Fahira harus menelan pil pahit setelah kematian ibu nya, ia harus di jodohkan dengan orang yang telah membuat ibunya meninggal dunia.
Mengandung anak bukan alasan untuk Fahira harus menjalani hubungan pernikahan (rahasia) di sekolah, Sisi lain Fahira tidak mau mengorbankan masa depan yang panjang karena ia masih kelas 3 SMA.
Seiring berjalannya waktu, kebencian Fahira berubah menjadi cinta. Tentunya itu tidak semulus yang mereka harapkan.
Bahkan kedua nya sempat berpisah dengan waktu yang cukup lama dan akhirnya bersatu kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QUEENS RIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 09. Janji Rey Di Makam Ibu Fahira
Kringg!!!
Bel pulang telah berbunyi.
Semua murid sudah mulai meninggalkan area kelas dengan penuh semangat, karena hal wajar kalau jam pulang murid sekolah lebih bersemangat ketimbang di jam pelajaran.
Eca menghampiri Fahira dengan gerakan tengil, dia hanya sekedar memberi ancaman untuk Eca kalau ia bakal telat pulang.
Karena Eca akan pergi nonton bioskop bersama Kinar dan Cantika. Bahkan sampai Rangga pun ikut diajak oleh Eca.
"Awas kamu kalau ngadu!"
"Enggak kok, hati-hati pulangnya" Kata Fahira.
"Y" Jawab Eca, lalu ia memerintahkan kedua teman nya untuk mengikuti.
Setelah Eca benar-benar pergi, Fahira belum keluar dari kelas. Ia melihat Rey yang sedang tertidur.
Sedikit penasaran tapi gengsian, jadinya Fahira memilih menunggu dia bangun dengan sendirinya.
"Fahira kok kamu belum pulang?" Tanya Gabriel yang tak sengaja melihat Fahira di kelas. Ia sendiri baru saja habis toilet, niat nya ingin mengambil tas di kelas dan pergi.
"Iya, belum" Jawab Fahira.
"Mau bareng gak? Kan kamu gak bawa motor toh?" Gabriel menawarkan Fahira pulang.
Fahira mikir keras, hanya saja ia tak tega meninggalkan Rey di dalam kelas. Fahira menggeleng kepala dengan senyuman.
Gabriel menoleh ke arah samping yang dimana Rey tertidur kembali "Mau pulang bareng dia?"
"Iya" Kata Fahira dengan nada bisikan.
"Oh gitu... Yasudah saya pergi dulu" Kata Gabriel
"I-iya, maaf ya"
Gabriel langsung meninggalkan Fahira di kelas itu, tanpa sepatah kata apapun yang keluar dari mulutnya.
Setelah kelas benar-benar kosong, Fahira memberanikan diri untuk menghampiri Rey walau hatinya ragu untuk mendekat kan dirinya ke Rey.
Mengingat Rey sudah meminta maaf dengan tulus, kemarin hari.
"Rey" Bisik Fahira dengan lembut.
Dalam sekali panggilan saja Rey langsung bangun, menatap Fahira dengan pandangan sayu.
Pandangan nya masih belum normal, setelah beberapa menit. Matanya pun sudah segar kembali.
"Ada apa?" Tanya Rey singkat sambil melipat kedua tangan nya dimeja.
"Kok ada apa sih? Ayo pulang"
"Aku kira kamu bakal pulang sama gabriel, makanya aku tidur sebentar"
Fahira menggeleng kepala "Enggak, kenapa sih?"
Pertanyaan dari Fahira gak dijawab, Rey pun sudah bangkit dari tempat duduknya.
Mencantolkan satu tali ranselnya ke pundak kanan nya, lalu berjalan sambil menguap.
Rey memberhentikan langkah kaki, menoleh ke belakang melihat Fahira yang tiba-tiba tertunduk sambil menutup wajah dengan kedua telapak tangan.
Rey menyeka sudut mata nya untuk mengusir rasa kantuk yang menempel pada dirinya, lalu kembali berjalan menghampiri Fahira.
"Kenapa lagi kamu?" Tanya Rey sambil menggeret kursi yang ada di dekat nya.
Fahira menoleh singkat, lalu bangkit dan pergi dari dalam kelas. Rey mengerut kening, baru aja ia duduk, langsung berdiri lagi untuk mengikuti langkah Fahira dari belakang.
