NovelToon NovelToon
Mentri Pertahanan Jadi NPC Bocil

Mentri Pertahanan Jadi NPC Bocil

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Anime / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:703
Nilai: 5
Nama Author: Rodiat_Df

Aditiya Iskandar, seorang Menteri Pertahanan berusia 60 tahun, memiliki satu obsesi rahasia—game MMORPG di HP berjudul CLO. Selama enam bulan terakhir, ia mencuri waktu di sela-sela tugas kenegaraannya untuk bermain, bahkan sampai begadang demi event-item langka.

Namun, saat ia terbangun setelah membeli item di game, ia mendapati dirinya bukan lagi seorang pejabat tinggi, melainkan Nijar Nielson, seorang Bocil 13 tahun yang merupakan NPC pedagang toko kelontong di dunia game yang ia mainkan!

dalam tubuh boci
Bisakah Aditiya menemukan cara untuk kembali ke dunia nyata, atau harus menerima nasibnya sebagai penjual potion selamanya?!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rodiat_Df, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

reiner yang malang

Saat bel pulang berbunyi, para siswa mulai berkemas dan keluar kelas dengan berbagai ekspresi—ada yang bersemangat karena akhirnya bisa pulang, ada yang masih sibuk membicarakan kejadian hari ini, terutama tentang Nijar yang tidak memiliki bakat sihir.

Jay langsung menghampiri Nijar dengan ekspresi ceria, seperti biasa.

Jay: "Nijar! Ayo kita pulang bareng!"

Nijar yang baru saja memasukkan bukunya ke dalam tas hanya melirik sekilas sebelum menghela napas. "Jay, arah rumah kita beda. Jangan selalu merepotkan pengawalmu."

Jay melipat tangannya di dada, lalu berkata dengan dramatis, "Hah?! Apa kau tidak tahu? Sebagai sahabat sejati, arah pulang itu tidak penting! Yang penting adalah perjalanan bersama!"

Nijar menatapnya datar. "...Kau hanya ingin jalan-jalan lagi, kan?"

Jay berpura-pura terkejut. "T-tidak! Mana mungkin aku— Oke, mungkin sedikit. Tapi tetap saja, kau tidak boleh membiarkan sahabatmu ini pulang sendirian!"

Nijar: "Jay, kau punya pengawal. Kau lebih aman daripada aku."

Jay mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil yang ngambek. "Tapi Nijar, aku tidak punya teman lain di akademi ini yang bisa diajak bicara bebas... Semua orang terlalu kaku! Kalau tidak bangsawan sombong, ya orang yang terlalu serius belajar!"

Nijar menutup tasnya dengan suara ‘plak’ yang cukup keras, lalu berdiri sambil menepuk bahu Jay. "Kau akan baik-baik saja. Sekarang, pergilah. Aku juga mau pulang."

Jay memasang ekspresi sedih yang jelas dibuat-buat, bahkan seakan-akan ingin menangis. "Kau jahat, Nijar... baiklah, aku pergi... dengan hati yang hancur..."

Dia berjalan mundur dengan langkah pelan, menundukkan kepala seperti tokoh drama yang sedang patah hati. Tapi kemudian, begitu sampai di pintu kelas, dia langsung tegak kembali dan tersenyum lebar.

"Baiklah! Sampai besok, Nijar!"

Sebelum Nijar bisa membalas, Jay sudah melesat pergi, berlari dengan penuh semangat seakan kejadian tadi tidak pernah terjadi.

Nijar menggelengkan kepala sambil menghela napas. "Bocah itu benar-benar tidak ada capeknya..."

Setelah keluar dari akademi dalam perjalanan yang tida jauh lagih dari pasar. Di sebuah gang sempit yang agak sepi, Nijar melihat sosok yang tidak asing—Reiner.

Namun, yang menarik perhatian Nijar bukan hanya keberadaan Reiner, melainkan ekspresi aneh yang terpampang di wajah pria berandal itu.

Di hadapannya berdiri gadis yang tadi dirundung oleh Frey. Wajahnya masih terlihat sedikit cemas, tapi penuh rasa terima kasih.

Gadis: "Umm... Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih untuk tadi, Reiner. Kalau bukan karena kau, aku tidak tahu apa yang akan terjadi..."

Reiner, yang biasanya memiliki sikap seenaknya dan percaya diri, tiba-tiba berubah. Wajahnya kaku, tubuhnya tegang seperti patung, dan—yang paling mengejutkan—pipinya mulai memerah!

Reiner (berusaha tetap santai): "Hah? Oh, itu... itu bukan masalah besar. Aku cuma... cuma iseng aja! Bukan karena peduli atau apa..."

Tangannya bergerak tidak tentu arah, seperti sedang mencoba menjelaskan sesuatu tapi tidak tahu harus berbuat apa. Matanya melirik ke sana kemari, jelas-jelas gelisah.

Gadis itu tersenyum lembut. "Tetap saja, aku sangat berterima kasih. Aku harap bisa membalas budi suatu hari nanti."

Tiba-tiba, Reiner tersentak seperti terkena sihir kejutan. "M-Membalas budi?! Ehh?! T-tidak perlu! Maksudku... a-aku tidak butuh imbalan apa-apa! Jangan salah paham!"

