menikah dengan laki-laki yang masih mengutamakan keluarganya dibandingkan istri membuat Karina menjadi menantu yang sering tertindas.
Namun Karina tak mau hanya diam saja ketika dirinya ditindas oleh keluarga dari suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 11. calon mama untuk Aldo
Hari Minggu pagi, matahari bersinar lembut melalui jendela kamar, membangunkan Aldo dari tidurnya yang nyenyak.
Aldo masih duduk dipinggiran tempat tidur, tiba-tiba saja teringat dengan Karina, wanita yang selalu dipanggil dengan sebutan mama.
Sudah terhitung satu minggu berlalu, setelah pertemuannya dengan Karina. Kini Aldo ingin sekali rasanya, menemui Karina lagi.
Ceklek, suara pintu kamar terbuka. Sehingga membuat Aldo tersadar dari lamunannya.
"Aldo, sudah bangun ya?"
Aldo menoleh. "Sudah, Oma. Aku, sudah bangun kok."
Lusi tersenyum. "Yasudah, kalau begitu sekarang, Aldo, mandi ya ... katanya papa mau ajak Aldo jalan-jalan," ucap Lusi.
"Oma, Aku pengen ketemu sama mama Karina."
"Nanti ya! Aldo, tanya sendiri sama, papa."
"Iya, Oma. Kalau begitu, aku mandi dulu Oma."
"Iya, sayang. Setelah itu, turun ke bawah ya! Kita sarapan."
Lusi pun turun duluan kebawah, menemui Andrew yang sudah berada di meja makan terlebih dahulu.
"Ndrew..."
Andrew menoleh. "Iya, ma."
"Sepertinya, Aldo ingin bertemu dengan Karina."
"Ma, sepertinya Aldo tidak perlu bertemu dengan wanita itu lagi. Aku takut kalau sampai Aldo ketergantungan dengan wanita itu, Ma."
"Tapi, Ndrew—"
"Ma, Aldo itu anakku. Jadi, aku tahu mana yang baik dan buruk untuk anakku," sahut Andrew.
Lisa menghela napas panjang. Disisi lain membenarkan ucapan anaknya, tapi disisi lain juga merasa kasihan sama cucunya itu.
Tak lama kemudian, Aldo sudah turun kebawah, bergabung dimeja makan bersama Papa dan Oma nya.
"Aldo, sini sayang! Kita sarapan dulu," ucap Lusi.
Aldo pun mendekat dan duduk dikursi yang biasa ditempati nya. Dengan cekatan Lusi, segera mengambilkan nasi dan lauknya, untuk cucu tersayang nya.
"Aldo, makan yang banyak ya!" Aldo mengangguk.
Meja makan dipenuhi dengan berbagai hidangan sarapan pagi. Roti tawar, nasi goreng, telur ceplok dan sosis goreng terlihat menggugah selera. Semua orang duduk bersama, menikmati sarapan pagi.
"Aldo, cepat habiskan makananmu, ya! Setelah itu, kita akan jalan-jalan bersama."
Aldo mengangguk. "Pa, aku kepengen ke rumah Mama Karina."
Andrew meletakkan sendok dan garpu nya diatas piring. "Aldo, tante Karina itu bukan mama kamu! Lupakan Tante Karina itu. Kita, akan jalan-jalan berdua hari ini."
"Tapi pa—"
"Tidak ada tapi-tapian! Sudah habiskan sarapanmu, segera!"
Aldo pun menundukkan wajahnya, mendengar bentakan dari papanya, membuat kedua mata Aldo berkaca-kaca.
"Ndrew, jangan terlalu keras dengan Aldo!"
"Ma..."
Lusi pun terdiam, tak bisa mengubah keputusan Andrew. Sungguh Andrew itu adalah orang yang keras kepala, ucapannya tidak bisa dibantah oleh siapapun termasuk anaknya.
****
Selesai sarapan, Andrew langsung mengajak Aldo pergi menggunakan mobil. Andrew menyetir mobilnya sendiri.
"Aldo, jangan marah sama Papa ya! Papa bicara seperti itu tadi supaya kamu sadar kalau Tante Karina itu bukan mama kamu."
Aldo tak menjawab, memilih diam dan menatap kearah luar melalui kaca mobil.
Melihat anaknya tidak merespon, Andrew mencoba mengalihkan pembicaraan lain.
"Kalau kamu, ingin punya mama, Papa akan mencarikannya. Tapi bukan Tante Karina orangnya."
"Aku, maunya Mama Karina, Pa!"
Andrew menghela napas panjang, sulit juga mengatasi keras kepala anaknya sendiri. Padahal tanpa Andrew sadari, keras kepalanya Aldo itu menurun dari dirinya sendiri.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang, membelah jalanan kota. Cahaya matahari yang lembut memantulkan kilauan pada kaca mobil, membuat suasana menjadi indah. Suara mesin mobil berdengung dengan stabil, menambah kesan kecepatan dan kekuatan yang terkendali.
Tak terasa, mobil yang Andrew Kendarai kini telah sampai di parkiran salah satu mall.
"Ayo, kita turun!" Dengan malas, Aldo mengikuti perintah papanya.
Andrew menggenggam erat tangan kanan Aldo. Pasangan anak dan papa itu, kini masuk kedalam mall. Tempat yang dituju adalah Timezone.
"Aldo, mau main apa?" tanya Andrew begitu sampai diarea Timezone.
Diluar dugaan, Aldo justru menggeleng, menolak untuk bermain di Timezone.
"Kenapa?"
"Aku, sedang tidak ingin bermain, Pa."
