NovelToon NovelToon
My Baby CEO

My Baby CEO

Status: tamat
Genre:Komedi / Tamat / Sudah Terbit / CEO / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:125.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: myafa

Dilarang plagiat, tambal sulam, atau sejenisnya. Jangan mengambil hak orang lain demi keuntungan sendiri. Ingat Azab.

~~~~

Jangan menyalahkan apa yang terjadi pada dirimu, karena di balik apa yang menimpa dirimu, akan ada keindahan yang menantimu.


Olivia Shea begitu bahagia saat dirinya di terima berkerja di Maxton Company. Impian mengubah hidupnya mengantarkannya pada kehidupan baru.

Regan Alvaro Maxton-CEO Maxton Company, meminta Shea mengantarkan berkas yang Shea lupakan, ke Adion Company.

Berniat mengantarkan berkas ke Adion Company menjadikan dirinya, menjadi korban salah sasaran. Bryan Adion-CEO Adion Company, yang mengira Shea adalah wanita yang di kirim asistennya, membuatnya memperkosa Shea.

Regan yang mengetahui bahwa Bryan-adik iparnya memperkosa sekertarisnya, hingga hamil, membuat Regan meminta Bryan untuk menikahi Shea.


Bagaimana kelanjutan kisah mereka?

~~~
Follow IG Myafa16

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon myafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jika aku menyakitimu!

"Shea," panggil Regan. Regan yang melihat Shea tidak beranjak saat sudah sampai di apartemennya pun memanggil.

Shea yang sedang sibuk dengan pikirannya, terkesiap saat Regan memanggilnya. "Hah.." ucap Shea kaget.

"Apa yang sedang kamu pikirkan, hingga saat sudah sampai kamu tidak sadar?"

Mendengar pertanyaan Regan, tidak mungkin Shea menjawab apa yang sedang di pikirannya. "Tidak, saya tidak sedang memikirkan apa-apa."

Regan hanya mengangguk. "Sudah sampai, jadi turunlah."

Shea mengedarkan pandangan. Dan Shea menyadari bahwa dirinya sudah sampai di apartemen. "Oh ya," ucap Shea. "Terimakasih sudah memberi saya tumpangan, Pak," ucap Shea seraya membuka seatbelt.

"Iya."

Shea membuka pintu mobil, berniat ingin keluar dari mobil Regan.

"Shea," panggil Regan kembali.

Dan membuat Shea menghentikan tangannya membuka pintu mobil. Shea berbalik, untuk mendengar apa yang akan di ucapkan Regan.

"Besok aku harap kamu tepat waktu," ucap Bryan.

"Iya." Shea menjawab seraya menganggu. Tangannya di lanjutkan untuk membuka pintu. Dan keluar dari mobil, saat pintu sudah terbuka sempurna. Shea pun melangkah menuju unit apartemen Bryan, setelah mobil Regan sudah jauh dari jangkauannya.

Menekan tombol angka lantai apartemen Bryan, Shea menunggu lift apartemen terbuka. Saat lift apartemen terbuka, Shea masuk dan menekan tombol agar pintu lift tertutup kembali.

Tapi saat pintu belum tertutup sempurna, pintu terbuka kembali. Dan Shea menduga akan ada yang masuk ke dalam lift. Menatap ke arah pintu lift, Shea di kejutkan dengan Bryan yang baru saja masuk ke dalam lift. Shea tidak menyangka, bahwa Bryan lah orang yang akan masuk ke dalam lift.

Bryan yang masuk ke dalam lift, langsung berdiri di samping Shea. Shea pun mengabaikan kehadiran Bryan yang berdiri tepat di sampingnya.

"Apa seorang CEO punya kegiatan baru untuk mengantar sekertarisnya pulang, sekarang?" tanya Bryan dengan nada penuh sindiran pada Shea.

Bryan yang tadi baru masuk masuk kawasan apartemennya, melihat mobil Regan berada tepat di depan apartemennya. Awalnya, Bryan tidak terlalu perduli apa yang di lakukan oleh Regan. Tapi saat melihat Shea keluar dari mobil Regan. Rasanya, Bryan tergelitik untuk bertanya.

"Apa kamu berbicara denganku?" tanya Shea polos.

Bryan langsung menoleh, dan menatap tajam pada Shea. "Kamu pikir ada siapa lagi disini?"

Shea melirik ke kanan dan kiri, dan memang hanya ada dirinya saja dan Bryan yang berada di dalam lift. "Apa seorang CEO punya kegiatan baru mengurusi kegiatan CEO lainnya?"

"Apa kamu sadar Shea, bahwa Regan adalah suami kakakku. Jadi jangan coba-coba merayunya." Bryan semakin menajamkan tatapannya, dan memberikan Shea ancaman.

