Menceritakan seorang laki-laki dingin yang jatuh cinta terhadap seorang wanita…….
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hotler Siagian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18
Kampung kecil yang terletak di dataran tinggi ini sangat kecil dikelilingi hutan belantar. Meskipun akses untuk masuk ke sini sangat sulit, tapi karena ukuran kampung yang tidak terlalu besar, jadi tidak perlu banyak waktu bagi mereka untuk menemukan rumah Bu Cit
Alika dan Dio tak lama tiba didepan sebuah rumah kecil sederhana berdinding kayu yang Alika yakini merupakan rumah Bu Cit.
tok... tok... tok
Keluarlah seorang wanita paruh baya, yang setinggi bahu Alika dari dalam rumah tersebut
"Sore, Bu Cit. Apa kabar? ", sapa Alika sembari memeluk Beliau
"Baik-baik dek Alika. Kamu bagaimana?", jawab Bu Cit kembali bertanya
"Baik sekali, Bu" jawab Alika sambil tersenyum lebar
"Oh iya, Bu. Perkenalkan ini rekan saya, Dio. Kameraman saya selama liputan disini, nantinya harus merepotkan Bu Cit untuk menampung kami berdua kedepannya, hehehe", ujar Alika memperkenalkan Dio
Dio tersenyum canggung menanggapi Alika sembari menjabat tangan Bu Cit
"Iyaa, tenang saja anggap rumah sendiri yaa. Jangan sungkan, temennya juga, Alika sudah cerita ke saya tentang kamu, Dek", ujar Bu Cit ke Alika dan Dio
" hehehe iya Bu, terimakasih sebelumnya karena berkenan menerima kami untuk tinggal disini selama beberapa hari kedepan", jawab Dio
"Yuk, masuk... maaf ya sebelumnya kalau berantakan. Mungkin kalian harus banyak beradaptasi disini, karena lingkungan disini benar-benar jauh berbeda daripada di Jakarta" ujar Bu Cit mempersilahkan Alika dan Dio memasuki rumahnya
Rumah Bu Cit begitu sederhana, berdinding kayu dengan beberapa sekat didalamnya. Tapi meskipun begitu, pondasi yang terbuat dari kayu jati tersebut masih terlihat cukup kuat dan kokoh
"Iya, Bu. Kami tidak masalah kok. Yang penting kami memiliki tempat untuk berteduh dan mencapai tujuan kami untuk kemajuan Papua kedepannya" jawab Alika yakin
"Bagus Alika, kalau sudah mengerti. Saya yakin kalian juga bahkan sudah menderita sejak kalian datang kesini. Itu saja sudah menunjukan perbedaan besar dari gambaran Jakarta dan disini" jawab Bu Cit
Alika dan Dio mengangguk memahami apa yang dimaksud Bu Cit
(Bener aja, baru masuk aja susahnya minta ampun), kesal Dio memberikan isyarat lewat mulut kepada Alika yang lalu dihadiahi jitakan di kepalanya.
