Tampan, Kaya, dingin, dan Cuek
Itulah yang bisa menggambarkan sosok Aston Max Matthew yang hampir sempurna. Siapa yang tidak mengenal sosok Aston yang begitu banyak di sukai kaum hawa siapapun yang melihatnya pasti akan langsung jatuh cinta kepadanya. Tapi yang mengenal Aston dia adalah pria yang pemarah, suka mengatur, cuek dan tidak suka jika ucapannya di tentang.
Cantik, Polos, dan Pendiam
Seperti itulah sosok wanita bernama Ayana Yovanka, Wanita yang sudah mandiri sejak kepergian ayahnya yang sudah lama meninggal. Di mana Ayana harus bekerja keras untuk pengobatan sang bunda yang sudah lama sakit. Namun takdir berkata lain ketika saat Ayana di pertemukan dengan pria yang bernama Aston yang mengubah semua takdirnya.
Tapi di suatu kejadian membuat mereka menjadi dekat, akankah kisah mereka seperti kisah novel yang berakhir happy ending atau malah menjadi sad ending?
Ikutin cerita Marriage With CEO.
Update sesuka hati❤️
Start 14 Desember 2024
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dwinabila04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Marriage With CEO | 12. Time for the ladies
Langit sore sudah mulai berganti dengan langit malam, di mana Anindira baru sampai di rumah Ayana. Ayana memperkenalkan Fany kepada sang sahabat.
Ayana masih menunggu Grizella di mana ia belum kunjung datang. Ayana menunggu Grizella di depan pintu rumahnya sedangkan Fany dan Anindira sedang membuat beberapa makanan di mana mereka berencana makan malam bersama.
Setelah menunggu dua menit sebuah mobil masuk ke pekarangan rumah Aston. Hati Ayana sedikit lega ketika melihat Grizella lah yang datang.
"Kenapa lama sekali kelasnya?" tanya Ayana yang membantu membawakan buku yang cukup banyak di bawa oleh Grizella.
"Dosenku telat masuk kelas jadi kelas agak sedikit lambat keluarnya." Jawab Grizella.
Grizella masuk kuliah jurusan bisnis di mana tujuan itu karena Grizella juga harus membantu sang kakak untuk mengurus perusahaan sang ayah.
Anindira juga Fany sudah menyiapkan bahan makan malam mereka di mana mereka berencana akan barbeque di belakang rumah Ayana yang cukup besar.
"Ayana betapa beruntungnya kamu menikah dengan Aston," ucap Anindira.
"Kakak ku yang beruntung bertemu dengan Ayana," sahut Grizella.
Seketika mereka bertiga menatap kearah Grizella karena ucapannya barusan.
"Kenapa begitu?" tanya Ayana penasaran.
"Karena Kakak ku sulit jauh cinta, kakakku sudah menjomblo hampir lima tahun setelah putus dari kekasihnya sialan itu," jawab Grizella.
"Aku hanya mendengar gosip jika mantan kekasih tuan Aston di rebut oleh rekan bisnisnya," tambah Fany.
"Bukan hanya di rebut, namun wanita itu begitu licik dan kami sekeluarga tidak menyukainya namun karena kakak ku terlalu mencintainya jadi semua yang di ucapkan oleh kedua orangtuaku tidak mempan,"
"Maksudnya?" Tanya Ayana.
"Apa Kakak Nana belum di ceritakan oleh Kakak Aston?" tanya Grizella lagi.
Ayana menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak tau pasti ceritanya bagaimana karena semua detil hanya kakak Aston yang mengetahuinya, aku hanya mengetahui jika kakak Aston memang di khianati oleh rekan bisnisnya. Meraka berpacaran saat kakak Aston menempuh kuliahnya di luar negeri,"
"Lalu kenapa kamu sebut mantan kekasih Aston licik?"
"Ternyata dia berpacaran dengan kak Aston hanya untuk dijadikan atm berjalan, karena memang semua kuliah kakak Aston yang membiayainya. Saat itu Kak Aston sudah mulai memegang bisnis ayah yang ada di luar negeri. Saat kakak Aston berusia tepat 25 tahun kekasihnya berkhianat. Kakak Aston memergoki mereka sedang tidur bersama di hotel."
Mendengar ucapan Grizella barusan di mana mantan kekasih Aston sudah tidur dengan pria lain membuat Ayana terkejut.
