Terlahir dari keluarga berada dan putri bungsu satu satunya, tidak menjamin hidup Sabira Rajendra bahagia.
Justru gadis cantik yang berusia 18 th itu sangat di benci oleh keluarganya.
Karena sebelum kelahiran Sabira, keluarga Rajendra mempunyai anak angkat perempuan, yang sangat pintar mengambil hati keluarga Rajendra.
Sabira di usir oleh keluarganya karena kesalahan yang tidak pernah dia perbuat.
Penasaran dengan kisah Sabira, yukkkk..... ikuti cerita nya..... 😁😁😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
"Babe... Ini bekal makan siang kamu,, biasanya kamu hari ini nggak akan mau ke kantin karena banyak tugas, jadi aku sengaja bawain kamu bekal." ucap Bagas dengan suara lembutnya.
Sabira terpaku menatap bekal yang di sodorkan oleh Bagas itu, matanya mulai berkaca kaca, baru kali ini ada orang yang perhatian kepadanya selain bi Tuti, Tari dan Rendi.
"Haiii... Baby kenapa bengong hmmm..." Bagas melambaikan tangannya di depan wajah Sabira, bukan dia tidak tau pujaan hatinya itu sedang memikirkan apa, cuma Bagas berpura pura tidak tau, dia sudah bertekad akan meluluhkan hati pujaan hatinya itu, dan dia akan selalu menjaga dan memberi perhatian yang Sabira impikan selama ini.
"Eehhh..." Kaget Sabira.
Tanpa basa basi, Bagas menarik tangan Sabira dengan lembut, dan membawanya menuju kelas Sabira.
Tanpa banyak protes seperti biasanya, Sabira menurut dan terus memandangi tangannya yang di tarik lembut oleh Bagas..
Ada rasa yang tidak bisa Sabira ungkap kan, entah kenapa perlakuan Bagas membuat hatinya menghangat, tapi dia tidak ingin terlalu berharap kepada Bagas, karena takut kembali sakit hati, apa lagi dulu dia mempunyai sahabat masa kecil, yang sudah sangat mengenalnya, namun masih bisa di hasut orang lain, dia tidak ingin kembali merasakan sakit yang sama.
"Sudah sampai, masuk lah. Jangan lupa makan siang ya, di dalam sini ada buah segar dan susu kotak juga." ucap Bagas memberikan totebag ketangan Sabira.
Sebelum Bagas pergi meninggalkan Sabira, dia mengusap sayang puncak kepala Sabira, membuat para siswi yang melihat perlakuan manis Bagas itu, menjerit dalam hati.
"Ohhh.... so sweet sekali ketos kita."
"Aaggkkk.... Mau dong tukar posisi jadi Sabira sebentar saja."
"Pengen punya ayang...."
Banyak lagi suara suara sumbang di kelas itu, membuat Sabira sedikit malu.
"Aseekkk... Enaknya yang punya ayang." goda Tari.
"Ck, nggak usah lebay deh kaya yang lain." sebal Sabira menatap Tari malas.
Tari hanya terkekeh melihat kekesalan sahabatnya itu, Tari sangat tau apa isi hati sahabatnya itu, bukan karena ego Sabira bertahan sama pendiriannya yang jual mahal kepada Bagas, tapi dia sangat tau rasa sakit sahabatnya yang masih takut menerima orang baru di hidupnya, dia tau sahabatnya takut terluka untuk ke sekian kalinya, begitu besar rasa trauma yang di tancapkan oleh keluarga dan sahabat baiknya, sehingga Sabira membuat benteng tinggi di dalam dirinya agar tidak kembali terluka.
Tari sangat berharap Bagas benar benar bisa menjaga dan melindungi Sabira dan mencintai Sabira dengan tulus, dan berharap Bagas bisa memberikan kasih sayang yang tidak pernah Sabira rasakan selama ini.
"Wiihhhh... Tumben nih, Bira bawa bekal, mau dong." tiba tiba Rendi datang dan merebut totebag di atas meja dan akan membukanya.
Namun dengan cepat Sabira merampas totebag itu sebelum berhasil di buka oleh Rendi.
"Ck, pelit amat sih." cebik Rendi.
"Nggak, nggak. Klau mau beli sana." tolak Sabira mendekap totebagnya.
"Minta dikit aja Bir, lapar nih." keluh Bagas memelas.
"Nggak ada, beli aja sana. Aku kasih uangnya beli apa yang kamu mau." ujar Sabira merogoh kantong roknya dan mengeluarkan satu lembar uang pecahan 50 ribu.
Rendi tertawa puas dalam hati, melihat kepanikan Sabira, dia tadi juga melihat Bagas memberikan totebag kepada Sabira, dan juga Bagas melihat perlakuan Bagas yang manis kepada Sabira, cuma dia ingin saja mengerjai sahabatnya itu.
Sementara Tari pun ikut terkikik geli, bisa bisanya Rendi mengerjai Sabira.