"Kalian juga harus terbiasa, disini tidak ada AC, tidak ada TV, tidak ada mesin cuci, tidak ada blender, tidak ada kompor, mobil, motor, atau apapun itu. Disini hidupnya benar-benar sederhana. Jadi, tolong biasakan diri ya, dan jangan pernah sungkan-sungkan ke saya untuk bertanya hal apapun itu" jelas Bu Cit panjang lebar
***
"Jadi itu tadi ya Alika dan Dio, kalian bebas melakukan apa saja yang kalian ingin lakukan selama di sini, yang penting kalian harus selalu ingat kalau apapun itu selama hal baik, saya akan selalu percaya dan mendukung kalian" jelas Bu Cit setelah membawa Alika dan Dio berkeliling di rumah sederhana Bu Cit
Mereka semua kembali duduk di ruang tamu Bu Cit
"Baik, Bu. Terimakasih banyak sebelumnya. Saya dan Dio sudah mengerti kondisi ini, saya juga mohon bantuan Ibu untuk menasihati kami mengenai hal-hal dasar yang perlu kita ketahui selama disini" jawab Alika
"Tentu saja, Dek Alika dan Dio dengan senang hati. Nantinya saya mungkin akan jarang berada di rumah, karena saya dan suami juga akan sering ke kampung tetangga untuk memberikan pelajaran ke tempat pendidikan yang kami mulai bangun di kampung Yakuhumo ini. Jadi, jika kalian butuh kami,kalian bisa ke balai desa" jawab Bu Cit
***
21.00
Setelah mereka berbincang beberapa menit, Bu Cit langsung pamit untuk pergi ke kampung selanjutnya meninggalkan Alika dan Dio dirumah
Sedangkan, Alika dan Dio langsung bersih-bersih dan merapikan tas keperluan mereka di kamar mereka masing-masing agar tidak berantakan
Alika mengeluarkan beberapa baju dari kopernya dan menyusunnya di salah satu rak kayu kecil yang ada di sisi pojok kamar Alika. "Hufttt... tinggal satu laagiiii daaan selesaii!! " girang Alika.
Alika tersenyum bangga melihat karya susunan baju di depannya sambil memegang dagu. "Emang Alika keren banget ck ck ck".Wajar saja, Alika sangat perfeksionis. Sehingga setiap dirinya sudah selesai merapikan sesuatu dengan sangat rapi, akan menjadi suatu kepuasan tersendiri bagi diri Alika.
Tak lama, setelah kegiatan melipat-lipatnya selesai dengan keringat yang bercucuran di pelipisnha. Alika merasa lelah dan kepanasan berada di dalam kamar. Ia mengibaskan tangannya mengumpulkan udara-udara yang ada di sekitarnya. "Panas banget yallah, jalan-jalan keluar pasti enak nih" ujar Alika
Alika mengetuk kamar Dio,
tokk...tokk...tokk
"Diooo!!! Ayo ikut gue jalan-jalan kuy nyari angin. Keringetan banget gue padahal udah mandi" ujar Alika berteriak memanggil Dio dari depan kamarnya
Tidak ada sahutan dari dalam,
Alika langsung membuka pintu kamar Dio yang kebetulan sedang tidak dikunci, jadi Alika bisa masuk. "Heemmm... Enak banget ya tidurnya bro?? " ujar Alika meledek Dio yang langsung molor terlentang diatas kasur kecil milik Bu Cit, tanpa membereskan perlengkapan-perlengkapannya.
Namun, Dio tetap asik dengan tidurnya. Alika menggoyang-goyankan tubuh Dio, "Di... gue mau nyari angin sebentar. Lo mau ikut gak woi??? " tanya Alika
"Henggggg" jawab Dio mengigau seakan-akan menjawab pertanyaan Alika
Alika terkikik dan mengeluarkan ponselnya untuk merekam Muka Dio yang sedang mengigau sebentar. "Video ini bakalan jadi video ter-epic yang gue punya" ujar Alika berniat akan memposting nya di story IG miliknya
Setelah selesai dengan kegiatannya merekam Dio. Alika pamit, "Yo, kalo gitu gue pamit keluar dulu ya nyari angin" pamit Alika yang diacungi jempol oleh Dio secara tidak sadar
Alika menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Dio dan langsung pergi keluar kamar.
Alika menghirup nafasnya dalam dalam, "seger bangettttt diluar"" girang Alika pada dirinya sendiri. Angin sejuk yang ada diluar berhembus menggerakkan rambut panjang Alika
Alika berjalan keluar, ia tidak menjumpai orang-orang yang berlalu-lalang di luar rumah, benar-benar sepi. "Kalo di Jakarta jam 9 masih rame aja. Mungkin disini udah pada jam tidur mereka" ujar Alika pada dirinya sendiri
Alika mengeluarkan airpods nya yang ia bawa di saku baju tidur baby doll nya dan memasangnya di telinganya. Entah, Alika berjalan tanpa melihat kemana arahnya selama hampir 30 jam lebih, hingga saat Alika sampai di suatu gang yang remang-remang. 'Apa aku nyasar?' batin Alika mencoba mengingat dan menoleh ke sekelilingnya mengingat-ingat jalanan di dekat rumah Bu Cit
Di depan gang itu, Alika bisa melihat beberapa pemuda yang sedang berbincang berkumpul di gubuk.
