NovelToon NovelToon
The Story Of Jian An

The Story Of Jian An

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi
Popularitas:576
Nilai: 5
Nama Author: NinLugas

Pada abad ke-19, seorang saudagar China yang kaya raya membawa serta istri dan anaknya menetap di Indonesia. Salah satu anak mereka, Jian An, tumbuh menjadi sosok yang cerdas dan berwibawa. Ketika ia dewasa, orang tuanya menjodohkannya dengan seorang bangsawan Jawa bernama Banyu Janitra.

Pada malam pertama mereka sebagai suami istri, Banyu Janitra ditemukan tewas secara misterius. Banyak yang menduga bahwa Jian Anlah yang membunuhnya, meskipun dia bersikeras tidak bersalah.

Namun, nasib buruk menghampirinya. Jian An tertangkap oleh orang tidak dikenal dan dimasukkan ke dalam sumur tua. berenang di permukaan air sumur yang kini tidak lagi berada di abad ke-19. Ia telah dipindahkan ke kota S, tahun 2024. Dalam kebingungannya, Jian An harus menghadapi dunia yang jauh berbeda dari yang ia kenal, berusaha menemukan jawaban atas misteri kematian suaminya dan mencari cara untuk kembali ke masa lalu yang penuh dengan penyesalan dan rahasia yang belum terungkap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NinLugas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28

Malam itu terasa begitu berbeda bagi keduanya. Di dalam kesunyian rumah yang besar, hanya detak jantung mereka yang terdengar jelas, seakan bergema di dalam ruangan. Saka duduk diam, berusaha menyusun kembali pikirannya, namun perasaan yang datang begitu mendalam, sulit diabaikan. Jian An, meskipun masih merasa canggung dan bingung dengan apa yang baru saja terjadi, juga merasakan denyut jantungnya yang tidak bisa ia kendalikan. Ada perasaan hangat yang tumbuh di dalam dirinya, meskipun semuanya terasa membingungkan.

Di antara keheningan yang menyesakkan, Saka akhirnya berbicara, suara lembutnya mencairkan ketegangan yang menggantung di udara. "Kau baik-baik saja?" tanyanya, meskipun dia sendiri tidak tahu apakah dirinya sudah benar-benar baik-baik saja.

Jian An menunduk, mencoba menghindari tatapan Saka. "Aku... tidak tahu," jawabnya dengan suara pelan, seolah mencari jawaban yang tak ada. "Aku hanya merasa bingung, Saka."

Saka merasa ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar kebingungan dalam suara Jian An. Sesuatu yang lebih rapuh, lebih terluka, dan lebih membutuhkan perhatian daripada yang ia sadari. "Kau tidak sendiri," jawabnya, meskipun dia tahu kata-katanya terasa kurang memadai. "Jika kau ingin berbicara atau jika ada yang bisa aku bantu, aku ada di sini."

Malam itu, keduanya hanya diam, membiarkan detak jantung mereka yang kacau sebagai penghubung antara dua jiwa yang terperangkap dalam keadaan yang tidak mereka pahami sepenuhnya. Tetapi ada sesuatu yang mulai tumbuh di antara mereka, sebuah rasa keterhubungan yang tak terduga, dan meskipun perasaan itu tidak bisa mereka ungkapkan sepenuhnya, keduanya tahu bahwa malam itu, mereka tidak sendirian.

***

Pagi itu, udara segar menyambut Saka setelah ia selesai jogging di sekitar halaman rumah besar itu. Tubuhnya yang masih sedikit berkeringat tampak segar dan bugar, seiring dengan langkah ringan menuju dapur. Di sana, ia mulai menyiapkan sarapan—kopi hitam dan omelet dengan bahan-bahan sederhana yang ada di lemari es. Meskipun sarapan pagi ini terkesan biasa, bagi Saka, itu adalah rutinitas yang memberinya ketenangan setelah pagi yang penuh dengan latihan fisik.

Namun, suasana yang terasa tenang dan damai itu seketika berubah saat Jian An muncul dari arah tangga, melangkah keluar dari kamar dengan wajah yang tampak cemas dan tak nyaman. Saka melihatnya sejenak, merasa ada sesuatu yang berbeda dari biasanya. Jian An masih mengenakan piyama yang sedikit kusut, dan langkahnya pun tampak ragu.

"Selamat pagi," ucap Saka, berusaha mencairkan suasana. Namun, meskipun nada suaranya terdengar santai, Saka bisa merasakan ada ketegangan yang menggelayuti.

Jian An hanya mengangguk kecil, menyapa dengan lemah. "Selamat pagi," jawabnya, matanya sesekali melirik ke arah meja makan yang sudah siap dengan sarapan. Namun, ia tampak ragu untuk mendekat. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya sejak malam kemarin—perasaan yang campur aduk antara bingung, cemas, dan tak nyaman dengan kejadian yang terjadi begitu mendalam antara dirinya dan Saka.

