Enzio Alexander Pratama, pria 28 tahun dengan kekayaan dan status yang membuat iri banyak orang, ternyata menyimpan rahasia kelam—ia impoten.
Sebuah kecelakaan tragis di masa lalu merampas kehidupan normalnya, dan kini, tuntutan kedua orangtuanya untuk segera menikah membuat lelaki itu semakin tertekan.
Di tengah kebencian Enzio terhadap gadis-gadis miskin yang dianggapnya kampungan, muncul lah sosok Anna seorang anak pelayan yang berpenampilan dekil, ceroboh, dan jauh dari kata elegan.
Namun, kehadirannya yang tak terduga berhasil menggoyahkan tembok dingin yang dibangun Enzio apalagi setelah tahu kalau Anna adalah bagian dari masa lalunya dulu.
Bahkan, Anna adalah satu-satunya yang mampu membangkitkan gairah yang lama hilang dalam dirinya.
Apakah ini hanya kebetulan, atau takdir tengah memainkan perannya? Ketika ego, harga diri, dan cinta bertabrakan, mampukah Enzio menerima kenyataan bahwa cinta sejati sering kali datang dari tempat yang tak terduga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. Sepuluh
“Sia, sial sial!”
Enzio menatap cermin yang ada di depannya. Pikirannya melayang pada kejadian aneh beberapa hari lalu, di mana tubuhnya bereaksi dengan cara yang sudah lama tidak dirasakannya.
Miliknya yang selama ini tidur nyenyak tiba-tiba bangun, dan itu hanya karena seorang gadis pelayan–Anna.
“Menggelikan! Kenapa harus dia yang membuatku seperti ini?” gumam Enzio sambil memijat pelipisnya.
Rasa frustasi membuatnya mengambil ponsel dan menghubungi Sky, asistennya.
“Sky, jemput aku sekarang. Antar aku ke rumah sakit!”
Sky, yang mendengar perintah itu, langsung panik. “Tuan Enzio, apakah Anda sakit? Apa perlu saya memanggil dokter ke rumah?”
“Tidak perlu panik, Sky. Aku hanya ingin melakukan pemeriksaan rutin,” ucap Enzio dengan wajah datar. Tapi jauh dalam hatinya ia tahu, ini bukan sekadar pemeriksaan biasa.
Sky masih ragu. Hanya saja membantah perintah Enzio hanya akan berujung pada masalah.
“Baik, Tuan. Saya akan segera menjemput anda,” jawab Sky dengan berat hati.
•••
••••
Sementara itu, di rumah besar keluarga Enzio, Viona tengah menikmati perannya sebagai calon nyonya rumah setelah Kania pergi untuk berbelanja dengan Hana.
Viona duduk dengan angkuh di sofa sambil memanggil-manggil Anna yang sedang sibuk membersihkan ruang tamu.
“Anna! Ke sini!” serunya dengan nada tinggi.
Anna segera menghampiri Viona. “Ada yang bisa saya bantu, Nona?”
Viona menyilangkan kaki dan menunjuk kakinya. “Pijat kakiku. Aku lelah.”
Anna menatap kaki Viona sesaat, lalu mengangguk. Ia berjongkok di depan Viona dan mulai memijat dengan lembut. Di kampung, biasanya Anna selalu memijat kaki sang Ayah. Jadi, tidak masalah jika saat ini Viona memintanya.
Toh, Viona kan calon suami Enzio. Itu berarti Viona calon adik iparnya, meskipun Enzio tidak pernah menganggap dirinya kakak.
“Kamu terlalu pelan, Anna. Apa kamu tidak tahu cara memijat? Gunakan lebih banyak tenaga!” bentak Viona.
Anna tetap diam dan menuruti perintah Viona tanpa banyak protes. Dulu, Anna sudah terbiasa diperlakukan seperti ini. Di sekolah bahkan di kampung, Anna sering diperlakukan lebih buruk daripada ini.
Melihat Anna yang tidak marah atau membalas, Viona semakin kesal. Viona ingin melihat gadis itu meledak, tetapi yang didapatnya hanya sikap dingin dan tenang.
“Anna.” Viona memecah keheningan. “Kamu tahu kan kalau aku adalah calon istri Enzio?”
Anna berhenti sejenak, mendongak menatap Anna lalu mengangguk. “Saya tahu, Nona,” jawabnya.
Viona menyeringai.
“Bagus! Karena nanti setelah aku menikah dengan Enzio, aku mau kamu ikut bersama kami. Aku membutuhkan pelayan pribadi seperti kamu,” ucap Viona.
Anna menatap Viona dengan alis terangkat. “Untuk apa saya ikut bersama anda? Tugas saya di sini adalah melayani nyonya Kania dan tuan Adrian.”
