Kehadiran sosok wanita cantik yang memasuki sebuah rumah mewah, tiba-tiba berubah menjadi teror yang sangat mengerikan bagi penghuninya dan beberapa pria yang tiba-tiba saja mati mengenaskan.
Sosok wanita cantik itu datang dengan membawa dendam kesumat pada pria tampan yang menghuni rumah mewah tersebut.
Siapakah sosok tersebut, ikuti kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Syukur
Kabar kematian Darto sungguh menggemparkan. Bahkan beritanya menyebarnya dengan cepat, anehnya banyak yang bersyukur atas kematian pria tersebut, kecuali wanita yang menjadi teman kencannya malam itu, sebab belum dibayar jasanya, karena Darto terburu-buru pergi dan berjanji akan kembali lagi.
"Bu, Darto meninggal, dan kondisi jasadnya sangat tragis," Jojo memberitahu sang ibu, sembari menggepengkan botol bekas minuman berbahan aluminium.
Yuli yang baru saja selesai mencuci pakaian dan berniat menjemurnya terdiam mendengar berita yang disampaikan oleh puteranya.
Entah mengapa ia tiba-tiba merasa sangat senang atas kematian pria itu, sebab Darto adalah seseorang yang sudah berusaha keras menyingkirkan suaminya dari jabatan sebagai pengawas.
Dahulu mereka tinggal dirumah barak yang disediakan oleh perkebunan, namun karena Wirawan-suaminya sudah diberhentikan secara sepihak, membuat mereka harus meninggali sebuah rumah kecil peninggalan orangtua dari sang suami.
Rasa sakit hati masih begitu melekat saat Darto memfitnah suaminya yang mana harus bertanggung jawab atas hilangnya buah kelapa sawit sebanyak tiga ton berturut-turut dalam sebulan.
Fitnahan itu sengaja dilancarkan Darto untuk mengincar jabatan tersebut, akan tetapi tak berlangsung lama, sebab pria itu akhirnya juga tewas, mengenaskan-bukan?
"Kamu tau darimana berita itu?" tanya Yuli dengan rasa penasaran yang cukup kuat. Ia menatap puteranya yang tampak begitu sabar dalam menjalani takdir hidupnya, bahkan menjadi tulang punggung keluarga setelah kematian ayahnya.
"Kabarnya sudah menyebar luas, Bum bahkan sampai masuk berita di TV, tapi ya maklum, kita juga gak punya TV," Jojo terkekeh dengan ucapannya sendiri, lalu tangannya cekatan memasukkan barang-barang bekas tersebut kedalam karung.
"Semua perbuatan baik dan buruk itu ada imbalannya, sekecil apapun, maka berhati-hatilah dalam berbuat sesuatu," terlihat tatapan wanita itu sangat dalam. Ada sebersit luka disana, entah apa.
Akan tetapi, setelah Jojo membelikannya obat yang berasal dari uang pemberian wanita misterius tersebut membuat ia sembuh total dan kembali menjalani hidupnya.
"Ibu akan bekerja dirumah itu untuk cuci dan setrika." Yuli memberitahu sang anak akan niatnya.
"Tidak perlu, Bu. Ibu dirumah saja, biar Jojo yang cari uang untuk kebutuhan kita," bocah itu menyela. Ia sudah selesai dengan barang-barang rongsok-kannya dan akan ia bawa pengepul yang berjarak cukup jauh dari rumahnya, dan setelah itu, ia akan membantu seorang pedagang bakso hingga pukul dua belas malam.
"Tak mengapa, kamu tenang saja. Selagi ibu sehat badan, ibu akan membantumu," Yuli tak ingin merepotkan sang anak terus-terusan.
Sudah cukup bagi puteranya begitu menderita, dan ia tidak ingin menambah beban itu dipundak puteranya sendirian.
Jojo melihat semangat itu hadir lagi dihidup sang ibunda, maka ia tak ingin meredupkannya. "Jika ibu yang mau, ya terserah, tapi jika merasa lelah jangan dipaksa, Jojo masih bisa untuk memberi makan ibu dan adik," bocah itu mengikat karung besar berisi barang bekas dijok motor tersebut.
Tidak ada lagi yang tersisa dari barang-barang berharga yang mereka miliki saat dulu, sebab habis terjual untuk biaya perobatan sang ibu saat sakit, dan tersisa hanya sepeda motor butut tersebut.
Akan tetapi, dibalik semua itu, Yuli ingin mencari informasi dimana sebenarnya keberadaan sang suami yang menghilang begitu saja.
