NovelToon NovelToon
Time Travel Diasingkan Setelah Menikah

Time Travel Diasingkan Setelah Menikah

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Zombie / Time Travel / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita
Popularitas:71.5k
Nilai: 4.9
Nama Author: Lily Dekranasda

Tahun 4025, dunia hancur akibat ledakan laboratorium ilegal yang menyebarkan virus zombie. 5 tahun berjuang, Lin Zirong mempunyai kekuatan istimewa yaitu tumbuhan dan es dengan level 10, serta ruang angkasa istimewa.

Sayangnya Lin Zirong dikhianati oleh teman dan kekasihnya, ia dijadikan objek penelitian oleh ilmuwan dan pejabat rakus yang haus akan kekuatan luar biasanya.

Dalam keputusasaan dan amarah, ia menggunakan sisa kekuatannya untuk meledakkan laboratorium tersebut, menghancurkan semua orang di dalamnya. Dengan senyuman mengejek terakhir, ia menatap temannya yang panik sebelum segalanya berakhir dalam ledakan besar.

Namun, bukannya mati, Lin Zirong terbangun di tubuh seorang wanita muda, Yu Yuning, yang meninggal dikamar pernikahan, akibat diracun tepat setelah melakukan proses sakral pernikahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keputusan Raja

Raja Wei berdiri di tengah aula kebesaran yang kini kosong melompong, jauh dari megah seperti sebelumnya. Dinding-dinding yang dulunya dihiasi kain sutra indah dan lukisan-lukisan karya maestro kini hanya menyisakan jejak-jejak bekas bingkai yang telah hilang.

Lantai marmer yang biasanya mengkilap pun sudah tinggal tanahnya saja, seolah ikut mencemooh kebesaran yang kini menjadi ilusi belaka. Tidak ada suara kecuali langkah sepatunya yang menggema di aula yang sunyi.

Raja Wei menatap sekeliling dengan mata menyipit, penuh amarah dan frustrasi. Ia mengepalkan tinjunya hingga buku-buku jarinya memutih.

“Bagaimana bisa?!” gumamnya dengan suara rendah yang hampir terdengar seperti desisan.

“Bagaimana istana kebesaranku, pusat kekuasaan ini, bisa dirampok habis-habisan tanpa seorang pun menyadarinya? Bahkan harta yang kusembunyikan pun tidak tersisa. Ini benar-benar penghinaan!”

“Shen Wei...” ia menggeram dengan suara rendah. Ia melangkah mendekati singgasana yang biasanya berada disana, ia duduk di lantai tangga itu.

Hatinya dipenuhi oleh kebencian yang bercampur dengan rasa takut. Kebencian terhadap Shen Wei bukanlah kebencian yang muncul karena dendam pribadi, tetapi lebih kepada kekhawatiran.

“Jika aku tidak menjatuhkanmu, kau dan keluargamu pasti akan terus menjadi ancaman bagi tahtaku. Kau terlalu berjasa, terlalu dihormati oleh rakyat, dan itu membahayakan posisiku sebagai raja yang baru naik. Aku tidak punya pilihan lain selain menghancurkanmu,” katanya dalam hati, mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

Ia berdiri dari tempat duduknya dan berjalan mondar-mandir di aula. Langkahnya tergesa-gesa, mencerminkan kegelisahan yang memenuhi pikirannya.

“Shen Wei, apa kau terlibat dalam semua ini? Tidak mungkin... Kau bahkan tidak punya kekuatan untuk berdiri, apalagi merencanakan balas dendam. Tapi kenapa semua ini terjadi setelah aku menjatuhkan keluargamu? Kenapa?”

Suasana aula yang kosong semakin menambah kesendiriannya. Raja Wei merasa kecil di tengah ruangan besar yang sunyi ini. Tidak ada suara kasim yang biasanya berdiri di sudut ruangan. Tidak ada penasehat yang memberi masukan.

“Aku harus menemukan jawabannya!” serunya kepada dirinya sendiri.

“Aku harus tahu siapa yang merencanakan ini semua. Apakah ini benar-benar ulah manusia, ataukah tangan para dewa yang menghukumku?!”

Ia kembali duduk, kali ini dengan tubuh yang terlihat lebih lemah. Kepalanya tertunduk, dan untuk pertama kalinya, ia merasa kekalahan mengintip di ambang pintu.

Bayangan Shen Wei yang dia siksa di penjara kembali menghantui pikirannya. Ia teringat tubuh gagah Shen Wei yang dulu berdiri tegak sebagai jenderal besar kerajaan, pemimpin perang yang tidak pernah mengenal kata kalah.