Shea seketika merasakan sakit di hatinya, saat mendengar ucapan Bryan. Rasanya Shea hanya bisa tertawa getir, di dalam hatinya. "Apa kamu pikir aku merayu Pak Regan?" Tidak mau kalah, Shea menatap tajam balik Bryan.

"Iya, apa lagi yang bisa di lakukan oleh sekertaris seperti dirimu," ucap Bryan penuh nada cibiran. "Mengoda atasan, dan berusaha menjadi simpanan."

Rasanya Shea benar-benar ingin menjerit saat merasakan sakit di hatinya. Ucapan Bryan seketika menyayat hatinya. "Aku tidak seburuk itu, Bryan."

Bryan langsung membalikkan tubuhnya mengunci Shea dengan kedua tanganya, bertumpu pada dinding lift, Bryan menatap tajam pada Shea. "Aku tahu wanita seperti apa dirimu, Shea."

Shea yang melihat Bryan mengunci dengan tangannya, merasakan ketakutan hebat. Ingatannya kembali, pada dimana Bryan memperkosanya.

Tatapan Bryan pada Shea, seakan menghujam dalam ke jantungnya. Tatapan yang entah Shea tidak bisa artikan.

Jarak tubuh mereka yang begitu dekat, membuat deru nafas Bryan yang terpat berada di depan wajahnya. Dan itu membuatnya mengingat deru nafas Bryan, yang mencumbunya saat Bryan memperkosanya.

Tubuh Shea lemas, saat kejadian-kejadian dimana Bryan menguasainya, kembali dalam ingatannya.

Tapi Shea berusaha sekuat tenaga mengembalikan kekuatannya. Baginya melawan kehidupan yang sudah begitu sangat kejam, bukan hanya dengan berpasrah diri lagi.

"Tahu apa kamu tentang wanita, selain cara bagaimana menidurinya." Suara Shea sudah naik satu oktaf. Keberanian terlihat nyata di sorot matanya. Kobaran kebencian mulai di nyalakan di matanya.

"Jangan bersikap seolah dirimu membela seorang wanita, jika kenyataannya dirimu mengijak-ijak harga diri seorang wanita." Shea mendorong tubuh Bryan.

Bryan yang dari tadi melihat Shea, fokus menatap dalam ke dalam kedua bola mata Shea. Dan mendengar Shea seraya mendorongnya, Bryan hanya pasrah. Tanpa perlawanan, Bryan memundurkan tubuhnya saat Shea mendorongnya.

Saat melihat lift terbuka, Shea buru-buru keluar dari lift. Menjauh dan menghindar dari Bryan. Tapi langkahnya terhenti sejenak di depan lift. "Aku tahu bagaimana menjaga hati orang lain. Jadi tidak perlu kamu khawatir jika aku akan menyakiti Kak Selly. Yang perlu kamu khawatirkan adalah jika aku menyakitimu!" ucap Shea tanpa menoleh sama sekali pada Bryan.

Shea melanjutkan langkahnya menuju ke unit apartemen milik Bryan. Mengeluarkan access card apartemen, Shea menempelkannya dan masuk ke dalam apartemen.

Tempat yang di tuju Shea pertama kali adalah kamarnya. Langkah Shea semakin cepat menuju kamarnya.

Saat tubuhnya sudah berada di dalam kamar, Shea menutup pintu kamarnya dan menguncinya. Membalikkan tubuhnya, Shea bersandar di balik pintu.

Tubuhnya yang lemas kembali lagi, saat mengingat seberapa dekat jaraknya tadi dengan Bryan. Deru nafasnya yang dia buat teratur tadi, kembali tidak beraturan. Ketakutan itu lah yang di rasa oleh Shea.

Tanpa Shea sangka bulir air matanya, mengalir di pipinya. Seberapa pun Shea berusaha kuat, sebenarnya dia merasa sangat rapuh. Bagi Shea tidak semudah itu melupakan apa yang telah di lakukan oleh Bryan. Mengingat semua itu di lakukan Bryan dengan paksaan.

Dirinya sadar, saat mengambil keputusan untuk menikah dengan Bryan, peluang untuk bersinggungan dengan Bryan sangatlah banyak. Apa lagi Bryan mengajukan perjanjian, untuk dirinya tinggal satu rumah.

Tapi tetap saja, Shea tidak kuat menghadapi semua itu. Karena ketakutannya begitu besar.

Shea menatap ke arah perutnya yang sampai saat ini masih rata. Dan ini alasan terbesarnya untuk bisa bertahan. "Mommy akan kuat, sembilan bulan tidak akan lama. Dan mommy akan menunggu mu." Air mata Shea semakin deras mengalir.