Viona melipat tangan di dada. “Tidak boleh! Sepertinya aku mulai menyukai pekerjaanmu, Anna. Aku ingin kamu ikut kemanapun aku dan Enzio pergi!”
Anna tidak menanggapi. Ia tidak peduli seberapa keras Viona memaksanya, keputusan tetap berada di tangan Enzio dan keluarga besar. Anna yakin kalau Enzio tidak akan pernah setuju dengan permintaan Viona yang berlebihan ini.
Melihat sikap Anna yang tetap tenang, Viona semakin geram.
“Dasar gadis cacat sok jual mahal! Apa dia merasa paling dibutuhkan di sini sampai-sampai besar kepala dan yakin kalau tante Kania akan mempertahankannya? Pembantu saja belagu!” gumamnya namun dalam hati.
“Ada yang anda butuhkan lagi, Nona?” tanya Anna, menyelesaikan pijatannya, kemudian berdiri dan merapikan sedikit pakaiannya.
“Buatkan aku jus buah naga. Ingat, pisahkan bijinya!” titah Viona sambil mengibaskan tangannya, menyuruh Anna segera pergi.
Anna mengangguk dan bergegas ke dapur.
••••
Enzio sudah sampai di rumah sakit.
Enzio masuk dan duduk di ruang tunggu rumah sakit sambil mengetukkan ujung sepatunya ke lantai. Pikirannya masih penuh dengan bayangan Anna, wajah polosnya, dan bagaimana gadis itu membuat asetnya berdiri tegak.
“Tuan Enzio?” panggil seorang perawat yang baru keluar dari ruangan. “Silahkan masuk, dokter sudah menunggu.”
Enzio mengangguk dan berdiri. Ia mengikuti dokter itu masuk ke ruang pemeriksaan. Sebelum itu, Enzio meminta Sky untuk tetap menunggunya.
Di dalam, Enzio terlihat gugup dan tegang. Namun, ia mencoba menyembunyikan perasaannya itu di balik wajah dingin nan datarnya.
“Apa yang ingin anda konsultasikan, Tuan Enzio?” tanya dokter Andre. “Apa ini berkaitan dengan masalah anda yang belum ada obatnya itu?”
Enzio terlihat ragu, lalu ia menganggukkan kepala.
“Mungkin ini sedikit memalukan. Tapi, belakangan ini, tubuhku bereaksi secara tidak biasa.” Enzio bingung harus memulai darimana. “Maksudku, setelah bertahun-tahun tidak berguna, tiba-tiba dia bangun lagi,” jelasnya, sedikit berbisik.
Dokter mendengarkan dengan tenang. “Apakah ini terjadi pada waktu tertentu atau di sekitar orang tertentu?”
Pertanyaan itu membuat Enzio terdiam. Bayangan Anna muncul di kepalanya lagi.
“Ya. Ada seorang gadis…”
Dokter tersenyum tipis. “Tuan Enzio, dari cerita anda, ini bukan masalah kesehatan. Saya sudah berusaha mencari solusi. Bahkan semua metode sudah kita coba dan berakhir sia-sia. Saya pikir anda mengalami reaksi emosional yang mempengaruhi tubuh anda. Mungkin, ada ketertarikan secara mendalam pada orang ini.”
Enzio mendengus. “Tertarik? Tidak mungkin. Dia hanya seorang pelayan!”
“Tapi dia berhasil membuat anda merasakan sesuatu, bukan?” balas dokter itu.
Enzio terdiam. Kata-kata dokter itu menusuk tepat ke jantungnya. Tidak bisa dipungkiri, hanya Anna yang bisa membagngkitkan gai rah nya.
Sementara Viona, gadis itu sama sekali tidak membuatnya merasakan apapun.
“Apa selain dengannya milik anda berdiri?”
Enzio menggeleng. “Tidak!”
“Saran saya, jika seseorang yang anda maksud itu perempuan, sebaiknya anda nikahi saja dia,” ucap Dokter menyarankan hal yang tidak masuk akal. “Karena tidak mungkin anda menyuruhnya melakukan terapi dengan cara manual, bukan?”
Dokter menahan senyum. Sementara Enzio jelas mengerti maksud ucapan lelaki botak berkacamata yang duduk di depannya ini.
“Dengan itu, saya yakin seiring waktu milik anda akan sembuh total,” lanjut sang dokter.
Enzio membelalak. Nasehat gila macam apa ini? Dia sudah membayar dokter ini dengan mahal tapi sarannya sangat tidak memuaskan.
“Dasar sinting!” maki Enzio dalam hati, lalu bangkit dan meninggalkan ruangan itu tanpa mengatakan apapun lagi.
yg atu lagi up ya Thor
kasih vote buat babang Zio biar dia semangat ngejar cinta Anna 😍🥰❤️