Perasaan Bisma yang begitu besar kepada Karenina seketika berubah menjadi benci saat Karenina tiba-tiba meninggalkannya tanpa alasan yang jelas.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Akankan Bisma dan Karenina bisa bersatu kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28 Tangis Bahagia
Tidak terasa sudah 1 bulan pun berlalu, usaha roti Nina dan Bisma mulai terlihat hasilnya. Mereka berdua selama ini bekerja keras supaya usaha mereka maju dan sekarang sedikit demi sedikit mulai membuahkan hasil. Orang-orang banyak yang beli bahkan Nina semakin kewalahan menerima pesanan dari tempat kerja Nino dan juga Gisel.
"Nin, apa kamu capek?" tanya Bisma di sela-sela kegiatan mereka mempacking roti.
Nina menggelengkan kepalanya. "Tidak sama sekali," sahut Nina dengan senyumannya.
"Jangan sampai kamu kelelahan, ingat kamu sedang dalam pengobatan," ucap Bisma.
Nina menghentikan gerakan tangannya dan menatap Bisma sembari tersenyum. "Aku tidak lelah kok, justru aku sangat bahagia karena kerja keras kita selama ini membuahkan hasil," sahut Nina.
Nina memang selalu tersenyum dan tidak pernah memperlihatkan raut wajah kelelahan tapi itu justru membuat hati Bisma semakin sakit. Nina memang terlihat sehat, padahal saat ini dia sedang sakit yang lumayan parah. Air mata Bisma tidak terasa jatuh namun dia dengan cepat menghapusnya.
"Ya, Allah berilah Nina umur panjang, aku ingin membahagiakan dia," batin Bisma.
"Bisma, sepertinya besok aku gak ikut jualan dulu soalnya mau cek up dulu ke rumah sakit," ucap Nina.
"Ya sudah, besok kita libur dulu karena aku juga ingin mengantar kamu ke rumah sakit," sahut Bisma.
"Kamu ini, baru saja banyak yang beli masa mau libur," ucap Nina.
"Tidak apa-apa, pokoknya jika sudah jadwal cek up maka kita akan libur," sahut Bisma.
Nina hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar jawaban Bisma. Sementara itu di kantor yang sekarang milik Nadira, dia baru saja masuk ke dalam kantor. Sekilas dia mendengar perbincangan karyawannya.
"Nanti siang kita pesan roti lagi ke Nina ya, aku sampai ketagihan tahu rasanya enak banget."
"Heem, adik aku juga tadi malam nangis pengen roti Nina lagi jadi aku mau pesan banyak sama dia."
"Roti, Nina?" batin Nadira bingung.
"Sepertinya Nina dan Pak Bisma memang jadian ya, soalnya sekarang juga mereka membuka usaha berdua dan lumayan sukses."
Nadira membelalakkan matanya. "Jadi mereka berdua sekarang membuka usaha roti?" gumam Nadira.
Nadira dengan cepat masuk ke dalam ruangannya. Dia menghubungi seseorang untuk mencari di mana alamat rumah Nina dan Bisma. Setelah memerintahkan seseorang, Nadira pun memutuskan sambungan teleponnya dan mengepalkan tangannya.
"Aku tidak akan membiarkan kalian hidup bahagia, lihat saja apa yang akan aku lakukan kepada kalian," geram Nadira.
Sore pun tiba....
Nina dan Bisma masih melayani pembeli yang lumayan banyak. Sebuah mobil berhenti tidak jauh dari rumah Nina. "Jadi ini rumah wanita perusak itu. Kamu benar-benar bodoh, Bisma. Rela hidup susah demi wanita seperti itu," geram Nadira.
Cukup lama Nadira memperhatikan keduanya, hingga tiba-tiba senyuman Nadira mengembang entah apa yang akan Nadira lakukan kepada Nina dan juga Bisma. "Selama aku masih hidup, aku tidak akan membiarkan kalian bahagia. Kalian sudah membuatku hancur dan kalian harus menerima pembalasan dariku," gumam Nadira.
Nadira pun memutuskan untuk pergi dari sana. Bisma melihat Nina yang wajahnya penuh dengan keringat, langsung mengambil tisu dan segera menyeka keringat Nina membuat Nina kaget. "Gak apa-apa, biar aku saja," ucap Nina.
"Aku ambilkan minum ya, minuman kamu sudah habis," ucap Bisma.
