa ketika melihat Bintang mempunyai teman seorang pria.
Selesai belanja mereka langsung pulang. Bunga dan Langit yang duduk dibelakang tampak asik berceloteh berdua.
"Mbak Elsa tidak marah Bunga kamu bawa kesini ?" tanya Bintang dengan memelankan suaranya.
"Tidak ada yang tau kami kesini " jawab Dipa sama pelannya.
"Tapi nanti kalau dia cerita sama semua orang bagaimana?" Bintang menatap tajam kearah Dipa yang sedang fokus menyetir.
"Tidak usah dipikirkan, itu urusan aku " jawab Dipa santai.
"Urusan kamu , nanti ujung-ujungnya aku yang kena masalah " sungut Bintang.
"Tidak akan Bi..percaya deh sama aku " Dipa berusaha meyakinkan Bintang.
Malam itu Dipa dan Bunga menginap di Bandung. Langit yang masih tidak mau lepas dari Dipa tidur di kamar tamu, sementara Bunga dan Bintang tidur di kamar Bintang.