NovelToon NovelToon
PEWARIS

PEWARIS

Status: sedang berlangsung
Genre:Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa
Popularitas:657
Nilai: 5
Nama Author: Just story

Menceritakan tentang dimana nilai dan martabat wanita tak jauh lebih berharga dari segenggam uang, dimana seorang gadis lugu yang baru berusia 17 tahun menikahi pria kaya berusia 28 tahun. Jika kau berfikir ini tentang cinta maka lebih baik buang fikiran itu jauh - jauh karena ini kisah yang mengambil banyak sisi realita dalam kehidupan perempuan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Just story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 20

Gae Yeong berlari menyusuri koridor dengan napas tersengal, langkah-langkahnya bergema di sepanjang lorong yang sunyi. Wang He menyusul di belakangnya, ekspresi tegang terukir jelas di wajahnya. Suara jeritan Yeon Ji yang memohon ampun dari balik pintu kamar Mingyu menggema, mencabik-cabik ketenangan malam dan menusuk telinga mereka dengan ketakutan yang nyata.

Tanpa ragu, Gae Yeong menghantam pintu dengan kedua tangannya, telapak yang dingin dan gemetar itu memukul kayu keras berulang kali.

Gae yeong: mingyu buka !!!!!! Mama ingin bicara !!!!!!

Yeon ji: tuan ampun, tuan... Aaaaaaaa!!!!!

Namun, tak ada jawaban. Hanya isakan tertahan dan jeritan lirih Yeon Ji yang terus terdengar, seperti irama menyayat yang memaksa mereka untuk bergerak lebih cepat.

Lima belas menit hampir berlalu, namun pintu itu tetap tak bergeming. Wang He, yang sejak tadi berdiri dengan rahang mengatup rapat, menoleh ke arah Gae Yeong.

Gae yeong: kim mingyu !!!!!!! Buka sekarang juga jangan sampai aku memerintahkan wang he untuk membuka paksa pintu ini !!!!!!

Wang he : Nyonya kenapa saya tidak mendengar suara teriakan nona lagi ?

Kata-kata itu bagaikan tamparan bagi Gae Yeong. Matanya membelalak, dadanya sesak, dan tiba-tiba saja ketakutan merayap liar di benaknya. Keheningan dari balik pintu terasa lebih menusuk dibanding teriakan yang memenuhi lorong beberapa menit lalu.

Gae yeong : Wang he dobrak pintu ini sekarang juga

Wang he : Baik nyonya

Wang He baru saja bersiap untuk mendobrak ketika pintu kamar itu tiba-tiba terbuka dengan sendirinya. Suara derit engsel tua menggema di udara, membuat Wang He spontan menghentikan langkahnya.

Tatapan Gae Yeong juga wang he langsung menajam, mata keduanya langsung menyapu ruangan di balik pintu yang perlahan terbuka.

Wang he : tuan muda...

Tanpa berkata apa pun, Mingyu meninggalkan mereka begitu saja. Sementara itu, Gae Yeong segera melangkah masuk ke dalam kamar bersama Wang He.

Namun, langkah Gae Yeong terhenti seketika saat pandangannya jatuh pada sosok Yeon Ji yang tergeletak tak sadarkan diri di lantai. Tubuhnya tampak lemah, dan pakaiannya sudah tidak lagi menutupi tubuhnya.

Gae Yeong membeku, Wang He yang ikut melihat situasi itu langsung memalingkan wajah. Dengan canggung dan penuh rasa hormat, ia berbalik, membelakangi pemandangan yang tak seharusnya ia saksikan.

Wang he : nyonya saya akan panggil pelayan perempuan untuk membantu anda

Melihat begitu banyak lebam yang membiru di sekujur tubuh Yeon Ji, ditambah dengan luka-luka sayatan yang tampak jelas di beberapa bagian kulitnya, Gae Yeong merasa dadanya sesak. Matanya mulai memanas, namun ia menggigit bibir bawahnya, menahan air mata yang hampir jatuh.

Dengan tangan yang sedikit gemetar, Gae Yeong berusaha mengendalikan dirinya. Ia segera memberi isyarat kepada para pelayan wanita yang baru saja datang setelah dipanggil oleh Wang He. Bersama mereka, Gae Yeong mengangkat tubuh Yeon Ji dengan hati-hati dan membaringkannya di atas ranjang.