"Sampai saat itu kakak Aston memutuskan hubungan kerjasama antara mereka dan memutuskan hubungan dengan kekasihnya itu. Jika kakak ingin lebih detailnya kak Nana bisa bertanya dengan kak Aston sendiri," ucap Grizella.
"Aku tidak akan bertanya kepada Aston, namun biarkan ia bercerita dengan sendirinya, karena itu mungkin sangat menyakitkan bagi Aston."
Mereka bertiga menyetujui ucapan Ayana. Makan malam mereka berlanjut setelah bercerita sedikit tentang Aston.
Ayana berinisiatif untuk mengirim ke pesan kepada Aston. Namun beberapa menit Aston membalas pesannya.
Terlihat sederhana namun di balas saja Ayana sudah bahagia. Setelah menanyakan Aston sudah makan apa belum, Ayana tidak ingin menganggu Aston lagi karena Ayana tau Aston mungkin sekarang begitu sibuk.
Namun mata Ayana melihat foto profil Aston di mana foto itu adalah ketika mereka melakukan prewedding. Tidak menyangka Aston begitu berbuat sejauh ini. Padahal pernikahan mereka hanya berjangka waktu selama dua tahun.
Mungkin Aston mengusahakan menjadi suami yang baik untuk Ayana walaupun hanya kontrak saja.
Setelah selesai makan malam mereka melanjutkan menonton film yang sudah mereka rencanakan sebelumnya. Nampak begitu serius saat menonton hingga Ayana tidak sadar jika Fany juga Anindira sudah tertidur pulas. Namun tidak dengan Grizella yang masih menatap layar bioskop dengan mata terbuka sempurna.
"Apakah kamu tidak mengantuk, La?" tanya Ayana.
"Tidak, kak, mau tidur juga tanggung karena sebentar lagi filmnya selesai," jawab Grizella.
"Oh, iya kak, hari ini aku menginap ya di sini," tambah.
"Akan kak siapkan kamar untukmu," ucap Ayana.
"Tidak usah kak aku tidur di sini saja dengan yang lain, kak cukup sediakan selimut aja buat kami,"
"Baiklah jika itu mau kamu, aku akan gabung dengan kalian juga," ucap Ayana.
Namun sebelum tidur Ayana pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Setelah berganti baju Ayana kembali turun ke bawah dengan menenteng empat selimut.
Saat Ayana kembali ternyata Grizella sudah tertidur pulas dengan memeluk guling. Ayana menyelimuti satu-satu tubuh mereka agar tidur kedinginan. Ayana juga sedikit mengecilkan pendingin ruangan.
Semua sudah selesai Ayana tidur di samping Grizella.
...•••...
Sudah dari jam enam pagi tadi Ayana berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan untuk mereka. Karena ketika Ayana terbangun mereka masih tertidur pulas dengan berbagai macam tingkah saat mereka tertidur.
Ayana tidak begitu ribet masak kali ini hanya menu sederhana yang akan ia sajikan. Tepat pukul setengah delapan Ayana sudah menyelesaikan masak dan sekarang ia harus membersihkan diri sebelum membangunkan mereka.
Sebelum masuk ke kamar mandi Ayana mengecek ponselnya karena ia takut melewatkan pesan dari Aston. Dua hari lagi baru Aston akan kembali dari jepang.
Tak membutuhkan waktu yang lama Ayana sudah selesai mandi dan sekarang Ayana akan membangunkan mereka.
Hal pertama yang Ayana lakukan adalah membuka tirai agar cahaya masuk ke dalam ruangan.
"Ayo semua bangun, kita sarapan sama-sama," ucap Ayana.
Satu persatu mereka membuka matanya dan menatap Ayana yang sudah cantik.
"Jam berapa kakak bangun?" tanya Grizella sudah sadar dari tidurnya.
"Jam enam pagi, kenapa?"
"Apa tidur kakak nyaman?"
"Sangat nyaman," jawab Ayana.
"Yuk kita sarapan." Tambah Ayana.
Mereka mengekori Ayana menuju ke dapur dan mereka begitu tercengang saat makanan sudah tersaji di meja.
"Kak, yang masak semua ini?" tanya Grizella tidak percaya.
"La, kamu jangan heran sama kakak iparmu karena dia memang jago masak," ucap Anindira.
