Lanjutan kisah dari Cinta Beda Usia, Kisah baru dari Keisha Alvina Putri Pramuja, anak ketiga dari Evano dan Violetta.
Keisha mendapatkan pengkhianatan dari suaminya, Miko setelah mereka menikah selama dua tahun. Alasannya, karena Keisha belum juga memberinya seorang keturunan. Tidak ingin dimadu, Keisha memutuskan untuk menggugat cerai suaminya.
Setelah beberapa bulan berpisah dari Miko, Keisha bertemu kembali dengan sosok laki-laki bernama Arya Wiguna Atmaja. Dia adalah laki-laki yang menyukai Keisha sejak ia masih kecil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon echa wartuti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Melihat Keisha berjalan dibantu oleh Mayang membuat Arya merasa sangat khawatir. Tanpa memikirkan apapun lagi, Arya berdiri dari tempat duduknya dan mengejar Keisha.
"Arya, kamu mau ke mana?" Tio terkejut saat melihat Arya pergi dengan terburu-buru.
Arya melangkah cepat dengan terus memerhatikan Keisha dan Mayang. Dirinya tidak ingin sampai kehilangan jejak mereka. Namun, karena terburu-buru, Arya tidak sengaja menabrak seorang pelayan yang sedang berjalan dengan membawa minuman.
Nampan berisi minuman dan gelas jatuh ke lantai, menimbulkan suara yang nyaring. Kejadian itu menyita perhatian para pengunjung lain club malam itu.
"Maaf, Mas. Saya tidak sengaja, saya sedang terburu-buru," ucap Arya.
"Sekali lagi saya minta maaf. Permisi." Arya berniat pergi, tetapi pelayan itu mencegahnya.
"Tunggu, Pak! Anda tidak bisa pergi begitu saja. Anda harus mengganti minuman ini," ucap pelayan itu.
"Nanti saja. Saya sedang terburu-buru," ucap Arya.
"Bapak ganti sekarang atau saya akan memanggil keamanan?" ancam pelayan itu.
Arya menggeram, ia merasa kesal dengan pelayan itu. Arya sangat ingin memukul pelayan itu, tetapi pasti akan berbuntut panjang.
"Bos, ada apa ini?" tanya Tio.
Arya bernapas lega saat Tio datang tepat waktu. "Berikan uang berapapun yang pelayan ini minta untuk mengganti kekacauan ini." Arya menunjuk pecahan dari botol minuman dan gelas yang berserakan di lantai.
"Tapi kamu mau ke mana? Kenapa kamu juga pergi dengan terburu-buru tadi?" tanya Tio.
"Tidak ada waktu untuk menjelaskannya. Yang jelas aku harus segera mengejar Keisha." Tanpa bicara apapun lagi, Arya berlari keluar dari club malam.
"Tapi ...." Tio tidak bisa mencegah sahabatnya pergi.
"Ck, Keisha lagi, Keisha lagi." Tio menggelengkan kepalanya, ia benar-benar tidak percaya pengaruh wanita bernama Keisha sangat besar pada sahabatnya.
Setelah memberikan uang ganti rugi kepada pelayan, Tio segera menyusul Arya.
Sementara itu, Arya sudah berada di luar club malam. Ia berlari ke sana ke mari untuk mencari Keisha dan Mayang, tetapi belum menemukan mereka. Arya berhenti sejenak unjuk menarik napasnya yang tidak beraturan.
"Ke mana mereka? Cepat sekali mereka menghilang!" Arya kembali berjalan dengan pandangan melihat ke segala arah.
"Sial! Aku kehilangan jejak mereka!" umpat Arya.
Arya kembali ke pintu utama club malam. Ia kembali berhenti, menetralkan napasnya yang tersengal-sengal.
"Arya!"
Arya menoleh saat mendengar suara Tio. Setelah itu, ia kembali melihat ke segala penjuru untuk kembali mencari Keisha dan Mayang.
"Ada apa sebenarnya? Kenapa kamu pergi sangat terburu-buru?" tanya Tio.
"Tadi aku melihat Keisha di dalam. Sepertinya dia mabuk, tapi dia tidak sendiri," jawab Arya.
"Baguslah kalau dia tidak sendiri. Tapi kenapa kamu terlihat sangat cemas?" tanya Tio saat melihat kecemasan di wajah Arya.
"Justru aku merasa cemas karena dia tidak sendiri. Aku melihat Mayang memapahnya," ucap Arya.
"Aku takut jika wanita itu berbuat sesuatu yang buruk pada Keisha." Arya terlihat sangat khawatir dan kesal saat tidak juga berhasil menemukan Keisha dan Mayang.
"Lebih baik sekarang kamu hubungi Miko. Tanya padanya di mana keberadaan istrinya," perintah Arya.
"Baik." Tio segera mengambil telepon genggamnya di saku celananya.
Saat akan menelpon Miko, ia melihat Mayang berada di dalam mobil dan bersiap keluar dari area club malam.
"Itu Mayang!" Tio menunjuk mobil yang sedang membayar parkir di loket dan bersiap keluar dari club malam.