'Apa gue tanya mereka aja kali ya, daripada diterusin jalan tambah nyasar' ujar Alika meyakinkan dirinya sendiri. Alika memutuskan untuk berjalan mendekati mereka
Namun, pada saat Alika berada di dekat mereka. Alika bisa melihat dengan jelas apa yang mereka lakukan. Pemuda-pemuda itu sedang menenggak minuman keras dan juga mengkonsumsi narkoba yang salah satu dari mereka keluarkan dalam bentuk pil
"Astagfirullah" kaget Alika sambil menatap mulutnya. 'ternyata gara-gara ini semua kejadian buruk terjadi' batin Alika mengingat kejadian pembunuhan yang menjadi tujuan utama nya untuk melakukan liputan berita disini.
Perlahan, Alika mengeluarkan Iphone nya dari saku celananya, dan merekam apa saja yang mereka lakukan. Alika meng-zoom kameranya, dan mundur dari tempatnya yang sekarang
Krieetttttt
Alika tidak sengaja menginjak ranting kayu yang ada dibawahnya. Sehingga, membuat para preman-preman itu mencari darimana suara itu berasal
"Siapa disana!? " bentak mereka langsung membuat Alika ketakutan. Alika langsung menelfon Dio, dan berlari mundur dengan menunduk agar tidak terlihat oleh kerumunan preman itu
"Keluar! Atau saya bunuh kamu! " bentak preman itu kejam. Alika sudah hampir menangis, namun ia masih berusaha menutup mulutnya agar suara tangisannya tidak keluar
'Angkat Yo, Angkat!!! ' batin Alika geram karena Dio tidak mengangkat telfonnya. Pasti dia masih tidur sekarang.
Alika masih berusaha menelfon Dio berkali-kali dengan air mata yang terus turun. Alika bersembunyi disamping gubuk yang ada di dekatnya
Alika berjongkok di belakang dinding gubuk itu agar tidak terlihat para preman itu. 'jangan sampai mereka lihat gue' batin Alika. Saat, preman-preman itu datang , mereka tidak melihat keberadaan Alika dan melewati gubuk tempat Alika bersembunyi.
"Huftttt.... " Alika menghembuskan nafasnya lega. "Gue harus lari sekarang! " ujar Alika pada dirinya sendiri. Setelah melihat mereka agak jauh, Alika berdiri keluar dari gubuk itu secepat mungkin.
"HEI!!! BERHENTII!!! " Teriak preman-preman itu melihat Alika yang berlari
Alika berlari kencang, dengan handphone yang masih berusaha menelfon Dio. "pliss Dio Angkat!!! " marah Alika
Alika tetap berlari, tanpa mengurangi kecepatannya sedikitpun. Karena preman -preman itu mengejar Alika dari belakang.
Mata Alika melihat ke arah sekeliling hutan itu. Dia harus cepat berlari, sebelum mereka berhasil menyusul dirinya.
"Halo, Al lo dimana? " angkat Dio disebrang telfon. Alika menangis bersyukur, "Dio, gue sekarang lagi dikejar preman. Gue sekarang lari gatau kemana, tapi gue takut, Di. Tolongin guee!!! " tangis Alika yang masih terus berlari
Tiba-tiba handphone Alika mati karena kehabisan batrai. Belum selesai ia berbicara dengan Dio menunjukan berada dimana ia sekarang.
Alika tidak ada pilihan lain, selain berteriak.
"Tolongggg!!!!"