Bagaimana rasanya mencintai orang yang tak seharusnya? Bukankah sakit?
(Aleena Salindri)
Kisah ini menceritakan tentang Aleena yang yang terjebak pada sebuah perasaan terlarang pada tunangan sahabat nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noah Arrayan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7
Setelah berfikir semalaman Aleena memutuskan untuk datang pada acara pertunangan Rania. Ia merasa tertantang untuk mengalahkan perasaan nya.
Dengan menyaksikan sendiri pertunangan mereka Aleena harap hatinya benar-benar terbuka bahwa pak Ivan tak boleh diharapkan. Pria itu milik Rania sahabatnya.
Aleena memandangi wajahnya di cermin, sejauh ini ia cukup puas dengan penampilan nya. Simple namun elegan, ia mengenakan dress model A-line lengan panjang berwarna hitam. Dress berpotongan medium, panjangnya satu jengkal di bawah lutut yang ia lengkapi dengan stiletto warna hitam menampilkan betis jenjang dan mulus miliknya. Sementara rambutnya ia biarkan tergerai.
Aleena keluar dari kamarnya menuju halaman. Gio salah satu teman masa SMA nya mengabari bahwa ia sudah berada di depan rumahnya. Berawal dari pembahasan tentang pertunangan Rania di grup wa alumni Pelita Harapan angkatan mereka, Pria itu menghubungi Aleena secara pribadi dan menawarkan diri untuk menjemput Aleena, dan gadis itu fikir bukan ide yang buruk untuk menerima ajakan pria itu meski mereka tidak begitu akrab.
"Kamu cantik sekali" Ucap Gio dengan tatapan penuh kekaguman. Setelah bertahun-tahun ini adalah pertemuan pertama mereka
"Ah terima kasih. Kamu juga tampan" balas Aleena pada pria itu, sungguh sebuah kebetulan yang begitu pas karena Gio juga memakai setelan kemeja berwarna hitam padahal keduanya sama sekali tidak janjian soal warna pakaian yang akan mereka kenakan.
"Pas banget ya warna baju kita sama, jangan-jangan kita jodoh" ucap Gio sambil terkekeh, Aleena menanggapinya dengan senyum santai.
"Kamu uda punya pacar?" Aleena mengernyit bingung atas pertanyaan tiba-tiba Gio padanya.
"Nggak usah mikir macam-macam Al, aku cuma nggak mau nanti tiba-tiba dilabrak sama pacar kamu karena kamu perginya bareng aku" Gio kembali terkekeh karena melihat wajah bingung Aleena atas pertanyaan nya.
"Kira-kira kalo aku punya pacar mungkin nggak aku pergi bareng kamu?" Ucap Aleena sinis.
"Kamu tu dari dulu emang judes ya Al" Aleena tersenyum masam.
"Kamu sendiri punya pacar?" Tanya Aleena.
"Mungkin nggak aku nawarin diri buat jemput kamu kalo aku punya pacar?" Gio meniru ucapan Aleena dengan mengangkat alisnya sambil tersenyum miring.
"Yah mungkin-mungkin aja Gio, bisa aja pacar kamu lagi ada urusan dan kamu nggak mau pergi sendirian."
"Berarti ada kemungkinan juga dong sebenarnya kamu punya pacar?"
Aleena mencebik karena Gio lagi-lagi membalikkan ucapan nya.
"Nyebelin ih Gio" Aleena mendelik, Gio terbahak senang berhasil mengerjai Aleena yang ia kenal sebagai gadis yang judes dan kaku.
Akhirnya mereka tiba di gedung tempat dilaksanakan nya pertunangan Rania. Jantung Aleena mulai berdetak tak menentu, rasa pilu menusuk-nusuk hatinya. Ia mengumpat pada perasaan nya yang berkhianat. Tadi di rumah ia merasa baik-baik saja dan merasa kuat, tapu mengapa setelah tiba di sini ia malah merasa lemah?
"Kamu baik-baik aja Al?" Gio memegang pundak gadis itu, sejak tadi ia memanggil-manggil Aleena yang tampak melamun sembari memegangi dadanya.
"Ah iya Gio, aku baik-baik aja. Aku cuma lagi berusaha mengingat sesuatu" Aleena memaksakan senyumnya setelah tersentak dari lamunan nya.
"Jadi kita masuk sekarang?"
"I-iya" Aleena kembali mencoba tersenyum agar Gio tak khawatir.