Setelah memastikan Yeon Ji berbaring dengan nyaman, Gae Yeong segera mengganti pakaian gadis itu. Gerakannya cekatan meskipun jari-jarinya masih bergetar. Ia menutupi tubuh Yeon Ji dengan pakaian yang lebih layak, lalu merapikan rambut gadis itu yang kusut dan basah oleh keringat.

Tanpa membuang waktu, Gae Yeong menoleh ke arah Wang He yang masih menunggu di ambang pintu.

Gae yeong : Siapkan mobil sekarang juga. Kita harus membawa Yeon Ji ke rumah sakit

Wang he : Nyonya maafkan atas kelancangan saya, tapi nyonya tidak bisa melakukan ini

Gae yeong : Apa maksud mu? Apa kau mencoba membantah perintah ku!!!

Wang he : Maafkan saya tapi jika anda membawa nona dalam keadaan seperti ini pihak rumah sakit pasti langsung mengetahui bahwa nona mengalami kekerasan dan tentunya ini bisa membahayakan tuan muda

Gae yeong : Jadi maksud mu aku harus diam saja melihat kejahatan ini!!! Apa kau tidak melihat keadaan yeon ji!!!! Dia bisa saja mati jika kita terlambat sebentar saja!!!!

Gae yeong : mingyu memang darah daging ku, tapi aku tidak akan diam jika dia melakukan kesalahan, Jika dia berani berbuat maka dia harus mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan nya!

Wang he : Maafkan saya nyonya tapi saya tidak akan pernah membiarkan anda melakukan nya, karena itu akan menentang perintah tuan besar

Gae yeong : Jadi kau akan mengabaikan perintah ku ?

Namun Wang He tetap diam. Pria itu menunduk tanpa berani menatap wajah Gae Yeong, seolah telah menyiapkan dirinya untuk menerima kemarahan dari sang nyonya.

Gae Yeong memandangnya dengan sorot penuh kekecewaan. Dadanya naik turun menahan amarah yang hampir meledak. Tanpa berkata lagi, ia berbalik dan melangkah pergi dengan cepat, meninggalkan Wang He yang masih berdiri kaku di tempatnya.

Tasting Room

Mingyu : dasar anjing bodoh, harusnya kau turuti saja apa perintah majikan mu

Mingyu menyapu ujung bibirnya yang berdarah dengan ibu jarinya, Matanya yang gelap memantulkan cahaya temaram dari lampu gantung di atasnya, menciptakan bayangan samar di wajahnya yang dingin.

Dengan tenang, ia meraih botol wine di meja marmer di depannya. Tangan kanannya yang kokoh menggenggam leher botol, lalu menuangkan cairan merah tua itu ke dalam gelas kristal yang sudah menanti di tangan kiri.

Mingyu : karena hanya dengan itu, mungkin kau akan ku biarkan tetap hidup

Mingyu mengangkat gelasnya, mengamati warna anggur yang nyaris serupa dengan darah yang tadi membasahi bibirnya. Senyum samar muncul di wajahnya.

Baru saja ia hendak menyesap anggur itu, suara derap langkah cepat bergema di sepanjang lorong. Sebelum sempat menoleh, pintu ruangan terbuka dengan keras.

Gae Yeong muncul dengan ekspresi murka. Tanpa sepatah kata pun, ia menghampiri Mingyu dan meraih gelas di tangannya, lalu melemparkannya ke lantai.

BRAK!

Gelas kristal itu pecah berkeping-keping, menyisakan genangan anggur merah yang merembes di sela-sela pecahannya.

Mingyu yang masih duduk di sofanya menatap Gae Yeong tanpa reaksi, seolah tidak terpengaruh oleh amarah yang jelas terpancar dari mata wanita itu. Tapi sebelum ia sempat berkata apa pun, sebuah tamparan keras mendarat di pipinya.

PLAK!

Kepala Mingyu sedikit terpelanting ke samping, namun ia tidak bergerak untuk membalas atau menghindar. Sebaliknya, sudut bibirnya justru kembali melengkung, kali ini lebih tajam dan menantang.

