NovelToon NovelToon
Istri Pilihan CEO

Istri Pilihan CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Icha mawik

Jatuh cinta pada pandangan pertama, membuat Shakala Fathan Elgio Genova, berusaha untuk memperjuangkan cintanya pada Zakira. Gadis manis yang ia temui tanpa sengaja di perusahaannya. Zakira adalah salah satu karyawan di perusahaannya.
Namun, sayangnya saat ia mengutarakan niatnya untuknya melamar gadis itu. Terjadi kesalahpahaman, antara Fathan dan Mamanya. Nyonya Yulia, yang adalah Mamanya Fathan. Malah melamar Nabila, yang tidak lain sepupu dari Zakira. Nyonya Yulia, memang hanya mengenal sosok Nabila, putri Kanayah dan Jhonatan. Mereka adalah rekan bisnis dan keluarga mereka memang sangat dekat.
Nyonya Yulia juga mengenal dengan baik keluarga bakal calon besannya. Akan tetapi, ia tidak pernah tahu, kalau keluarga itu memiliki dua orang anak perempuan. Terjadi perdebatan sengit, antara Fathan dan sang Mama yang telah melakukan kesalahan.
Nabila yang sudah lama menyukai Fathan, menyambut dengan gembira. Sedangkan Zakira, hanya bisa merelakan semuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha mawik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 7.

Dikediamannya, Nabila uring-uringan di kamarnya. Pasalnya, sudah satu Minggu berlalu sejak malam itu. Sampai saat ini, Fathan belum juga menghubunginya.

"Kemana sih, tuh orang? Sudah hampir satu Minggu, dia gak hubungi gue!" rungut Nabila.

Ia bolak-balik menatap benda pipih miliknya, berharap ada satu keajaiban. Saat di tengah kegalauannya, terdengar pintu kamarnya dibuka.

Cek lek ....

Nabila menoleh sekilas, kemudian kembali fokus ke arah ponselnya.

"Bil," ucap Sukma.

"Oma," sahut Nabila.

Sukma melangkah dan duduk disamping Nabila

"Kamu ngapain? Oma perhatikan, sepulang kuliah tadi. Kamu, gak keluar kamar," tanya Sukma.

Nabila mengembus napas kasar.

"Kamu kenapa, Sayang? Sini ... sini cerita sama Oma." Sukma menarik pelan lengan Nabila dan membawanya duduk didekatnya.

Nabila masih dengan wajah ditekuk nya, sembari melirik ke arah ponselnya. Sukma melirik ke arah pandangan mata Nabila.

"Bil, Oma perhatikan, kamu dari tadi ngeliatin ponsel kamu? Kamu lagi nunggu telepon?" tanya Sukma.

Nabila mengangguk samar.

"Siapa?" tanya Sukma ingin tahu.

"Fathan," jawab Nabila singkat.

"Fathan? Pemuda yang ketemu di pesta kemarin?" tebak Sukma.

Nabila kembali mengangguk.

"Kamu kenal dekat, sama dia?" tanya Sukma lagi.

"Iya, kita udah kenal beberapa tahun yang lalu," ucap Nabila.

"Kamu ... suka sama dia?" tebak Sukma.

"Apa sih, Oma?" ujar Nabila dengan wajah bersemu merah.

"Aah ... Oma tau, kalau kamu suka sama pemuda itu," ucap Sukma dengan sumringah.

"Tapi, masalahnya. Dia itu pendiam banget, Oma," keluh Nabila.

"Maksudnya?" tanya Sukma.

"Dia itu orangnya dingin banget, bicara aja seperlunya. Jangankan bicara, senyum aja jarang," kata Nabila lirih.

"Mungkin dia sungkan, kan disana kemarin ramai orang," jawab Sukma asal.

"Gak Oma, dia emang orangnya gitu," timpal Nabila.

Sukma mengerti apa yang dikatakan Nabila, ia pun terdiam sejenak seperti berpikir akan sesuatu. Kemudian, senyum sumringah terpancar di wajah senjanya.

"Kalau dia tidak mau memulai, gimana kalau kamu aja yang coba deketin dia," kata Sukma memberi usul.