Bisma langsung berlari masuk ke dalam rumah Nina, bahkan Nina tidak sempat untuk menolak. Nina merasa tidak enak kepada Bisma karena Bisma selalu memperlakukannya seperti kepada orang sakit padahal Nina sama sekali tidak sakit dan tidak perlu dilayani seperti itu. Tidak lama kemudian, Bisma pun kembali keluar menghampiri Nina.
"Ini minumnya," ucap Bisma.
"Bisma, please. Aku bisa ambil sendiri, kamu jangan seperti ini," mohon Nina.
"Tidak apa-apa, pokoknya kalau kamu butuh apa pun kamu tinggal bilang saja biar aku ambilkan untukmu," sahut Bisma.
"Tapi----"
Bisma dengan cepat menutup mulut Nina dengan jari telunjuknya. "Sssstttt...jangan banyak membantah, pokoknya aku akan membuatmu bahagia dan menjadikanmu wanita paling bahagia di dunia ini meskipun untuk saat ini aku tidak bisa membahagiakanmu dengan materi tapi setidaknya aku punya cinta dan kasih sayang yang semuanya sudah aku habiskan hanya untukmu," ucap Bisma dengan senyumannya.
Mata Nina seketika berkaca-kaca, tidak membutuhkan waktu lama air mata itu pun mengalir dengan derasnya di pipi Nina. "Loh kok kamu malah nangis?" ucap Bisma sembari menghapus air mata Nina.
"Ini adalah tangisan bahagia, Bisma. Maafkan aku karena selama ini sudah membuatmu sedih," sahut Nina.
Bisma tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia pun dengan cepat menarik tubuh Nina ke dalam pelukannya. "Sudah jangan ungkit-ungkit lagi masa lalu, sekarang kita lihat saja ke depan dan kita tata kehidupan kita ke depannya semoga kita selalu bahagia dan dijauhkan dari orang-orang jahat," ucap Bisma.
"Amiinn," sahut Nina.
Tanpa mereka sadari, dari tadi Rendra melihat semuanya. Pulang kerja Rendra memang berniat mampir ke rumah Nina untuk sekedar bertemu dengan Nina. Walaupun sekarang ada Bisma, tapi setidaknya Rendra masih bisa bertemu dengan Nina dan itu sudah cukup untuknya.
"Aku ikut bahagia, jika kamu bahagia maka aku pun akan bahagia. Tapi tolong jangan larang aku untuk tetap mencintaimu, biarlah rasa cinta ini aku pendam sampai aku bisa melupakanmu," batin Rendra.
Rendra pun mengurungkan niatnya untuk menemui Nina. Dia segera meninggalkan rumah Nina, dengan hati yang lagi-lagi terasa sangat sakit. Entah apa yang ada dalam otak Rendra, padahal banyak wanita yang suka kepadanya tapi dia tetap saja masih mengharapkan Nina.
***
Keesokan harinya...
Pagi ini Nina sudah membuat janji dengan Dr. Ami untuk melakukan cek up. Nina ditemani oleh Bisma karena kemarin Bisma sudah berjanji akan menemani Nina ke rumah sakit. Bisma menunggu di ruang tunggu dan tidak dibiarkan masuk oleh Nina walaupun Bisma sudah merengek ingin ikut masuk tapi Nina tetap melarangnya hingga akhirnya Bisma pun pasrah dan menunggu di luar.
"Bagaimana kondisi kamu sekarang?" tanya Dr.Ami.
"Mimisannya semakin sering, Dok. Bahkan aku merasa semakin hari tubuhku semakin tidak kuat seperti dulu. Sekarang gampang sekali lelah tapi aku minta sama dokter jangan bilang-bilang sama siapa-siapa ya?" ucap Nina memohon.
"Loh, kok gitu? Mama dan kakak kamu harus tahu," sahut Dr.Ami.
Nina menggenggam tangan Dr.Ami dengan mata yang berkaca-kaca. "Dok, aku mohon jangan ada yang tahu mengenai kondisi aku saat ini, aku tidak tidak mau mereka sedih dan yang paling penting, aku tidak mau dikasihani oleh siapa pun," sahut Nina.
"Tapi-----"
"Please, aku mohon." Nina menangkupkan kedua tangannya di depan dada dengan tatapan memohon.
Dr.Ami terdiam, dia bingung. Cukup lama Dr.Ami terdiam, hingga akhirnya dia pun terpaksa menganggukkan kepalamya. "Baiklah, tapi kamu harus janji kepada saya jika kamu akan rutin datang untuk melakukan terapi medis dan cek kesehatan," ucap Dr.Ami.
"Baik dokter, terima kasih."
Nina tersenyum bahagia, berbeda dengan Dr.Ami yang merasa kasihan kepada Nina.