Kini tubuh itu penuh luka, wajah tampannya berubah menjadi biru lebam, dan mata yang biasanya bersinar penuh percaya diri kini redup. “Apa aku sudah melangkah terlalu jauh?” pikirnya, untuk sesaat merasakan keraguan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Namun ia segera menepis rasa itu. “Tidak! Ini semua demi kerajaan. Demi kekuasaanku! Kalau aku tidak menghancurkan Shen Wei, dialah yang akan menghancurkanku. Aku tidak salah. Aku tidak salah...” Suaranya perlahan menghilang, berubah menjadi bisikan yang lebih ditujukan untuk meyakinkan dirinya sendiri daripada siapa pun.

Ia kembali memikirkan kejadian-kejadian aneh yang baru saja dilaporkan. Tawonnya, tikusnya, perampokan besar-besaran, semuanya tampak seperti bagian dari skenario yang mustahil dilakukan manusia biasa. Apakah benar ini semua hukuman dari langit? Raja Wei menatap ke atas, ke langit-langit aula yang kosong. Matanya menyipit, seolah-olah menantang langit itu untuk memberinya jawaban.

“Jika memang para dewa menghukumku, katakan padaku kenapa? Bukankah aku melakukan ini semua demi kerajaanku? Bukankah aku pantas untuk menjadi raja yang besar?!” teriaknya, meskipun ia tahu tidak akan ada jawaban yang datang.

“Ah itu tidak mungkin, aku adalah dewa itu sendiri. Penguasa tertinggi di kerajaan ini.” ucapnya.

Raja Wei berdiri di tengah aula kebesarannya, dengan tatapan dingin yang menembus waktu.

“Pengawal.” teriak Raja dengan suara keras.

“Ya yang mulia,” ucap pengawal yang datang dari luar aula.

“Bawa Shen wei ke hadapanku sekarang juga” teriaknya.

“Baik, yang mulia. Kami mengikuti perintah yang mulia.” ucapnya sambil berlalu meninggalkan raja nya.l

Raja ini tidak peduli dengan keadaan jenderal yang dulu berjasa besar bagi kerajaannya, raja itu hanya ingin melihat wajah lelaki yang ia anggap sebagai ancaman.

Tidak butuh waktu lama bagi para prajurit untuk membawa Shen Wei yang sudah tak berbentuk. Tubuhnya terkulai lemas di atas tandu kain yang usang. Tangannya tampak patah dengan sudut yang tidak wajar. Kakinya, penuh luka sabetan pedang DNA cambuk, kaki yang dulu gagah memimpin ribuan pasukan, kini tak mampu menopang tubuhnya sendiri. Darah mengalir dari luka-lukanya, membasahi pakaian tipis yang ia kenakan. Wajahnya bengkak penuh lebam kebiruan, nyaris tidak dikenali sebagai sosok jenderal besar yang pernah dielu-elukan rakyat.

Saat Shen Wei diletakkan di hadapannya, Raja Wei terkejut. Ia tahu Shen Wei diperlakukan dengan kejam di penjara olehnya, tetapi pemandangan ini lebih buruk dari yang ia bayangkan.

Keadaan Shen Wei begitu menyedihkan, sekarat dan hampir tak bernyawa. Sesaat, ada kilatan perasaan aneh di hati sang raja, tetapi ia segera menepisnya. “Apa peduliku?” pikirnya dengan dingin.

Raja itu berlutut, mendekatkan wajahnya ke arah Shen Wei. Sebuah senyuman mengejek terukir di bibirnya. “Sebenarnya aku tidak ingin berbuat kejam padamu, Shen. Namun, apa dayaku? Kau membuatku iri. Kau terlalu besar, terlalu dihormati. Kalau aku membiarkanmu tetap hidup dalam kemuliaan, kau akan menenggelamkan tahtaku.”

Shen Wei yang lemah mencoba membuka mulut untuk berbicara, tetapi darah segar keluar dari mulutnya, memaksa tubuhnya terbatuk-batuk keras. Tubuhnya bergetar hebat, menahan sakit yang tak tertahankan.

Dalam hatinya, ia mencaci dirinya sendiri. “Bodoh... Betapa bodohnya aku yang terlalu percaya pada kerajaan ini. Mereka tak layak menerima kesetiaanku.”

Pikirannya melayang pada kenangan masa lalu. Shen Wei adalah jenderal yang tidak kenal takut, berdiri di garis depan medan perang tanpa gentar menghadapi badai, salju, atau pasukan musuh. Selama sepuluh tahun, ia melindungi perbatasan dengan penuh dedikasi, menanggung luka demi luka demi kerajaan yang ia cintai. Tetapi, setelah semua pengorbanannya, inilah balasannya, fitnah, penghinaan, dan penderitaan.

Shen Wei menatap raja dengan pandangan yang penuh kebencian dan kekecewaan. Tidak ada kata yang keluar dari bibirnya, tetapi matanya berbicara lebih dari seribu kalimat. Raja Wei, yang merasa terganggu oleh tatapan itu, mendekatkan dirinya lagi.

“Meskipun kau telah melakukan kejahatan serius,” ujar Raja Wei dengan nada yang seolah-olah penuh belas kasih, “aku adalah raja yang murah hati. Aku akan mengampunimu. Aku akan membiarkanmu hidup, dan keluargamu tidak akan dihukum mati. Sebagai gantinya, kalian semua akan diasingkan ke tempat yang jauh.”

