Liliana Larossa tidak sengaja menemukan anak laki-laki yang berdiri di bawah hujan di depan restoran ayahnya. Karena kasihan Liliana menjaga anak tersebut dan membawanya pulang.
Namun siapa sangka kalau anak laki-laki bernama Lucas tersebut merupakan anak bos tempatnya bekerja, sang pemilik perusahaan paling terkenal dan termasyur di San Francisco bernama Rion Lorenzo. Dan sayangnya, Lucas begitu menyukai Liliana dan tidak mau dipisahkan dari gadis tersebut. Hingga Rion harus mau tidak mau meminta Liliana tinggal di rumah Rion dan mengasuh Lucas dengan bayaran Liliana dapat tetap bekerja dari rumah sebagai IT perusahaan Lorenzo.
Tapi bagaimana jika Liliana tanpa sengaja menemukan fakta siapa sebenarnya Rion Lorenzo, yang merupakan ketua dari organisasi bawah tanah, Mafia? Dan harus mengalami banyak kejadian dan teror saat ia mulai menginjakan kakinya di rumah Rion?
Ikuti kisah Liliana dalam mengasuh Lucas sekaligus menghadapi sang ketua Mafia dalam teror yang akan mereka hadapi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yhunie Arthi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21. TERLACAK
Lili menyelimuti Lucas yang telah tidur lelap, membiarkan bocah tersebut istirahat setelah bermain dan belajar sejak pagi. Ia mengelus lembut kepala bocah itu sebelum akhirnya beranjak pergi dari kamar Lucas menuju ke kamar sang gadis sendiri.
Gadis itu duduk di kursi sofa yang kini menjadi tempat ia bekerja, memandang layar komputer sebelum memulai hal yang sejak semalam ingin sekali ia lakukan.
Ia ambil smartphone milik penguntit yang Rion berikan semalam untuk gadis itu lihat isi datanya. Terutama tentang satu nomor yang menjadi master mind penguntitan kemarin. Lili menghidupkan ponsel tersebut dan menyambungkannya dengan komputer Lili, kemudian mulai melihat isi dari ponsel tersebut pelan-pelan.
Jari-jari gadis itu menari dengan lincah di atas keyboard tanpa melakukan kesalahan sedikit pun. Lili mulai melakukan pelacakan pada nomor dimana sang penguntit memberikan laporannya atas apa yang ia temukan selama mengawasi rumah ini dan juga orang-orang di dalamnya.
"Victor?" gumam Lili ketika ia mendapati satu nama yang selalu disebut dengan menggunakan nomor tersebut.
Ia kembali melacak, mencari data satu demi satu. Menyusup ke setiap hal yang bisa ia masuki. Alamat rumah, mobil, nomor rekening, profil beberapa orang, semua ia dapatkan. Mencari siapa sebenarnya orang yang berani bermain api dengan Rion dan orang di sekitarnya.
"Damn, Red Dog lagi. Jadi benar kalau semua ini ulah mereka," ujar Lili saat lagi-lagi akhirnya ia memasuki sistem yang ia kenal setelah satu jam berkutat mencari semua akses yang bisa ia susupi untuk mencari biang masalah.
Lili kembali berselancar di dunianya, mencari sebanyak mungkin informasi yang bisa ia dapatkan tentang Red Dog. Menyusup dan mendapati kalau dirinya telah masuk ke sebuah sistem lain milik Red Dog, hal yang membuat Lili tersenyum saat ia mendapati kalau Lili telah masuk ke dalam server utama milik Red Dog. Dengan cepat ia meningkatkan proteksi dirinya agar tidak dapat dilacak dan tidak diketahui. Menghilangkan jejak dan mengarahkan titik posisinya ke negara-negara lain setiap kali satu klik ia lakukan. Tidak ingin mengambil resiko kalau dirinya tertangkap, tentu hal itu tidak akan mudah untuk seorang Lili.
Sesaat Lili menghentikan jari-jarinya menari di atas keyboard saat ia menyadari kalau dirinya justru berubah haluan menjadi seorang hacker dan bukannya programmer sekarang.
"Lilipad?"
"Aaa!" Lili terkejut setengah mati ketika ia mendapati sepasang tangan melingkar di lehernya, merangkul dirinya dari belakang. Membuat gadis itu berteriak hingga rasanya jantungnya akan copot.