Tak punya tumpuan, tak punya tempat bersandar, dan tak punya siapa-siapa, membuat Shea tidak bisa meluapkan kesedihannya. Tak bisa menceritakan apa yang di rasanya.

Tapi masih ada buah hatinya, yang di kandung, yang menjadikanya alasan untuk bertahan.

**

Bryan yang melihat Shea berlalu, meninggalkannya di lift, melangkah menuju apartemennya tepat di belakang Shea.

Masuk ke dalam apartemen. Langkahnya terhenti saat tepat berada di depan kamar Shea. Bryan hanya menarik lengkungan di bibirnya, saat mengingat apa yang di katakan oleh Shea.

Di akui Bryan, Shea adalah wanita yang berbeda dengan yang pernah di temuinya. "Aku akan menunggu dirimu menyakiti aku, tapi aku pastikan itu tidak akan pernah terjadi."

Melanjutkan langkahnya, Bryan menuju ke kamarnya.

**

Setelah melakukan perdebatan dengan Bryan, Shea memilih untuk tidak keluar dari kamar. Shea merasa sangat malas, jika harus bertemu dengan Bryan. Akhirnya Shea memutuskan untuk langsung tidur saja.

Walaupun sebenarnya dia sudah merasa lebih tenang. Tapi dirinya belum siap untuk bertemu dengan Bryan.

Sayangnya, perut Shea tidak sejalan dengan keinginannya. Bunyi perutnya, menandakan bahwa perlu ada sesuatu yang dia makan untuk menganjal kekosongan lambungnya.

Shea mengedarkan pandangan melihat ke arah jam dinding. Dan ternyata jam menunjukan pukul satu dini hari.

"Anak mommya laper ya?" Shea mengelus perutnya.

Menyibak selimutnya, Shea bangkit dari tempat tidur. Melangkah ke luar kamar, Shea menuju ke dapur.

Pikirnya, apa yang akan dia bisa makan. Akhirnya Shea membuka lemari pendingin. Melihat lemari pendingin Shea mengerucutkan bibirnya, karena tidak ada makanan disana.

"Ya tidak ada apa-apa," grutu Shea. Shea mengingat bahwa tadi dirinya tidak pergi ke supermarket tadi. Jadi jelas saja tidak ada stok makanan.

"Sedang apa kamu?" Suara bass terdengar mengisi keheningan malam.

Shea tersentak kaget saat mendengar suara yang tiba-tiba terdengar di dapur. Membalikkan tubuhnya, Shea melihat Bryan lah yang masuk ke dapur.

"Aku lapar," ucap Shea datar.

Bryan menyalakan lampu dapur, dan melangkah mengambil gelas, dan mengisinya dengan air minum. Bryan sedikit mengintip ke lemari pendingin. Lemari pendingin yang masih di buka oleh Shea, memudahkannya untuk melihatnya.

"Tidak ada makanan?" tanya Bryan menatap Shea, dan Shea menjawab dengan gelengan.

"Mau keluar cari makan?" tanya Bryan.

Shea tercengang mendengar ajakan Bryan. Dirinya menimbang ajakan Bryan. Takut? mungkin itu yang di rasa Shea.

"Aku hanya sekali memberikan tawaran, kalau mau ambil baju hangatmu, dan aku tunggu." Bryan meletakkan gelas bekas minum di wastafel, dan melangkah meninggalkan Shea.

Shea masih diam dan belum menjawab ucapan Bryan. Dia masih berdiri di depan lemari pendingin, dan melihat Bryan berlalu dari dapur.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Terimakasih sudah membaca

Nggak bosen aku ingetin buat like🥰

1
Kembae e Kucir
Biasa
ione
Luar biasa
ione
Lumayan
Sylvia tjan
Luar biasa
Luzi Refra
wkwkwkwkwkwkkwkw
Luzi Refra
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Luzi Refra
Luar biasa
Juwitae
di geprek
RiJu
lanjut lagi mulai dari sejojo
Annisa Tiara
sangat seru untuk di baca/Smile//Grin/
Maulana Sejati
knp gak dracun tikus tu bpk nya?
RiJu
lupa, dulu udah baca sampai mana ya? mau ngulang lagi
piwka
🩷
Sri Muryati
Luar biasa
ೀ⋆。🌷🍓
🌼🌼🌼
Etyy S
aku dulu udh prnah baca sampe tamat skrg baca lg
MAYZATUN 🥰🥰🥰al rizal
BRYAN SHEA 1
Dewi Rosdianti
Kecewa
Dewi Rosdianti
Buruk
Jessica
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!