Gae yeong : apa kau sadar apa yang baru saja kau lakukan?!!! Gadis itu bisa saja mati karena ulah mu!!!

Gae yeong : Bagaimana kau bisa melakukan hal yang tidak berperikemanusiaan pada seseorang yang bahkan mungkin tidak memahami apa pun? Apakah nyawa seseorang tidak ada harganya bagi mu?

Mingyu : Jadi kau datang malam - malam dan menampar putra mu hanya demi seekor anjing ?

Gae yeong : Kesalahan apa yang ku lakukan hingga harus melahirkan diri mu dari rahim ku

Gae yeong: harus nya sejak awal aku menggugurkan mu, dari pada harus melihat mu tumbuh menjadi seperti ini

Mingyu : itulah yang ingin ku tanyakan pada mu mama, kenapa kau biarkan aku lahir ke dunia ini jika tak ingin memberi ku hak atas hidup ini

Gae yeong : kim mingyu !!!!!!!!

Mingyu : Akan lebih baik jika aku tidak pernah dilahirkan dari pada aku harus memiliki kehidupan seperti ini

Gae yeong : Jika kau begitu membenci ku maka benci lah aku, tapi apa kesalahan gadis itu!!! Kenapa kau menyiksa nya dan memperlakukan nya dengan begitu buruk!!! Apa kau lupa bahwa gadis yang kau hancurkan itu adalah istri mu?!

Mingyu : Lalu dimana masalah nya? Jika dia mati kita hanya perlu mengubur nya dan aku akan menikah lagi

Mingyu menyeringai dingin, seolah kata-kata yang baru saja meluncur dari bibirnya bukanlah sesuatu yang mengerikan. Pandangannya tajam dan penuh kesombongan, seperti seseorang yang tak kenal takut akan konsekuensi.

Gae Yeong merasakan darahnya mendidih. Tanpa berpikir panjang, ia mengangkat tangannya kembali, siap melayangkan tamparan untuk kedua kalinya. Namun kali ini, Mingyu lebih sigap. Tangannya terangkat, mencengkeram pergelangan tangan Gae Yeong sebelum tamparan itu sempat mendarat.

Gae yeong : lepaskan aku!!!!

Suara Gae Yeong melengking, pecah oleh amarah dan rasa frustrasi yang memuncak. la meronta, mencoba melepaskan diri dari cengkeraman itu, tapi Mingyu tidak bergeming.

Mingyu : mama, kau bisa menampar ku sepuasmu karena aku adalah putra mu. Tapi jangan pernah lupa untuk setiap tamparan ini yeon ji lah yang akan menerima akibat nya karena dia milikku

Mata Gae Yeong membelalak, tetapi sebelum ia sempat membuka mulut, Mingyu sudah melepaskan genggamannya. Tangannya jatuh lemas di sisi tubuhnya, seolah kekuatannya direnggut oleh kata-kata putranya sendiri.

Mingyu berbalik, langkahnya tenang namun penuh keyakinan saat ia berjalan meninggalkan ruangan. Namun, tepat sebelum mencapai pintu, ia berhenti. Tubuhnya menegang sesaat sebelum ia perlahan menoleh ke belakang. Pandangannya kembali bertemu dengan mata Gae Yeong yang masih dipenuhi ketakutan.

Mingyu : Dan ya mama terima kasih untuk kejujuran mu hari ini, akhirnya setelah bertahun - tahun, akhirnya aku mendengar sesuatu yang jujur dari mu

Kata-kata itu jatuh seperti pisau tajam yang membelah udara, menyisakan luka yang tak terlihat namun terasa nyata. Mingyu tak menunggu jawaban. Ia melangkah pergi, membiarkan keheningan yang berat menggantung di ruangan itu.

Gae Yeong berdiri terpaku. Bibirnya bergetar, tetapi tak satu pun kata mampu keluar. Kakinya terasa lemas, dan perlahan tubuhnya jatuh ke lantai. Air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya pecah, membasahi wajahnya yang pucat. Tangannya terulur seakan hendak meraih bayangan Mingyu yang semakin menjauh, namun hanya kekosongan yang tersisa.

Gae yeong : " apa yang harus mama lakukan untuk membawa mu kembali "

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!