Gadis itu sedikit menahan tawa melihat Reiner yang mendadak gugup seperti anak kecil.

Nijar yang mengintip dari kejauhan tidak bisa menahan tawanya dan akhirnya mengeluarkan suara, "Pfft... Ahahaha!"

Mendengar suara tawa itu, Reiner langsung menoleh. Begitu melihat Nijar, ekspresi malunya berubah menjadi panik.

Reiner: "T-Tunggu! Kau dari kapan di situ?! Jangan salah paham, aku tidak sedang melakukan sesuatu yang aneh!"

Nijar melipat tangannya sambil menyeringai. "Heh... Reiner si berandal ternyata punya sisi imut juga, ya?"

Wajah Reiner semakin merah, dan dia langsung menunjuk Nijar dengan panik. "KAU! LUPAKAN APA YANG KAU LIHAT! LUPAKAN! JIKA KAU BERANI CERITA KE ORANG LAIN, AKU AKAN—AKU AKAN... ARGH!!"

Gadis: "Ehh? Apa aku melakukan sesuatu yang salah...?"

Nijar hanya terkekeh sambil menggelengkan kepala. "Tidak, kau baru saja menemukan kelemahan si anak berandal."

Gadis: "Kalau begitu aku permisi."

---

Nijar masih menahan tawanya setelah melihat Reiner yang kaku dan canggung saat berbicara dengan gadis itu. Setelah gadis itu pergi, Reiner berdiri terpaku di tempat, wajahnya merah padam, dan mulutnya bergerak-gerak seolah ingin mengatakan sesuatu tetapi tidak bisa.

Nijar, yang masih tertawa kecil, menepuk bahunya. "Hahaha, santai saja, Reiner. Kau terlihat seperti anak kecil yang baru pertama kali bicara dengan wanita."

Reiner buru-buru mengalihkan wajahnya, berdeham keras. "T-tentu saja tidak! Aku hanya... hanya sedang tidak enak badan!"

"Oh, begitu? Tapi kenapa mukamu makin merah?" Nijar menyeringai jahil.

Reiner mendecak kesal dan berbalik. "Diam kau! Pergi sana!"

Nijar tertawa kecil, tetapi saat ia hendak kembali berjalan, pikirannya tiba-tiba dipenuhi oleh ingatan yang tidak asing. Ia menatap wajah Reiner sekali lagi, dan sesuatu di kepalanya terhubung.

‘Aku pernah melihatnya... Tapi di mana?’

Lalu, bagaikan ledakan ingatan, Nijar teringat—quest yang pernah ia jalankan. "Pencarian Putra Adipati"

Sebuah quest yang mempertemukannya dengan Reiner.

Saat itu, ia harus mencari seorang anak bangsawan yang kabur setelah dojo akademi terbakar. Anak itu adalah Reiner.

Dalam pencariannya, ia menemukan Reiner yang terjebak di dalam gua yang dipenuhi goblin. Nijar harus bertarung mati-matian untuk menyelamatkannya. Tapi awal mula dari semua ini... adalah sebuah fitnah.

Fitnah yang dilakukan oleh kakak Reiner, Daniel Erling.

Daniel iri kepada Reiner karena ayah mereka lebih memperhatikannya di dojo. Bahkan Frey, yang seharusnya lebih dekat dengan Daniel sebagai saudara kandung, justru lebih akrab dengan Reiner.

Dan pada suatu hari, anjing kesayangan Frey menghilang.

Semua orang mencari, tetapi tidak ada yang menemukannya. Sebenarnya, Daniel-lah yang mengambil anjing itu dan diam-diam membawanya ke dalam dojo.

Reiner, yang mendengar suara gonggongan dari dalam dojo, langsung masuk untuk mencari.

Namun, di dalam, ia menemukan anjing itu dikelilingi oleh api yang semakin membesar.

Panik dan tidak bisa berbuat apa-apa, Reiner hanya bisa menyaksikan api melahap dojo. Ia akhirnya berlari keluar.

Di luar, sudah ada Daniel, ayahnya, dan Frey yang berdiri menunggu.

Tatapan ayahnya penuh dengan kekecewaan. Frey, yang melihat dojo terbakar dan anjingnya yang terluka, juga menatap Reiner dengan kesedihan.

Sementara itu, Daniel berdiri di samping mereka dengan senyuman puas.

Reiner tidak bisa berkata apa-apa. Ia tahu bahwa tidak ada yang akan percaya padanya.

Akhirnya, ia berlari.

Berlari sejauh yang ia bisa.

Ia tidak tahu ke mana kakinya membawanya. Yang ia tahu, ia harus pergi dari tempat itu.

Dan sekarang, di dunia ini, Nijar berdiri di hadapan Reiner, yang tidak menyadari bahwa ia adalah orang yang pernah menyelamatkannya di dunia game.

Nijar menatap Reiner dengan penuh pemikiran. "Jadi kau..." gumamnya pelan.

Reiner menoleh dengan alis berkerut. "Apa?"

Nijar menggeleng cepat. "Tidak, bukan apa-apa."

Namun, dalam hati, ia mulai menyusun rencana. Jika alur dunia ini masih sama seperti di game, maka... ada sesuatu yang harus ia lakukan.

1
Rosita Rose
seru nih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!