"Maaf, akut tidak bermaksud mengagetkanmu, Princess. Aku sudah mengetuk pintu dan memanggilmu sejak tadi, tapi sepertinya kau terlalu fokus bermain," ucap Rion dengan wajah setengah menyesal karena mengagetkan gadis itu, dan selebihnya tersenyum geli saat melihat Lili yang terkejut lalu kini memasang wajah protes.
"Tapi jangan merangkul seperti itu tiba-tiba, kau benar-benar ingin membuatku kena serangan jantung, huh," protes sang gadis.
"Sorry, Princess. Memang apa yang sedang kau lakukan sampai sekonsentrasi itu dan tidak mendengarku memanggilmu?" tanya Rion, melihat ke komputer Lili untuk mencari tahu apa yang membuat gadis itu asyik sendiri.
Lili menghela napas dan mengarahkan pandangan kembali ke layar komputer. "Kau benar, penguntit itu dibayar oleh orang dari Red Dog," kata Lili.
"Red Dog? Sudah kuduga," sahut Rion seolah tidak terlalu terkejut kalau kelompok itu biang onarnya. Seakan justru lebih mengejutkan kalau bukan mereka dalangnya.
"Hei, apa yang kau lakukan?" Lili lagi-lagi terkejut ketika Rion tiba-tiba mengangkat Lili dari duduknya, dan justru Rion yang duduk di kursi sofa tersebut sebelum akhirnya mendudukkan Lili kembali, tapi di pangkuan pria itu.
"Seperti ini lebih baik," kata Rion dengan wajah tanpa dosa ketika ia menyandarkan tubuh di punggung kursi tersebut dengan tangan melingkar di perut sang gadis.
"Kau benar-benar ya," protes Lili dengan sikap tak disangka dari Rion.
"I miss you, Darling. So let me hug and touch you like this, okay," ucap Rion yang menarik tubuhnya menempel lebih pada gadis itu. Menciumi leher sang gadis, dan menyesap aroma gadis itu seakan seperti pecandu dengan obat-obatannya.
Jantung Lili seperti telah meloncat keluar dari tubuhnya ketika mendapati Rion yang clingy seperti ini. Membuat gadis itu merasa canggung dan tidak tahu harus bersikap apa, kecuali dengan wajah yang telah merah padam.
"Santai, Sayang. Aku tidak akan melakukan apa pun yang melewati batas tanpa izinmu. Aku hanya benar-benar ingin dekat denganmu seperti ini setelah seharian kau bahkan tidak mengirimkan pesan atau meneleponku," kata Rion yang tahu dengan jelas isi kepala gadis itu saat ini. Rion dapat membaca Lili dengan mudah adalah bukan sekedar ucapan belaka.
"Aku tidak sempat. Lucas memintaku mengajarinya beberapa hal seperti membaca dan menghitung, hari ini dia benar-benar tidak diam," ucap Lili saat mengingat betapa semangatnya bocah kecil itu belajar hari ini. "Dia bahkan bertanya apakah dia bisa bersekolah," imbuhnya.
Rion terkejut mendengar hal itu. Anak laki-lakinya yang harus berhenti pergi ke prasekolah akibat traumatis yang diakibatkan oleh mantan kekasih Rion dulu, kini bilang mau kembali ke sana.
"Kenapa? Kau terlihat ... lega atau semacamnya?" tanya Lili saat mendapati perubahan ekspresi pada Rion saat melihat ke arah pria itu saat Rion hanya diam saja.
"Aku hanya terkejut kalau Lucas bahkan sudah tertarik lagi untuk belajar dan berniat untuk pergi ke sekolah," jawab Rion, kemudian memeluk gadis itu erat. Menyembunyikan wajahnya di pundak sang gadis. "Terima kasih, Lili. Terima kasih karena dirimu Lucas benar-benar menjadi seperti anak-anak yang seharusnya. I really appreciate it, Princess. Tidak pernah aku merasa selega ini mendengar kabar tentang Lucas sejak bertahun-tahun."
