NovelToon NovelToon
ARUNA

ARUNA

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: bund FF

Tidak ada yang bisa memilih untuk dilahirkan dari rahim yang bagaimana.
Tugas utama seorang anak adalah berbakti pada orang tuanya.
Sekalipun orang tua itu seakan tak pernah mau menerima kita sebagai anaknya.

Dan itulah yang Aruna alami.
Karena seingatnya, ibunya tak pernah memanjakannya. Melihatnya seperti seorang musuh bahkan sejak kecil.

Hidup lelah karena selalu pindah kontrakan dan berakhir di satu keadaan yang membuatnya semakin merasa bahwa memang tak seharusnya dia dilahirkan.

Tapi semesta selalu punya cara untuk mempertemukan keluarga meski sudah lama terpisah.

Haruskah Aruna selalu mengalah dan mengorbankan perasaannya?
Atau satu kali ini saja dalam hidupnya dia akan berjuang demi rasa cintanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bund FF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tyo

Jadwal pelajaran sesudah istirahat adalah olahraga. Pelajaran yang sangat Aruna sukai. Bahkan gadis itu sudah stand by di lapangan karena pak guru bilang akan melakukan pelajaran praktek.

Belum ada seorangpun di lapangan karena semua siswa sedang sibuk dengan urusan kantin di jam istirahat.

Ada dua lapangan di sekolah ini. Lapangan indoor untuk olahraga seperti basket atau bulutangkis, dan lapangan outdoor untuk sepak bola atau tenis.

Kini Aruna ada di lapangan indoor. Tangannya sudah mendribel bola basket dengan baik meski masih sendirian.

Melihat sekitar, suasana masih sepi membuat Aruna berani membuka maskernya dan terlihatlah wajah lebam bekas pukulan ibunya semalam.

Berjalan ke sisi lapangan. Aruna sedang mengambil ancang-ancang untuk memantulkan bola ke dinding.

"Satu... Dua... Tiga..." rencananya Aruna akan melemparkan bola itu agar memantul ke wajahnya, sehingga dia bisa beralasan terkena lemparan bola saat orang bertanya perihal luka di wajahnya.

"Awas" kata seseorang yang mendorong Runa hingga keduanya selamat dari lemparan bola.

Aruna membuka mata saat seorang siswa masih memegang kedua bahunya dan berdiri dalam dekapannya. Sejenak mata mereka beradu pandang dan sesegera mungkin Aruna berpaling.

"Lo ngapain sih? Ganggu saja" kata Aruna yang gagal kali ini.

Sudah sejak SMP kebiasaan itu Aruna lakukan demi menjaga nama ibunya yang sudah buruk di masyarakat.

"Maksud Lo apa melakukan itu?" tanya siswa yang sudah melepaskan bahu Aruna dan mengamati wajah Aruna yang masih lebam.

"Bukan urusan Lo" jawab Aruna yang memang tak suka dengan orang baru dalam hidupnya. Temannya hanyalah Ferdi di sekolah ini. Bahkan Aruna tak pernah berteman dengan teman sekelasnya.

Kembali merebut bolanya, Aruna memilih untuk kembali bermain basket. Tapi siswa itu seolah ingin lebih mengenal Aruna yang sudah pergi ke tengah lapangan.

Sedikit tersenyum. Lantas siswa itu berlari juga ke tengah lapangan untuk merebut bola dari Aruna. Jadilah keduanya bermain basket satu lawan satu.

"Kak Tyo" teriakan itu membuyarkan fokus si cowok hingga Aruna bisa kembali merebut bolanya.

Setelah tersenyum kecil, cowok itu pergi ke sisi lapangan dan Aruna hanya melihat dalam diam saat Mina bersama dua kawannya datang memberikan minuman pada cowok yang Runa dengar bernama Tyo.

"Lagi apa sih?" tanya Mina yang sudah siap dengan baju olahraga.

"Pemanasan doang" kata Tyo setelah menutup kembali minuman isotonik yang tadi Mina berikan.

Kembali Tyo menatap permainan Aruna yang terlihat sangat baik. Penampilan sederhana dari seorang gadis remaja yang sedang sibuk mendribel bola dengan bandana di kepala agar poninya tidak mengganggu pandangan.

"Lihatnya begitu amat. Aku cemburu tahu" ujar Mina yang hanya disenyumi oleh Tyo.

Sementara bel masuk membuat Tyo harus pergi karena sudah bukan lagi jadwalnya untuk pelajaran olahraga.

"Lo tahu cewek berambut pendek yang jago basket itu nggak, Vin?" tanya Tyo pada teman sekelasnya, Davin yang merupakan anggota OSIS. Di sela pelajaran yang mereka lalui hanya dengan tugas saja.

"Cewek tomboy? Sebentar" kata Davin si play boy yang pasti ingat pada semua siswi di sekolahnya.

"Anak kelas IPS bukan?" tanya Davin menegaskan.

"Mana gue tahu" jawab Tyo.

"Tinggi putih tapi kucel, rambut sebahu terus nggak punya teman. Betul yang itu?" tanya Davin lagi.

"Mungkin iya" jawab Tyo yang ingat jika memang saat bertemu memang Aruna sedang sendirian.

"Itu mah Aruna" jawab Davin yang ingat karena Aruna yang sering bolos saat MOS.

"Kenapa tanya-tanya? Lo naksir sama dia?" tanya Davin.

"Biasa saja sih. Cuma tadi gue lihat dia sendirian di lapangan. Wajahnya lebam" ucap Tyo.

"Palingan abis berantem" kata Davin ngasal.

"Masak sih?" Tyo malah serius.