Ia rela untuk menjadi asisten rumah tangga ditempat Mahardika, demi menemukan suaminya, dalam keadaan apapun, namun jelas dimana.
"Bu, Jojo ke pengepul dulu. Doakan hasilnya banyak, ya," bocah itu berpamitan, dan membuyarkan lamunan sang ibu.
"Oh, iya. Hati-hati ya. Kita harus waspada dari peristiwa kematian Darto, sebab tidak tahu siapa pelakunya, mungkin saja masih berkeliaran diluar sana," pesan Yuli pada puteranya.
Jojo menganggukkan kepalanya dan menghidupkan mesin dengan suara berisik tersebut, lalu pergi menjemput impiannya.
Yuli mempercepat pekerjaannya, dan ia akan menuju rumah Mahardika, lebih tepatnya rumah Dayanti yang sampai kini belum kembali dari liburannya.
****
Mahardika sudah menghabiskan makan siangnya. Kembali ia merasa begah karena kekenyangan dan mengusap perutnya yang terlihat sedikit membuncit, dan membuatnya bersendawa.
"Enak sekali masakanmu, Sayang. Tidak sia-sia aku memberi ijin padamu tinggal disini," pria itu terlihat sangat senang. Ia tak mengalihkan pandangannya pada wanita cantik berwajah pucat tersebut.
"Kamu sangat menyukainya-bukan?" Dayanti membereskan piring kotor, lalu meletakkannya diwastafel dan membersihkannya.
"Tentu, masakanmu sangat enak," pria itu terus memuji sang wanita. "Apalagi apemmu, sangat enak sekali, aku inginkan malam itu kita ulangi lagi," sindir Mahardika yang ingin melihat reaksi Dayanti saat ia menyinggung percintaan mereka malam tadi.
Seketika Dayanti tersenyum menyeringai, menampilkan dua taring disudut bibirnya dengan dua bola mata menghitam seluruhnya.
"Malam nanti kau akan mendapatkannya, sepertinya Sutini membutuhkanmu saat ini, cobalah periksa ia diatas sana," wanita itu mencoba mengingatkan tanpa menoleh kearah sang pria yang sedari tadi memperhatikannya dengan wajah tak tahan menanggung gelora hasratnya.
Akan tetapi, ia teringat tentang Sutini yang malam tadi terkena getokkan vas bunga cukup kuat. Mungkin benar, ia harus memeriksa wanita tersebut, sebab jika sampai tewas, ia sendiri yang repot.
"Oh, iya. Aku sampai melupakan tentangnya." Mahardika beranjak bangkit dari duduknya, lalu menuju kamar yang terletak dilantai dua.
"Itu memang sifatmu, mencampakkan sesuatu demi sesuatu," jawab Dayanti dengan nada datar.
Mahardika menghentikan langkahnya saat mendengar suara Dayanti yang berubah menjadi sangat aneh, mirip dengan seseorang, tetapi itu tidak mungkin.
Pria itu menoleh kearah sang wanita yang terlihat masih sibuk dengan cucian piringnya.
"Tidak untukmu, kamu istimewa," Mahardika meyakinkan wanita tersebut, namun persaannya tak nyaman saat mendengar ucapan Dayanti barusan.
Ia beranjak menuju kamar tempat dimana Sutini masih berbaring saat ia tinggalkan tadi.
Pria itu membuka kamar dengan perlahan. Ia melihat wanita tersebut mengalami luka cukup parah dibagian kepalanya, mungkin saja tengkoraknya mengalami keretakan, sebab ia memukulnya cukup keras.
Sepertinya Sutini mengalami kelumpuhan. Ia merasa jika ini sesuatu tang sangat baik, sebab akan melancarkan perselingkuhannya dengan Dayanti, wanita cantik yang membuatnya tergila-gila.
Pria itu berjalan menghampiri sang wanita yang saat ini meliriknya dengan tatapan ketakutan. Sepertinya ia baru saja melihat sesuatu yang sangat mengerikan, namun lidahnya seolah keluh, sehingga sulit mengungkapkannya.
"Hallo, Sayang apa kabarmu," sapa Mahardika dengan senyum palsu yang menghiasi bibirnya.
"Em, em, em," ucap Sutini ingin mengungkapkan sesuatu pada pria itu. Namun ia sendiri masih bingung mengapa dirinya dapat mengalami stroke dengan tiba-tiba, sebab sebelumnya ia tertidur dan tidak menyadari apa yang terjadi malam tadi.
"Kamu tidak bisa ngomong ya, Sayang?" tanya pria itu dengan kedua alisnya yang mengkerut dan penasaran.