Rubia adalah putri seorang baron. Karena wajahnya yang cantik dia dipersunting oleh seorang Count. Ia pikir kehidupan pernikahannya akan indah layaknya novel rofan yang ia sering baca. Namun cerita hanyalah fiksi belaka yang tidak akan pernah terjadi dalam hidupnya.
Rubia yang menjalani pernikahan yang indah hanya diawal. Menginjak dua tahun pernikahannya suaminya kerap membawa wanita lain ke rumah yang ternyata adalah sahabatnya sendiri.
Pada puncaknya yakni ketika 3 tahun pernikahan, secara mengejutkan suami dan selingkuhannya membunuhnya.
" Matilah, itu memang tugasmu untuk mati. Bukankah kau mencintaiku?" Perion
" Fufufufu, akhirnya aku bisa menjadi countess. Dadah Rubi, sahabatku yang baik." Daphne
Sraaak
Hosh hosh hosh
" A-aku, aku masih hidup?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyarui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembalasan 04
" Sudah gelap ternyata. Aku harus lebih cepat memacu kudaku agar tidak terlalu malam sampai di mansion. Haah, seharusnya tadi aku tidak keasyikan mengobrol dengan para penambang. Hiyaaaa ... ."
Rubia memacu kudanya dengan sedikit lebih cepat. Dia tidak ingin kemalaman di jalan. Perjalanan dari tambang menuju mansion, sedikit gelap karena melewati hutan. Sebenarnya bukan kali ini juga Rubia pulang saat malam, tapi yang membedakan dari sebelumnya adalah, dia menggunakan kereta kuda dan dikawal oleh ksatria. Namun sekarang dia menaiki kuda sendirian.
Hiyaaaa
Rubia semakin cepat memacu kudanya, ia berusaha untuk lebih cepat agar bisa segera sampai di rumah.
Kiiiiiik
Rubia terkejut ketika kudanya menjingkat. Kalau dia tidak berpegangan pada tali kekang kuda, pastilah dirinya akan jatuh.
" Sttt, kau kenapa hmmm ... Apa yang membuatmu terkejut begitu," ucap Rubia sambil mengusap kuda hitam miliknya. Ia mencoba menenangkan kudanya yang meringik.
Bluk
Rubia turun dari kuda, ia lalu berjalan ke depan. Jalanan yang gelap membuatnya harus memicingkan mata untuk dapat mengetahui ada apa sebenarnya di tengah jalan itu.
" Ya ampun, ini orang. Dia masih hidup atau tidak ya?"
Ternyata seseorang tergeletak di tengah jalan. Dengan kekuatan tubuhnya yang tidak banyak itu, Rubia menarik tubuh orang tersebut ke sisi jalan. Seorang pria dengan tubuh tinggi dan badan yang terlihat atletis. Dia nampak seperti kesatria, namum pakaiannya yang tidak biasa menunjukkan bahwa dia adalah seorang bangsawan tinggi.
" Bagaimana bisa seorang bangsawan berpangkat tinggi bisa tergeletak tidak sadarkan diri di tengah jalan. Terlebih jalanan ini sangat gelap. Jika ada kereta kuda yang melintas, pastilah orang ini akan terlindas. Aah Rubia, apa yang kau pikirkan? Sekarang bukan waktunya untuk memikirkan hal seperti itu."
Rubia mencoba memeriksa pria tersebut. Di wajahnya terlihat ada beberapa luka, dan ia terkejut ketika melihat bagian samping perutnya berdarah bekas tusukan benda tajam.
" Ini darahnya banyak sekali."
Rubia panik, dia jelas bingung menghadapi situasi ini. Terlebih Rubia sama sekali tidak mengerti tentang pengobatan. Namun dia mencoba bersikap tenang, Rubia merobek jubah milik pria itu lalu melipatnya untuk menahan luka agar darah yang keluar bisa ditahan. Setelah itu Rubia kembali merobek jubah itu lagi dan mengikat tambalan kain agar kencang.
" Ini cukup untuk sementara, tapi pria ini harus diobati dengan cepat, hanya saja aku tidak sanggup menaikan dia ke atas kuda. Aah begini saja, aku pergi dulu untuk mencari pertolongan. Nah Tuan, Anda di sini dulu. Saya akan kembali dengan membawa bantuan."
Hiyaaa
Rubia menaiki kudanya dan pergi mencari dokter di wilayah sekitar County Gordo. Jalanan yang ia lewati itu adalah jalanan menuju County, jadi dia yakin bisa mendapatkan bantuan.