Lili bisa merasakan berbagai emosi pada pria itu. Ia bisa melihat dengan jelas sebesar apa rasa sayang Rion terhadap Lucas. Entah sekhawatir dan setakut apa Rion saat mendapati anak laki-lakinya itu menutup diri dari dunia dan orang-orang setelah mendapatkan perlakuan buruk dulu. Lili mengelus kepala pria itu, ingin memberikan afeksi juga kepada pria itu agar bisa lebih tenang atas segala kekhawatirannya.
Rion mengeratkan pelukannya pada Lili. Kini ia mengangkat kepala dan melihat gadis itu langsung dari mata ke mata. Perlahan mencium pipi gadis itu dengan afeksi.
"Hei, kenapa tiba-tiba menciumku?" protes Lili yang tubuhnya sedikit waspada secara otomatis seperti kebiasaan.
"Karena ingin. You make me crazy everyday, Princess. Kau sudah menghabiskan waktu seharian dengan Lucas dan sekarang kau milikku," ucap Rion yang terus menghujani Lili dengan ciuman penuh afeksi di wajahnya.
"Aghh! Stop it!" Lili mendorong wajah Rion agar menjauh.
Bukannya menghentikan tingkahnya, Rion justru tertawa. Senang mengerjai gadisnya itu dan membuat Lili kesal. Entah kenapa menurut Rion justru menyenangkan sekaligus menggemaskan.
"Oke, oke, aku berhenti," ucap Rion yang menghentikan tawa karena Lili terus memukuli pria itu. Ia kembali melingkarkan tangannya di tubuh sang gadis. "Jadi, apa yang kau dapatkan tadi sebelum aku datang?" tanya Rion.
"Red Dog masih merencanakan beberapa hal. Sepertinya mereka terlalu obsesi kepadamu," ujar Lili, mengingat beberapa informasi yang ia dapatkan tadi.
"Tenang, aku tetap pilih dirimu, kok," ucapnya dengan cengiran lebar.
Lili menatap tajam pria itu dan kembali memukul dada pria itu, sebal. Namun lagi-lagi hanya di sambut dengan tawaan Rion, seolah belum bosan membuat gadis itu marah.
"Apa mereka merencanakan sesuatu yang berbahaya lagi?" tanya Rion seraya mengelus punggung gadis itu.
"Aku belum mencari lebih jauh. Tapi tadi aku menemukan satu nama yang sering di sebut dan juga orang yang membayar penguntit itu. Namanya Victor," jawab Lili.
Rahang Rion mengeras ketika mendengar nama tersebut. Tentu untuk Rion nama itu tidak asing. Kaki tangan sang pimpinan Red Dog selama bertahun-tahun, orang yang cukup berbahaya dan tanpa belas kasihan.
"Aku sudah masuk ke sistem utama mereka, jadi akan mudah untuk mendapatkan informasi leb-" ucapan Lili terpotong ketika ia mendengar alarm notifikasi di komputernya.
"Ada apa?" Rion juga terkejut ketika mendengar suara yang lumayan nyaring itu.
"Ada orang yang melakukan pencarian di internet dengan kata kunci yang kutandai," jawab Lili yang langsung membuka notifikasi tersebut dan melihat kata kunci apa kali ini yang di cari.
Liliana Larrosa
Netra cokelat Lili melebar ketika ia mendapati bukan nama Rion, Lucas, atau pun Lorenzo, melainkan nama Lili yang tertera. Seseorang sedang mencari tahu tentang Lili saat ini.
Gadis itu langsung melakukan penggalian informasi, mencari tahu siapa, dimana, dan kenapa nama Lili sampai di typing berkali-kali. Yang ternyata benar, ada seseorang mencari informasi tentang Lili saat ini. Membuat Lili terus semakin menyelam dalam mencari tahu.
"Rion?" panggil Lili dan menatap pria itu dengan wajah sedikit khawatir.
"Ada apa?" Rion ikut merasa khawatir sekarang saat melihat perubahan ekspresi pada Lili.
"Red Dog mencari tahu tentangku? Mereka sudah tahu aku ada hubungan denganmu dan Lucas," ucap Lili.
Mata pria itu menggelap ketika mendengar hal tersebut. Tangannya yang masuk melingkari gadis itu kini mengerat, menampilkan sikap protektif luar biasa saat tahu kalau Lili kini menjadi target juga.
Tidak akan aku biarkan. Dare touch my princess and you'll all die, batin Rion.