Andrew jongkok di depan anaknya. "Aldo, ini hari Minggu. Biasanya, kamu selalu minta untuk ditemani papa bermain. Sekarang, Papa sudah ada waktu untuk mengajak Aldo bermain."
Akhirnya setelah dibujuk dengan berbagai cara, Aldo luluh juga dan mau mencoba permainan yang ada di Timezone.
Aldo mencoba permainan seperti basketball hoops (Permainan memasukkan bola basket dalam waktu yang terbatas), pump it up, Bowling, bumper cars, VR games dan terakhir adalah capit boneka.
sejenak Aldo bisa melupakan tentang Karina. Hampir 2 jam bermain, kini Aldo sudah merasa bosan.
"Papa, aku sudah capek."
"Yasudah, kalau begitu udahan ya, mainnya." Aldo mengangguk.
Andrew mengajak Aldo pergi dari area Timezone.
"Pa, kita mau kemana lagi?" tanya Aldo.
"Papa, ada janji dengan seseorang. Kita ke kafe yang ada di samping mall ini dulu, ya!"
Andrew mengajak Aldo, untuk berjalan kaki menuju kafe, karena jarak dari mall ke kafe tidak jauh. Aldo ikut saja kemana papanya akan pergi. Meskipun sebenarnya Aldo tidak bersemangat.
****
"Andrew..." ucap seseorang yang memanggil sambil melambaikan tangannya.
Andrew pun membalas lambaian tangan orang tersebut, kemudian mengajak Aldo untuk menghampirinya.
"Hay, maaf ya, kalau menunggu lama," ucap Andrew begitu sampai didepan orang yang memanggilnya tadi.
"Tidak masalah. Silahkan duduk ..."
"Mau pesan, apa?"
Andrew melihat-lihat daftar menu yang ada di kafe ini. Setelah melihat-lihat, Andrew memutuskan hanya memesan coffee latte untuk dirinya. Sedangkan untuk Aldo, Andrew memesankan es krim rasa strawberry.
Tak lama kemudian, seorang waiter datang dengan membawa pesanan. "silahkan dinikmati." ucap waiters tersebut, kemudian pergi.
"Nama kamu pasti Aldo ya?" Aldo mengangguk.
"Halo, Aldo, perkenalkan, nama saya Tante Vania."
Lagi-lagi Aldo hanya merespon dengan senyuman saja.
"Aldo, Tante Vania mau kenalan itu," ucap Andrew.
Lagi dan lagi, Aldo tak menggubris ucapan papanya.
""Vania, maaf ya. Mungkin, Aldo seperti itu karena belum mengenal kamu saja," ucap Andrew, yang merasa tidak enak dengan sikap anaknya.
"Tidak apa-apa kok, Ndrew. Aku yakin, lama-lama Aldo juga bisa akrab sama aku."
Andrew kini beralih menatap putranya. "Aldo, boleh Papa bicara denganmu?"
"Apa yang ingin Papa bicarakan?"
Andrew bingung, harus mulai bicara dari mana kepada Aldo. Sebelum berkata, Andrew menarik napasnya dalam-dalam, kemudian menghembuskan perlahan.
"Katanya, kamu ingin segera punya mama, kan? Sekarang, Papa, ingin memperkenalkan kamu dengan Tante Vania. Tante Vania ini yang akan menjadi calon mamamu, Aldo."
Degh... Aldo terdiam sejenak, mencerna ucapan papanya. Kemudian Aldo pun menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Nggak, Pa! Aku nggak mau Tante Vania menjadi mamaku! Aku cuma mau mama Karina saja. Pokoknya, aku nggak mau!" ucap Aldo dengan suara lantang.
"Andrew..." Vania meremas tangan kanan Andrew yang ada di atas meja.
Andrew mengelus-elus punggung tangan Vania untuk menenangkannya. "Tenang ya, Aldo bersikap seperti itu karena syok saja mendengar berita mengejutkan seperti ini."
"Aldo, kamu tidak boleh begitu! Tante Karina itu bukan mamamu. Calon mamamu itu Tante Vania, sayang."
"Pokoknya, aku tidak mau, Pa! Aku cuma mau sama Mama Karina."
Andrew memejamkan matanya sejenak. "Aldo, jangan pernah sebut nama Tante Karina lagi!" ucap Andrew dengan nada suara terdengar marah.
Aldo, yang mendapat bentakan dari papanya seketika membuat kedua matanya berkaca-kaca.
"Papa jahat, Papa tidak sayang sama aku." Aldo pun berlari pergi dari sana.
"Aldo, tunggu! Jangan pergi!" Andrew mengejar Aldo dengan wajah yang khawatir.
Sementara itu ,Vania juga ikut menyusul Andrew. Namun, sebelumnya, Vania harus ke kasir untuk membayar biaya makanan terlebih dahulu.
****
Aldo terus berlari entah kemana, dengan air mata yang mulai mengalir di pipinya. Dibelakangnya, diikuti oleh Andrew yang juga ikut berlari.
"Aldo, berhenti!" teriak Andrew.
Tentu saja aksi kejar-kejaran tersebut menjadi tontonan bagi pengunjung lainnya, yang mulai memperhatikan dan berbisik-bisik.
Hingga akhirnya, Aldo tak sengaja menabrak seseorang saat berlari dan bruk, Aldo terjatuh dengan keras.
"Aduh.. Huhuhuhu." Aldo semakin menangis keras, dengan suara tangisan yang terdengar memilukan.
"Yaampun, maaf, aku tidak sengaja tadi. Aku... astaga, Aldo. Kamu kenapa lari-lari, nak?"
"Mama, aku mau ikut sama mama. Aku tidak mau sama papa lagi! Papa tidak sayang aku lagi, Mama. Papa mau nikah sama Tante Vania."
bersambung..