Sebuah pertanyaan muncul, sebenarnya siapa pria itu dan mengapa dia pergi ke wilayah miliknya. Bukan hanya itu, ia yakin keamanan County termasuk bagus. Namun Rubia juga tidak yakin jika itu di jalan yang termasuk sepi. Pasalnya jalanan itu adalah jalanan yang mengarah ke pertambangan dimana tempatnya sedikit lebih jauh dari County.
" Yang Mulia ... Yang Mulia ... ."
" Ini ada jejak darah. Kita ikuti."
Drap drap drap
Beberapa kesatria sembari membawa lampu penerangan berupa obor mengikuti jejak darah yang tercecer di tanah. Dari apa yang dikatakan penyihir di kelompok mereka, menyebutkan bahwa orang yang dicari saat ini sedang ada di bawah pohon pinus. Namun pohon pinus yang mereka lihat sungguh banyak. Jadi tentu mereka tidak akan bisa langsung menemukannya.
Sehingga jejak darah yang tercecer di tanah menjadi petunjuk lain bagi mereka. Dan dari apa yang dilihat, mereka yakin bahwa itu merupakan darah dari orang yang mereka cari.
Hanya saja mereka tidak menyangka bahwa orang yang mereka anggap kuat dan monster kejam ketika ada di medan perang bisa terluka sedemikian.
" Hei penyihir gadungan, kamu yakin beliau ada di sekitar sini."
" Cih kesatria abal-abal, jelas lah aku yakin beliau ada di sini. Penglihatan ku tidak mungkin salah, dan terbukti selama ini sellau benar."
" Huh, benar sih benar tapi sama tidak akurat,"
Sudah jadi rahasia umum antara Penyihir Regulus dan Ketua Kesatria Oliver sering adu mulut. Mereka juga sering kali bertengkar. Hanya saja mereka selalu kompak ketika tengah bertarung bersama.
" Regulus, coba kau lihat lagi dimana tepatnya beliau berada?"
" Sudah ku bilang dibawah pohon."
" Iya tahu di bawah pohon tapi sebelah mana. Kalau darah yang tercecer begini banyak, aku khawatir beliau mendapatkan luka yang serius."
Ucapan Oliver ada benarnya juga, dan Regulus pun menuruti keinginan Oliver. Dia mencoba untuk berkonsentrasi demi melihat melacak keberadaan orang yang dicari. Melalui darah itu Regulus mulai masuk mencari dan sebuah petunjuk pun di dapat.
" Ketemu, beliau ada di sisi jalan. Tidak jauh dari sini, ayo kita segera ke sana."
Drap drap drap
Semuanya berlari dnegan cepat. Mereka sengaja tidak menaruh kuda mereka di tempat yang sedikit jauh karena harus menyisir dengan teliti.
Oliver dan Regulus menjadi yang paling cepat dan yang paling depan. Mereka berdua tampak tidak sabar dan pastinya khawatir. Terlebih Regulus, dari pengelihatan yang tadi muncul, tuannya itu saat ini memang tengah berada di kondisi yang sangat tidak baik.
" Yang Mulia!" pekik Regulus diikuti oleh Oliver.
" Regulus, cepat buat lingkaran sihir teleportasi. Kuta harus segera membawa Yang Mulia ke kastel."
" Tapi ini harus diobati dulu."
" Nanti! Yang penting sekarang kita harus pindahkan beliau dulu."
Regulus menurut, sebenarnya dia sudah tidak sabar untuk mengobati tuannya itu menggunakan sihir penyembuhan. Meskipun kadang bersikap sesuka hati, Ragulus termasuk penyihir yang hebat. Dia bisa menggunakan sihir penyerangan sekaligus sihir penyembuhan.
Hanya dalam waktu sekejap Regulus mampu membuat lingkaran sihir teleportasi. Oliver dengan dua kesatria lainnya langsung memindahkan tuan mereka ke lingkaran sihir. Dan dengan kekuatan Regulus mereka pun berhasil membawa tuan yang terluka itu kembali ke kediaman mereka.
Klotak klotak klotak
Klaaak
" Nyonya Countess, di mana orang yang terluka?"
" Ya, tadi dia di sini dokter. Ini bekas darahnya masih ada."
Beberapa saat kemudian Rubia datang menggunakan kereta kuda bersama seorang dokter dari wilayahnya. Namun ketika sampai di sana, dia tidak menemukan orang tersebut.
" Kemana dia, apa kah dia akan baik-baik saja? Ku harap sih begitu."
TBC