Mereka berdua memasuki gedung mewah tempat dilaksanakan nya pertunangan Rania dan pak Ivan. Aleena terkesima melihat dekorasi yang elegan dalam gedung yang memang sudah mewah.
Ia menatap ke sekeliling, tampaknya Rania belum ada di sana. Mungkin masih dirias, sementara itu di depan nya tak begitu jauh dari tempat Aleena berdiri gadis itu melihat sosok pak Ivan yang membelakangi dirinya.
Pria itu terlihat begitu gagah dalam balutan jas hitam, Aleena kembali merasakan detak menyakitkan di dadanya ketika menyadari pak Ivan akan segera menjadi tunangan sahabat nya, begitu terlarang untuk ia miliki dan harapkan.
"Kamu kayaknya gemetaran Al, tuh tangan kamu dingin banget" ucap Gio sambil menggenggam tangan Aleena. Gadis itu yang merasa terkejut berusaha melepaskan tangan nya karena ia merasa risih.
"Nggak usah dilepas Al, aku tau kamu gugup" Aleena ingin protes dan masih berusaha menarik tangan nya namun Gio masih tak melepaskan malah semakin erat menggenggam.
"Gio lepasin ih nyebelin" rutuk Aleena karena Gio tak melonggarkan genggaman tangan nya sedikit pun.
"Cie diam-diam kalian pacaran ternyata" segerombolan gadis cantik yang merupakan teman SMA mereka datang dan begitu heboh melihat Aleena yang datang bersama Gio. Kehebohan itu memancing perhatian dari beberapa tamu.
Tubuh Aleena terasa tak bertulang kala matanya menangkap sosok pak Ivan yang sebelumnya berdiri membelakangi kini menghadap ke arahnya, tatapan mata pria itu seperti biasa terlihat sinis dan amat menusuk.
Aleena salah tingkah di buatnya, ekspresi wajah pak Ivan terlihat seperti seorang kekasih yang tengah memergoki pacarnya sedang bersama pria lain. Terlihat seperti ingin memakan Aleena hidup-hidup. Dan yang tak Aleena mengerti kenapa ia pun mati-matian berusaha melepaskan tangan nya dari Gio, ia merasa menjadi seorang gadis yang tengah menghadapi pacarnya yang posesif.
"Uda berapa lama pacaran nya?" Tanya mereka.
"Kita nggak pacaran, kita cuma kebetulan datang bareng" Jawab Aleena, matanya masih menatap ke arah pak Ivan yang juga tak melepaskan tatapan nya pada Aleena. Ia seolah tengah menjelaskan pada pak Ivan agar jangan salah paham.
Entah kenapa perasaan nya jadi sekacau ini. Untung saja ada teman akrab Gio yang datang mereka berjabatan tangan hingga pria itu membebaskan tangan Aleena dari genggaman nya. Aleena merasakan kelegaan yang luar biasa, ia menoleh ke arah pak Ivan yang kini tersenyum sinis lalu beranjak dari tempat itu.
Aleena memegangi dada nya, kepalanya terasa sedikit pusing dengan semua yang ia rasa begitu aneh.
"Gio aku ke toilet bentar ya" Sepertinya ia butuh menenangkan diri terlebih dahulu.
"Mau aku temenin?" tawar Gio yang kembali memancing kehebohan teman-teman mereka.
"Nggak usah" ucap Aleena sambil berlalu, ia menghampiri pelayan yang membawa makanan dan minuman untuk bertanya arah toilet.
Setelah mengetahui keberadaan toilet Aleena melangkah cepat mengikuti arah yang diberikan pelayan, rasanya ingin kabur saja dari tempat ini. Tiba-tiba ia merasa gerah, pak Ivan selalu saja berhasil mengacaukan hatinya.
Setibanya di toilet wanita Aleena terpaku di depan cermin, memandangi wajahnya yang kini memerah menahan tangis. Ia tak mengerti apa yang ia rasakan dan apa yang ia inginkan kini. Perasaan nya begitu kacau dan gusar.
Tatapan Ivan mengganggu fikiran nya, ia berusaha menebak makna dari sikap pria itu. Namun hal itu semakin membuat dadanya sesak.
"Tenangkan dirimu Aleena, jangan terpengaruh pada sikap nya. Sebentar lagi setelah pertunangan ini kamu akan segera terbebas dari perasaan mu yang tak seharusnya ini.
Mampir thor🙋🙋