Shen Wei tertawa kecil, tawa yang dipenuhi rasa pahit dan sinis. Ia menatap raja dengan penuh ejekan, meskipun tubuhnya hampir tidak kuat untuk bergerak.

Dengan suara yang lirih tetapi tajam, ia berkata, “Mengapa tidak membunuhku saja sekarang? Bukankah itu lebih mudah bagimu?”

“Jangan khawatir, pengasingan ini tidak akan membuatmu hidup lebih lama. Tubuhmu yang sekarat ini tidak akan bertahan di perjalanan jauh yang ku rencanakan.” ucap Raja.

Bukan karena belas kasih ia membiarkan Shen Wei hidup, melainkan karena ia ingin menjaga citranya di depan para pejabat dan rakyat. Jika ia membunuh Shen Wei secara terang-terangan, apa yang akan dipikirkan oleh orang-orang? Tetapi pengasingan? Itu cerita lain. Ia tahu bahwa tubuh Shen Wei yang lemah tidak akan bertahan, dan itu adalah cara yang sempurna untuk menyingkirkannya tanpa menodai reputasinya.

Dengan senyum tipis, raja berkata, “Aku tidak perlu mengotori tanganku untuk membunuhmu. Pengasinganmu sudah lebih dari cukup untuk memastikan bahwa kau tidak akan bertahan. Jangan khawatir, Shen Wei. Keluargamu akan ikut bersamamu. Ini adalah kemurahanku pada keluargamu.”

Shen Wei menutup matanya sejenak, mencoba menenangkan hatinya yang terbakar oleh amarah. Tetapi dalam hatinya, ia tidak bisa menyangkal rasa penyesalan yang mendalam.

“Selama ini, aku mengorbankan segalanya untuk raja yang bahkan tidak layak menjadi pemimpin. Nyawaku, pasukanku, semuanya kupertaruhkan untuk kerajaan ini. Namun, inilah balasannya. Betapa bodohnya aku...” ucap Shen Wei dalam hati.

Raja Wei memberi perintah kepada para penjaga. “Bawa dia kembali ke penjara. Dalam tiga hari, semua keluarga Shen harus siap untuk diasingkan. Prajurit dan pelayan mereka, jual ke tempat budak. Aku tidak ingin melihat satu pun dari mereka berada di kerajaan ini lagi.”

Tanpa sepatah kata lagi, para prajurit mengangkat tandu Shen Wei yang penuh darah. Tubuhnya yang lemah dibawa kembali ke penjara, tempat keluarganya ditahan.

1
Ayu Dani
ubur-ubur ikan lele terimakasih up nya Lee 😂😘😘😘
Ayu Septiani
kapan nih mulai keluar dari penjara dan perjalanan pengasingannya thor...
Chen Nadari
Thor lg upny...buat raja ny keok.. /Kiss//Kiss//Kiss/
Cha Sumuk
drama penjara nya kepanjangan Thor
Lily of The Valley: sudah selesai.. besok pengasingan 🤣🤣
total 1 replies
Etty Rohaeti
lanjut
Diyah Pamungkas Sari
kapan brgkat ini dlm penjara smpe brp episode
Mifta Afandi
ini kan brqkat d asingkan ya kak masak d penjara terus km GK bebas TPI semoga pelayan ma pengawal yq setia slalu slmat ikut yu yuning
MataPanda?_
𝙨𝙚𝙢𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩 𝙩𝙧𝙪𝙨 𝙠𝙖𝙠 ☕☕🧁🍩🍰
𝙙𝙞 𝙠𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙠𝙤𝙥𝙞 𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙠𝙪𝙚 𝙙𝙪𝙡𝙪 𝙗𝙞𝙖𝙧 𝙜𝙠 𝙣𝙜𝙖𝙣𝙩𝙪𝙠 /Smile/
Santy Susanti
Mkasih Otor sayaaaaaang semangat N sehat terus 💪💪😘❤❤
Ddyat37 Del*
kau yg katakan /Facepalm//Facepalm/
Ddyat37 Del*
mantappppp 💪💪💪💪
Mifta Afandi
kak kq blum up ya
🦆 Wega kwek kwek 🦆
istri mu itu manusia biasa hanya diberikan keberuntungan dari langit Shen Wei 🤣🤣🤭🤭
Ayu Septiani
lanjut up lagi thor....
semangat ya
Hasna 💙
semangat terus kk
sahabat pena
hayo main teka teki deh🤣🤣🤣
afifah aefa
Terbaik aku suka
x bosan.
Terhibur
afifah aefa
hahaha "peri langit" 😂 aku terhibur
Terima kasih kak, terus bersemangat yer..
Lala Kusumah
semangat sehat ya 💪💪😍
makasih update nya 🙏🙏
Chen Nadari
semangat trs Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!