"Maksud, Oma?" tanya Nabila bingung.

"Ya, kamu yang harus kamu yang gerak duluan," jawab Sukma.

"Aku yang deketin dia?" Nabila kembali bertanya.

Sukma menjawab dengan anggukan kepala dan tersenyum.

"Gak, ah! Malu aku, Oma," tolak Nabila.

"Alah ... jaman sekarang jangan pake acara malu segala, kamu bakal ketinggalan jauh," ungkap Sukma.

Nabila diam, ia merenung sejenak mencoba memahami.

"Sudah, jangan dipikirkan lagi. Oma janji, Oma akan bantu kamu untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan," ucap Sukma.

"Beneran, Oma?" tanya Nabila senang.

Sukma menganggukkan kepalanya, menyakinkan Nabila.

****

Beberapa hari kemudian, Fathan memerintahkan Soni untuk memanggil Rusdi ke ruangannya.

Suasana tegang, menyelimuti ruangan petinggi besar perusahaan. Fathan menatap dingin ke arah Rusdi, yang sejak tadi berdiri di hadapannya.

"Jelaskan padaku, apa yang terjadi?" tanya Fathan.

"Saya minta maaf, kalau saya lancang," ucap Rusdi terbata.

Fathan mengangguk.

"Saya terpaksa, menerima tamu untuk Anda saat Anda tidak berada di sini," lanjut Rusdi.

Fathan melirik ke arah Soni.

"Lalu, siapa yang menyambut mereka? Setau saya, mereka tidak fasih berbahasa Indonesia," tanya Soni.

Rusdi menoleh ke sumber suara.

"Sandra! Saya dibantu Sandra, dia sangat fasih berbahasa asing," jelas Rusdi.

Fathan kembali melemparkan pandangan ke arah Soni.

"Panggil Sandra kemari," titah Fathan.

"Baik, Pak," jawab Rusdi. Pria itu segera keluar dan turun untuk memanggil adik iparnya.

"Dia berbohong." Fathan melirik ke arah Soni. Asistennya itu langsung tahu, apa yang harus ia lakukan.

Beberapa saat kemudian, Rusdi kembali bersama Sandra. Dengan senyum mengembang diwajahnya, wanita yang selalu berpakaian seksi itu.

"Anda memanggil saya, Tuan?" tanya Sandra dengan nada mendayu.

"Beliau ingin tau, apa benar yang dikatakan Rusdi, kalau kamu yang menyambut dan menjamu relasi dari luar negeri kemarin?" Bukan Fathan yang bertanya, melainkan Soni. Sebaliknya, Fathan hanya diam memperhatikan reaksi dua orang yang ada di hadapannya ini.

"Iya, Tuan," jawab Sandra.

"Itu artinya, kamu sangat fasih berbahasa asing?" tanya Soni lagi.

"Tentu saja, sebagai sekretaris dari Tuan Fathan. Sudah seharusnya, saya menguasai beberapa bahasa asing," ucap Sandra dengan bangganya.

"Oh, begitu? Pantas saja," ucap Soni.

Soni melemparkan pandangan ke arah Fathan. Ia berjalan ke arah meja kerja Fathan dan mengambil sebuah map yang terletak diatasnya.

"Ini, ada berkas kontrak kerja sama yang mereka kirim. Karena kamu adalah sekretaris Fathan yang menguasai beberapa bahasa asing. Saya yakin, kamu bisa dengan mudah menyelesaikan," ungkap Soni.

"Apa?" Sandra terkejut, ia meraih map berwarna merah dari tangan Soni dan membukanya.

Matanya membulat sempurna, saat membuka dan membaca isi map itu. Sesekali ia melirik ke arah Fathan dan Soni bergantian.

"Maksud, Anda saya harus menterjemahkan nya?" tanya Sandra dengan gagap.

"Ya, sekaligus dipersentasikan nanti, saat meeting. Biar semua orang tau dan bangga sama kamu. Ini juga bisa menjadi batu loncatan untuk karir kamu," jelas Soni.