Arya melihat ke arah yang ditunjuk oleh Tio. Benar orang itu adalah Mayang.
"Tio, cepat kejar dia!" perintah Arya.
"Baik, ayo!" sahut Tio.
Kedua laki-laki itu berlari menuju salah satu mobil yang terparkir di sana. Mereka mengikuti Mayang dengan mobil itu.
"Ayo, jangan sampai kita kehilangan jejak mereka," perintah Arya.
"Tapi apa kamu yakin jika Keisha bersama Mayang? Bagaimana kalau tidak?" tanya Tio.
Benar juga apa yang dikatakan oleh Tio. Bagaimana jika Keisha tidak bersama Mayang?
"Aku tidak tahu. Yang terpenting kita kejar perempuan itu dulu," ucap Arya.
"Baik." Tio berkonsentrasi mengemudi dan tetap menjaga jarak dari mobil yang sedang Mayang kendarai.
Keberuntungan ternyata tidak berpihak pada Arya dan Tio. Mereka kehilangan jejak mobil Mayang karena lampu merah dan juga persimpangan.
"Sial! Ke mana perginya wanita itu?" Arya memukul dashboard di depannya.
"Aku masih ingat plat mobil wanita itu. Aku akan suruh orang-orang kita untuk mencari jejaknya," ucap Tio.
"Kalau begitu cepat lakukan!" ucap Arya.
Tidak sabar Arya merebut ponsel Tio. Dia sendiri yang akan menghubungi anak buahnya.
"Kamu lajukan saja mobil ini," perintah Arya.
"Baik." Tio kembali melajukan mobilnya.
Meskipun anak buahnya akan bertindak Arya tetap tidak akan tinggal diam. Ia juga mencari jejak mobil Mayang. Sepanjang perjalanan Arya berharap Mayang tidak akan melakukan apapun terhadap Keisha, atau semoga Keisha tidak bersama Mayang.
"Sudah coba menghubungi nomor Keisha?" tanya Tio.
"Sudah, tapi tidak diangkat," jawab Arya.
"Aku sangat cemas memikirkannya." Arya memijit pelipisnya, terlihat sekali kekhawatiran di wajahnya.
"Kita berdoa saja yang terbaik untuk Keisha," ucap Tio.
"Coba telepon mantan suami Keisha. Mungkin saja dia tahu keberadaan istri barunya," ucap Tio.
"Dia juga tidak mengangkatnya." Wajah Arya terlihat sangat frustrasi.
Sudah lebih dari setengah jam Arya berputar-putar di jalan untuk mencari Keisha. Segala cara Arya lakukan untuk mengetahui keberadaan Keisha, termasuk dengan menghubungi orang tua Keisha. Namun, semua itu belum membuahkan hasil.
Di saat rasa putus asa mulai menguasai Arya, salah satu anak buahnya menghubungi dirinya dan mengatakan melihat keberadaan mobil dengan nomor plat yang disebutkan sebelumnya.
Arya merasa sedikit lega mendengar kabar itu. Setelah mendapat alamat dari anak buahnya, Arya meminta pada Tio untuk segera menuju tempat itu.
Beruntung alamat yang kirimkan oleh anak buahnya tidak jauh dari tempatnya saat itu, membuat mereka cepat sampai ke alamat yang mereka tuju.
"Apa benar ini alamatnya?" tanya Arya.
Arya kembali mencocokan alamat sebuah rumah berlantai dua di depannya, dengan alamat yang dikirim oleh anak buahnya pada pesan singkat.
"Ini benar. Tapi ... aku tidak melihat mobil wanita itu?" ucap Arya.
Arya memang tidak melihat mobil Mayang, tetapi justru melihat mobil milik Keisha.
"Sepertinya Keisha ada di sini. Itu mobil Keisha." Arya menunjuk mobil yang terparkir di depan rumah itu.
"Ayo kita turun!" perintah Arya.
Arya dan Tio keluar dari mobil, mereka segera masuk ke rumah yang cukup besar. Kedua pria itu masuk melewati pintu gerbang. Langkah mereka terhenti ketika sampai di pintu utama rumah itu.
Beruntung pintu tidak terkunci, memudahkan keduanya untuk masuk ke rumah itu. Baru kedua pria itu masuk, mereka dikejutkan dengan suara benda pecah.
"Suaranya dari lantai atas," ucap Tio.
Arya segera berlari menaiki anak tangga. Ia mencari asal suara dengan terus memanggil nama Keisha.
"Keisha!" panggil Arya.
Arya membuka salah satu kamar yang kebetulan tidak terkunci. Betapa terkejutnya Arya saat melihat seorang laki-laki, mungkin seumuran mendingan ayahnya sedang mencoba melecehkan Keisha.
Melihat itu Arya merasa tidak terima. Telapak tangan Arya mengepal kuat, rahangnya mengeras, api amarah Arya tersorot dari mata Arya.
"Kurang ajar! Berani sekali kamu menyentuh Keisha!"