"Aku baru pertama kali ngelihat nyonya masak," ucap Fany.
"Yaudah ayo kita makan sama-sama,"
Sarapan pagi ini begitu nikmat karena Ayana di temani oleh orang-orang yang menyayanginya. Mungkin lain waktu Ayana akan mengulanginya lagi.
...•••...
Tepat dua hari Aston pergi untuk bisnis dan Aston berkata akan pulang hari ini, namun hingga jam sepuluh malam Aston tak kunjung datang juga.
Ayana sedikit khawatir karena Aston pun tidak membalas pesannya. Sedangkan Hadwin pun tidak membalas pesannya di mana Ayana menanyakan kabar mereka.
Jam berlalu sudah dua jam dan sekarang pukul dua belas malam namun mereka tak kunjung datang membuat Ayana semakin khawatir ke manakah mereka. Apa mereka hari ini tidak jadi untuk pulang, namun jika tidak pulang alangkah lebih baik mereka memberi kabar. Apa begitu sulit memberi kabar kepada Ayana yang sedang menunggu.
Hari semakin dingin Ayana pun masuk ke dalam rumah. Ayana hanya sendiri di rumah yang besar ini membuatnya sedikit takut. Bukan takut oleh hantu namun takut jika ada perampok yang masuk kedalam rumahnya.
Apa lagi Ayana hanyalah wanita yang tidak bisa melawan kekuatan pria yang jauh lebih kuat. Ayana masuk kedalam kamar, karena ia sudah mulai mengantuk di tambah tadi ia berbelanja dengan Grizella yang membutuhkan tenaga.
Braakkk!!
Suara barang jatuh membuat Ayana terperanjat dari tidurnya. "Apa maling?" ucap Ayana lirih sambil melihat keadaan sekitar.
Ayana tidak berani untuk keluar kamar karena ia takut jika perampokan itu akan berbuat nekat kepadanya. Namun Ayana begitu penasaran siapa tau itu Aston bukan maling.
Dengan langkah perlahan Ayana keluar kamar untuk mencari sumber suara benda jatuh itu. Saat turun tangga terakhir Ayana melihat sebuah guci di samping anak tangga pecah membuat Ayana semakin was-was, karena ia tidak melihat keberadaan Aston.
Ayana mengambil sebuah sapu yang kebetulan berada tak jauh darinya. Sapu ini untuk berjaga-jaga siapa tau yang barusan masuk adalah maling bukan Aston.
Sebuah tepukan di bahu Ayana membuatnya reflek memukul orang tersebut.
"Ayana!"
"Ayana! Apa yang kau lakukan!"
Ayana menarik tangannya dan menatap orang yang ada di hadapannya.
"Aston,"
"Ada apa denganmu? Kenapa kamu memukulku?"
"Aku kira kamu maling tadi,"
"Maling? Tidak mungkin ada maling yang berani masuk ke sini," ucap Aston.
Aston menyalakan lampu tengah dan benar di hadapannya adalah Aston.
"Itu guci kamu yang jatuhkan?" tanya Ayana sambil menunjuk ke arah guci yang sudah pecah di lantai.
"Iya, aku tidak sengaja menyenggolnya," jawab Aston.
"Kenapa kamu belum tidur?" tanya Aston.
"Aku sudah tidur tapi karena mendengar ada benda jatuh jadi aku kebangun lagi," jawab Ayana.
"Ayo kita ke kamar," ajak Aston.
Ayana mengekori Aston di belakang seperti anak ayam yang mengikuti induknya. Sesampainya di kamar Aston pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sedangkan Ayana menyiapkan baju untuk Aston. Sambil menunggu Aston selesai mandi, Ayana turun kebawah untuk membuatkan Aston kopi.
Saat masuk kedalam Aston masih menggunakan handuk yang hanya melilit di pinggangnya.
"Ini kopimu, apa kamu sudah makan?" Tanya Ayana.
"Sudah, aku sudah makan." Jawab Aston tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.
"Kalau begitu aku tidur duluan,"
"Tunggu dulu." Tahan Aston.
"Kenapa?" tanya Ayana penasaran.
"Aku lagi ingin. Cepat kita lakukan agar kamu cepat hamil," jawab Aston.