"Halah, medit lah kau bestee, aku nggak butuh uang mu." cibir Rendi tanpa mau mengambil uang yang Sabira berikan.
"Yakin nih nggak mau, nanti aku masukin ke dalam.m kantong, nggak akan bisa keluar lagi. " ucap Sabira.
"Karena kamu yang menawarkan, terpaksa aku ambil." sebelum uang itu masuk ke dalam kantong Sabira, dengan gesit Rendi merampas uang dari tangan Sabira.
"Itu buka terpaksa, tapi memaksa." sela Tari terkekeh melihat Rendi.
"Mau gimana lagi, masa ada rezeki kita nolak, kan nggak mungkin." ujar Rendi ikut terkekeh.
Sabira hanya geleng geleng kepala melihat kelakuan sahabatnya itu.
"Wiiihhhh.... Serius mata gue nggak salah kan liat ketos kita ini bawain totebag buat cewek?! " tanya Aldi.
Bagas hanya cuek aja melewati Ke tiga sahabatnya itu, dan duduk di bangkunya dengan wajah seperti biasa cool tanpa senyum, karena tatapan hangat dan senyum manisnya hanya untuk Sabira seorang, tidak untuk yang lain.
"Astaga, di depan kita wajahnya kembali kek kulkas 8 pintu, hanya di depan Sabira seorang dia bisa seperti manusia normal." kesal Aldi.
"Berisik." sahut Bagas acuh.
Fero dan Geri hanya geleng geleng melihat tingkah Bagas itu.
"Haii... Gas, gue bawa bekal buat loe, sengaja pagi pagi gue bangun demi bikinin bekal buat loe." ucap salah seorang siswi dengan suara mendayu dayu memberikan kotak makan kepada Bagas.
Bagas hanya menatap dingin perempuan itu, tanpa berminat untuk mengambil kotak makan yang di sodorkan siswi itu.
"Kok cuma di lihatin sih, ambil dong." rengek manja gadis sok cantik itu.
"Bawa kotak bekal loe, gue nggak butuh." ketus Bagas.
"Jangan gitu dong, gue udah capek capek bangun pagi untuk buatin loe bekal, masa nggak di Terima sih, hargai dong kerja keras gue." rengek gadis itu.
"Gue nggak minta, jadi nggak ada urusan gue untuk menerimanya." ketus Bagas dengan tatapan tajamnya.
"Sekali ini aja Gas." mohon gadis itu dengan wajah memelas.
"Baiklah." ucap Bagas.
"Nah gitu dong." Girang Nina memberikan kotak bekal, Bagas menerimanya.
"Ini sudah jadi milik gue kan? " tanya Bagas.
"Mmm... " Angguk Nina bersemangat.
"Ok, karena ini sudah jadi milik gue, jadi gue berhak melakukan apa pun." sahut Bagas berdiri dari duduknya dan membawa bekal dari Nina.
Melihat Bagas pergi membawa bekalnya, Nina tersenyum bahagia, dia berhasil menaklukan hati laki laki dingin itu, sudah sangat lama dia menyukai Bagas, namun Bagas cuek saja, dan justru kini Bagas malah mendekati Sabira, dia tidak Terima dengan itu semua, dia akan berusaha untuk mengambil perhatian Bagas dengan apa pun caranya.
Namun kebahagian Nina itu tidak berlansung lama, karena Bagas memberikan bekalnya kepada seorang siswa berkaca mata tebal, nampak sekali siswa berkaca mata tebal itu senang mendapatkan bekal dari Bagas.
Namun tidak dengan Nina, dia sangat marah dengan apa yang di lakukan Bagas itu.
"Apa apaan Bagas ini, kenapa bekal yang gue kasih malah di berikan sama si cupu itu." marah Nina.
"Gas! kenapa loe kasiin makanannya sama dia! , seharusnya loe yang makan, bukan malah di kasih ke si cupu itu! " marah Nina.
"Bukannya ini sudah jadi hak gue? " sahut Bagas santai.
"Iya, tapi nggak gitu juga." kesal Nina.
"Karena sudah jadi hak gue, gue juga berhak untuk ngasih ke siapa pun." acuh Bagas tanpa beban, dia meninggalkan Nina yang sedang marah marah itu, dia tidak perduli tentang itu.
"Syalan loe Gas, Brengsek! " maki Nina dan merampas kotak makan yang berada di tangan siswa berkaca mata tebal itu.
"Lah kok di ambil, itu punya ku." ujar siswa itu.
"Mau makan? " tanya Nina kesal.
"Hmm...." Angguk siswa itu dengan penuh harap.
"Beli sana! " sinis Nina membawa pergi bekalnya, tidak sudi dia makanannya di makan oleh si cupu."
Bersambung.....
Haii.... Jangan lupa like komen dan vote ya.... 😘😘😘
Maaf kemaren mamak nggak up, semalam lagi nulis malah ketiduran HP mamak jatuh begitu saja tanpa sadar, mamak pulas sampai pagi, saking lelahnya seharian gudak gidik sana sini😁🙏