Saka, yang memperhatikan perubahan sikap Jian An, menyadari ada sesuatu yang tidak beres. "Kau belum makan?" tanyanya, sambil menuangkan kopi ke dalam cangkir. "Aku buatkan sarapan, omelet dan kopi. Mungkin bisa membuatmu merasa lebih baik."

Jian An merasa canggung, tetapi akhirnya duduk di kursi dengan perlahan, mengangguk pelan. "Terima kasih," jawabnya, meskipun pikirannya masih terombang-ambing. Sebuah keheningan meliputi keduanya, dan meskipun suasana tampak biasa, keduanya tahu bahwa sesuatu telah berubah, sesuatu yang tak mudah diungkapkan, tapi tetap ada di antara mereka.

Jian An terkejut mendengar pertanyaan itu, kata-kata sarkastis Saka membuatnya sejenak terdiam. Perasaan tidak nyaman yang sudah ada dalam dirinya semakin memuncak. Dia menatap Saka dengan ragu, berusaha mencari jawaban yang tepat, namun kata-kata itu jelas menyakiti hatinya.

"Saka, itu tidak adil," jawab Jian An pelan, dengan nada yang lebih serius dari biasanya. "Kamu tidak bisa begitu saja membuat asumsi tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi."

Saka menatapnya dengan ekspresi yang sulit dibaca. "Lalu apa yang terjadi?" tanyanya, suara sedikit lebih lembut meskipun masih ada nada kekesalan. "Kamu membuat semuanya terlihat seolah-olah semuanya baik-baik saja, tapi aku tahu kamu tidak bisa menyembunyikan apa yang ada di dalam hati."

Jian An merasa seluruh tubuhnya mulai tegang. Setiap kata yang keluar dari mulut Saka terasa seperti beban yang semakin berat. "Aku... aku hanya bingung, Saka," jawabnya, matanya menunduk, mencoba menenangkan pikirannya. "Aku bukan siapa-siapa di sini, hanya seorang wanita yang terjebak dalam hidup yang kacau."

Saka menarik napas panjang, merasa ada keraguan di dalam dirinya. Dia tidak tahu apakah pertanyaannya terlalu tajam, atau apakah dia hanya mencoba untuk memahami sesuatu yang lebih besar dari sekedar kejadian malam itu. "Jian An," ucapnya dengan nada lebih lembut, "aku hanya ingin kau tahu bahwa aku peduli. Tapi aku tidak bisa membaca pikiranmu."

Jian An terdiam, merasa sedikit lega dengan perubahan nada Saka. Meskipun masih ada ketegangan, sepertinya mereka berdua mulai memahami bahwa ada banyak hal yang perlu diungkapkan, dan tidak semua bisa diselesaikan dengan kata-kata kasar atau asumsi.

Tidak berapa lama bunyi bel rumah mereka berbunyi. Jian An merasa sedikit lega dengan kedatangan Gendis, wanita yang sudah cukup dikenal olehnya. Ketika bel berbunyi dan Gendis muncul di pintu, Jian An langsung tersenyum meskipun hatinya masih terasa berat. Gendis datang dengan membawa sebuah keranjang berisi jamur segar yang tampaknya baru dipetik.

"Saya bawa jamur seperti yang kamu minta," ucap Gendis dengan senyum cerah, melangkah masuk ke ruang makan tanpa menunggu undangan. Wajahnya tampak ceria, namun ada kesan bahwa dia sudah cukup akrab dengan situasi yang terjadi di rumah itu.

Jian An segera mendekat dan menerima keranjang jamur dari Gendis, mencoba menanggapi kedatangan wanita itu dengan sikap yang lebih tenang. "Terima kasih, Gendis. Kamu datang tepat waktu," jawabnya, meskipun pikiran masih teralihkan pada percakapan sebelumnya dengan Saka.

Gendis memandangnya dengan tatapan yang agak cemas, seolah bisa merasakan ada ketegangan antara Jian An dan Saka. "Ada yang tidak beres?" tanyanya, suara lembut namun penuh perhatian. "Apa yang terjadi?"

Jian An menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Hanya... sedikit percakapan yang membuat aku merasa bingung," jawabnya singkat, sambil mulai membersihkan jamur yang dibawakan Gendis. Namun, meskipun kata-katanya terdengar santai, hatinya tidak sepenuhnya tenang.

Gendis menatap Jian An sejenak, sebelum akhirnya duduk di meja makan. "Jika ada sesuatu yang bisa aku bantu, beri tahu saja," katanya, dengan suara penuh empati. Keberadaan Gendis di sana seperti memberi sedikit ketenangan bagi Jian An, meskipun suasana hatinya masih belum sepenuhnya pulih.

1
yanah~
Mampir kak, tulisannya rapi, enak dibaca 🤗
¶•~″♪♪♪″~•¶
semangat kk/Determined//Determined/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!