"Kalau mau curhat silahkan, tumpahkan saja"
"Gak, siapa juga yang mau curhat" Kata Fahira sebal.
"Gausah nutupin, saya terima kok kalau kamu benci saya, dosa saya sudah terlalu banyak untuk kamu, belum lagi saya sudah perko..."
Fahira reflek membungkam mulut nya dengan telapak tangan "Cukup Rey!" Fahira menatap tajam "Jangan bongkar aib saya di sekolah ini, ingat!" Lanjutnya.
Rey mengangguk kepala, dan Fahira melepas tangan yang membekap mulut pria itu.
"Yaudah cepat pulang, keburu sore" Setelah Fahira memberi perintah, Rey langsung berjalan di samping Fahira.
Sampai mereka sudah ada di parkiran motor sekolah, Fahira masih mendalami kesedihan yang sangat mendalam saat teringat kembali ibunya.
Dalam perjalanan pulang nya, Rey di bawa muter-muter oleh Fahira, dari membeli bunga, membeli makan sore, hingga berakhir di sebuah pemakaman.
Yang dimana itu tempat pemakaman ibu Fahira di kubur. Fahira dan Rey melangkah masuk ke area dalam kuburan yang saling berjejer.
Langkah nya mereka terhenti di depan nisan yang bertuliskan.
Clara Adelina.
Seseorang yang sangat di rindukan Fahira.
Dibawah namanya lengkap dengan tanggal lahir dan hari kematian nya.
Fahira berjongkok dan Rey ikut berjongkok.
Bahkan Rey mendadak berkaca-kaca, sebagai pelaku yang membuat Ibu kandung Fahira terkubur, Ia merasa kalau tragedi itu sebagai penyesalan terhebat dalam hidup nya.
Rey mencoba belajar menerima kenyataan kalau wanita paruh baya yang sudah membuat nya meninggal adalah ibunda dari seseorang yang dia sayangi. Sungguh ironi.
Rey menaburkan bunga mawar merah yang sudah Fahira beli, dia sejenak menghening sambil mengirimkan doa terbaik untuk ibunda Fahira, sekaligus meminta restu untuk pernikahan mereka.
Rey menoleh ke Fahira yang menangis tanpa henti. Rey berusaha mencoba membuatnya tegar, lalu membawa pulang ke rumah setelah Fahira mengirim doa untuk sang ibu tercinta.
Setelah satu tarikan nafas serta menyeka air mata di sudut matanya, Fahira bangkit dari jongkok. "Ayo" Seru Fahira mengajak. Rey reflek pegang tangan Fahira, dan itu tidak masalah untuk Fahira, mengingat mereka juga sudah bertunangan.
"Lah Fahira? Kamu gak marah saya gandeng?"
Fahira menoleh, lalu meremas pegangan tangan Rey dengan sangat keras. "Buru jalan nya, gausah rewel!"
"..." Rey terdiam sesaat, ia mengerut kening dan merasakan telapak tangan Fahira yang begitu sangat kasar, dipikiran nya terngiang kalau Fahira seorang pekerja keras atau emang tidak pernah merawat dirinya sendiri?.
"Tangan kamu kok kasar banget Fahira?"
Fahira lagi-lagi menoleh, kali ini tolehan nya tajam, gadis itu mencubit lengan Rey dengan keras. "Gausah ngomong yang aneh-aneh, bisa?"
"Se-benci ini kah kamu kepada saya, Fahira?"
"...." Fahira terdiam dan fokus mempercepat langkah kaki. Namun Rey memberhentikan langkah kaki untuk memanggil nama Fahira.
"Hm... Fahira"
Fahira langsung menoleh ke belakang dan mendengarkan Rey sedang mengumbar janji untuk Fahira.
"Saya paham alasan kamu bawa saya ke makam ibu kamu, dan apapun yang terjadi saya janji ke kamu. Saya akan menggantikan kasih sayang ibu kamu yang sudah saya rampas hidupnya" Kata Rey.
"Yaudah buktikan, saya gak butuh sepatah kata-kata. Tapi... maaf, sampai saat ini saya masih belum bisa memaafkan kamu" Jawab Fahira dengan senyuman penuh luka.
"Okey, saya mengerti" Kata Rey.