Ada rasa bangga dalam diri Sandra, tapi mengingat semua itu hanyalah karangannya dan Kakak iparnya. Membuat Sandra sedikit takut, kalau-kalau semua rahasia ini terbongkar.

"Apa saya boleh membawanya ke meja kerja saya? Saya akan menyelesaikannya di sana, kalau di sini saya merasa tidak nyaman. Saya harus berkonsentrasi, agar lebih cepat mengerti dengan isi dari perjanjian kerja sama ini," kilah Sandra.

"Kamu jangan khawatir, saya akan meminta OB untuk membawakan meja dan kursi untuk kamu duduk di sini," ujar Soni.

Sandra menelan liurnya, keringat kembali membanjiri wajahnya. Sandra kembali memutar otaknya, untuk mencari alasan agar bisa keluar dari ruangan bos besarnya.

"Bagaimana, Nona Sandra? Anda sudah siap?" Sandra tercegat, saat suara Soni kembali membuyarkan lamunannya.

Sandra mengangkat wajahnya dan menatap ke arah Soni. Pria itu menunjuk ke arah belakang Sandra. Sekali lagi, Sandra dibuat terbelalak. Bagaimana tidak? Beberapa orang OB, sudah meletakkan meja beserta kursi tepat di hadapan Sandra. Dan letaknya juga tepat di hadapan meja kerja Fathan.

Posisi ini yang sejak lama Sandra inginkan, berada di satu ruangan bersama pria yang selama ini menjadi incarannya. Namun saat ini, posisi ini yang akan menentukan nasibnya. Jika saja, ia tidak bisa menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Maka, posisinya sebagai sekretaris Fathan, akan terancam.

"Ada apa, Nona Sandra? Apa ada masalah?" tanya Soni.

"Tidak, Pak!" jawab Sandra gugup.

"Ya, sudah kalau begitu, segera kerjakan," kata Soni.

Dengan langkah gontai, Sandra mendekati meja kerjanya. Ia begitu kepayahan, saat memposisikan duduknya. Fathan menatap lurus kedepan dengan tatapan tajam ke arah Sandra.

Tiga jam telah berlalu, sampai saat ini Sandra belum juga dapat menyelesaikan tugasnya. Ia membolak-balikkan berkas, tanpa bisa memahami isinya. Rusdi mulai panik, ia hampir bisa menebak, apa yang akan terjadi? Sesekali ia tertangkap, sedang menyeka keringat yang membasahi wajahnya.

"Panggil dia kemari," ucap Fathan pada Soni dengan suara pelan.

Soni segera menjalankan tugasnya.

*****

Sementara di bawah, Zakira dan Risma serta beberapa staf baru saja kembali dari makan siang.

"Tapi, kamu hebat lho, Za! Kamu bisa menangani masalah kemarin dengan sangat cepat," puji Sinta, salah satu karyawan.

"Iya, bahkan mereka memuji kepiawaian kamu dalam berbahasa," sambung Risma.

"Belajar dimana, Za? Kok bisa fasih banget, aku aja yang lulusan bahasa asing gak selancar kamu kalau ngomong," sambung Sinta lagi.

"Google translate," jawab Zakira asal.

Risma dan Sinta memanyunkan bibirnya, membuat Zakira tergelak. Saat ketiga asyik mengobrol dan sesekali terdengar gelak tawanya. Seseorang menghampiri Imam dan membisikkan sesuatu. Imam segera menghampiri mereka.

"Za, kamu dipanggil bos," ucap Imam.

Ketiganya seketika terdiam, kemudian saling melemparkan pandangan.

"Ada apa, ya Mas?" tanya Zakira.

Imam hanya menggeleng pelan.

"Za, kamu gak ngelakuin kesalahan, kan?" tanya Risma.

Zakira menjawab dengan gelengan kepala.

"Lalu, kenapa Pak Fathan manggil kamu? Kata Risma lagi.

"Mana aku tau," jawab Zakira.

"Udah buruan, nanti pak Fathan gak marah, jadi marah. Gara-gara nungguin kamu," ucap imam mengingatkan.

Zakira mengangguk, kemudian berjalan menuju lift khusus yang langsung menuju ke ruangan petinggi perusahaan itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!