Mengerti maksud Aston yang meminta jatahnya Ayana pun hanya diam. Aston mendekati Ayana yang duduk tak jauh darinya dan Aston memulai kejadian beberapa hari lalu.
...•••...
Pagi ini Ayana tidak membuat sarapan karena Aston mengajak Ayana untuk berkunjung ke rumah orangtuanya di mana katanya ia merindukan Ayana. Jadi sekarang mereka dalam perjalanan menuju ke rumah orangtua Aston.
Di dalam mobil Ayana hanya terdiam sambil memandang kearah Aston yang sedang sibuk dengan laptopnya sejak tadi.
Mobil tiba di pekarangan rumah kedua orangtua Aston dimana di depan pintu sudah ada nyonya Rosvelina yang mereka.
"Akhirnya menantu kesayangan Mama datang." Ayana begitu di sambut hangat saat tiba di rumah Aston.
Aston mengekori keduanya yang sedang melepas kerinduan. Mata Ayana melihat Zia yang sudah duduk di meja makan. Ayana merangkul lengan Aston yang membuat Aston kebingungan dengan sikap Ayana. Namun saat Aston mengetahui ada Zia di meja makan Aston membiarkan Ayana merangkul lengannya.
Aston menarik kan kursi untuk Ayana. "Terima kasih sayang."
Panggilan barusan membuat Aston terdiam sesaat karena Ayana selama ini belum memanggil dengan sebutan sayang jadi sedikit aneh di telinga Aston.
Pagi ini terasa begitu istimewa membuat Ayana bahagia bisa makan bersama-sama seperti ini. Andai bundanya masih hidup mungkin saja ia bisa makan sama-sama seperti ini. Hati kecil Ayana begitu merindukan mendiang sang bunda.
Aston menyentuh tangan Ayana yang melamun membuat Ayana menatap Aston. "Ada apa,?" tanya Aston.
"Tidak apa-apa," jawab Ayana.
Selesai makan pagi Aston mengajak Ayana untuk pergi ke kantornya.
Mobil mereka sudah tiba di perusahaan Aston. Aston mengandeng tangan Ayana untuk masuk kedalam kantornya. Seperti sebelum-sebelumnya Ayana dan juga Aston menjadi pusat perhatian para karyawan kantor Aston.
Ayana begitu senang saat melihat Fany yang lewat sambil membawa beberapa berkas.
"Nanti kita ke cafe," ucap Ayana dengan bahasa isyarat.
Fany mengangguk kepalanya bertanda setuju.
Aston menarik tangan Ayana untuk masuk kedalam lift. Sebenarnya jika Ayana tidak di gandeng Ayana begitu lebat jalannya. Mau tak mau Aston harus mengandeng tangan Ayana.
Ayana masih bingung dengan Aston yang mendadak mengajaknya ke kantor untuk apa. Sebenarnya apa tujuannya jika Ayana hanya melihat Aston sibuk dengan pekerjaannya.
"Aston aku pulang saja, ya." Ijin Ayana kepada Aston.
"Tunggu sebentar ada yang aku berikan kepadamu," ucap Aston.
"Apa itu?" tanya Ayana mulai penasaran.
"Kamu duduk saja terlebih dahulu nanti akan aku berikan jika aku sudah selesai dengan pekerjaanku," ucap Aston.
Ayana mengerutkan bibirnya mendengarkan ucapan Aston. "Jika aku menunggumu maka tidak akan selesai-selesai!"
"Baiklah akan aku berikan sekarang." Aston berjalan menuju ke ruangannya dan mengambil sesuatu.
Bingkisan yang cukup besar membuat Aston hampir tidak terlihat. "Ini oleh-oleh dari salah satu kolega ku untuk mu." Ucap Aston memberikan kepada Ayana.
"Kenapa kamu tidak memberikannya waktu di rumah saja? Kalau begini caranya bagaimana aku membawanya?"
"Siapa yang berkata kamu yang akan membawanya?"
Ayana berpikir sejenak benar juga apa yang di katakan oleh Aston.
"Kamu boleh pulang sekarang, namun jika ingin pergi ke cafe bersama Fany silahkan aku bebaskan dia dari pekerjaan untuk menemanimu,"
Begitu senang mendengar ucapan Aston dengan cepat Ayana pergi untuk mencari keberadaan Fany untuk mengajaknya pergi ke cafe.