"Mana gue tahu, Lo tanya saja sendiri" kata Davin yang kembali sibuk dengan bukunya.

Tyo melempar bolpoin ke arah temannya itu. Dan hanya dibalas tertawa.

Jam pulang sudah kembali berdenting. Semua murid sudah ramai ingin segera pulang.

Kembali Aruna mengunjungi toilet sekolah untuk berganti pakaian dan berjalan santai menyusuri sekolahnya agar bisa sampai ke pintu gerbang.

Tyo yang sudah siap dengan mobilnya belum mau pergi saat melihat Aruna berjalan santai dengan penampilan berbeda.

Wajah tertunduk tanpa senyuman dengan kedua tangan masuk ke saku jaketnya. Topi usang mengamankan wajah Aruna dari sengatan cahaya matahari. Padahal niat Aruna memakai topi adalah untuk menutupi pandangan orang dari wajah lebamnya.

Entah mengapa Tyo seolah terhipnotis dan melihat saja langkah Aruna yang pergi menyeberang jalan. Sekarang dia malah membuntutinya.

"Gue anterin mau nggak?" tanya Ferdi yang sudah sejajar dengan Aruna.

"Nggak usah, dekat gini. Lo pulang saja" kata Aruna menolak.

"Okelah kalau begitu" ucap Ferdi lantas tancap gas.

Kembali Tyo fokus dengan Aruna yang terus melangkah entah kemana. Cukup pegal kaki Tyo mengikutinya hingga nampak Aruna memasuki sebuah toko bangunan.

"Mungkin usaha bokapnya" kata Tyo dari jarak cukup jauh.

Tapi kembali dia penasaran karena tak lama setelah itu Aruna terlihat makan nasi bungkus di teras toko itu.

"Balik deh. Ngapain juga gue disini" sesal Tyo yang aneh dengan sikapnya sendiri.

Kini cowok itu sudah kembali di parkiran, setelah siap mengendarai, malah tangannya berbelok ke arah yang salah seolah kemudi Tyo terbawa ke ruko tempat Aruna bekerja paruh waktu.

Memberhentikan mobilnya di seberang jalan, Tyo mendapati pemandangan Aruna yang sedang mengangkat semen ke sebuah mobil pick up. Lalu bersama seorang rekannya, nampak gadis itu menyetir mobil itu keluar dari halaman luas toko bangunan.

Kembali Tyo mengikuti mobil yang Aruna bawa hingga ke sebuah rumah tak jauh dari toko itu berada.

Bersama rekannya, Aruna nampak menurunkan semen sementara rekannya menurunkan pasir.

"Sebenarnya dia itu pemilik apa pekerja sih?" gumam Tyo yang merasa kasihan pada Aruna.

Biasanya Tyo akan pergi ke Gym saat ingin olahraga, sementara melihat Aruna berpeluh karena mengangkat semen membuat Tyo merasa aneh.

Malam sudah datang, pukul tujuh malam Aruna biasanya sudah boleh pulang.

"Gue pulang ya ko" pamit Aruna yang hanya diangguki oleh kokonya.

"Tunggu Run" kata si Koko.

"Apa?" tanya Aruna yang memang irit bicara.

"Nih buat Lo makan di rumah. Daripada beli" ucap ko Acing memberikan sebungkus mie ayam yang tadi sore dibelinya tapi tak dimakan.

"Makasih ko" jawab Aruna lantas berlalu pergi.

Kembali berjalan pelan menuju rumah kontrakannya, setengah jam berjalan barulah dia sampai di halaman rumah sederhana yang sudah dia tinggali hampir sepuluh tahun ini.

"Run, baru pulang?" tanya Budhe Marni tergesa.

"Iya. Kenapa budhe?" tanya Aruna.

"Sudah makan? Ayo masuk ke rumah budhe, makan dulu" ajak Marni sementara Aruna menelisik ke dalam rumah yang ternyata sedang ada tamu.

"Makasih budhe, tadi ko Acing ngasih ini buat Runa" jawab Aruna membuat Marni sedikit menghela nafas.

"Runa masuk dulu ya budhe" pamit Aruna kembali melangkah, memasuki belakang rumah Marni tempat Aruna tinggal.

Aruna membersihkan diri sebelum makan. Berganti pakaian dan kini duduk di meja ruang tamu sambil membawa buku pelajarannya.

Aruna memakan mie ayam yang sudah dingin itu sembari mengerjakan tugas sekolahnya.

Sebenarnya Aruna adalah gadis yang cerdas. Hanya saja kenangan pahit membuatnya merasa tak penting dengan nilai sekolah. Nyatanya usaha untuk mendapatkan nilai yang baik tak pernah mendapatkan apresiasi dari ibunya, membuat Aruna santai saja menghadapi sekolah. Yang penting ada nilai yang tidak sampai harus remidi.

Selesai dengan tugas dan makanannya, Aruna yang memang letih harus mengistirahatkan tubuh demi bisa kembali beraktivitas esok hari.

Beruntung ada ko Acing yang meski cerewet mau menerimanya bekerja paruh waktu demi bisa membayar kontrakan.

Hingga pagi menjelang, tak nampak batang hidung ibunya pulang. Membuat Aruna sedikit khawatir meski sudah sering kali ibunya seperti itu.

Pergi dan pulang sesuka hati tanpa pernah memperhatikan Aruna yang tumbuh tanpa kasih sayangnya.

Selentingan kabar yang selalu Aruna dengar bahwa ibunya adalah pekerja malam membuat Aruna minder untuk berteman.

Meski tak pernah di bully, mungkin karena Aruna yang tinggi dan sikapnya yang dingin, tapi jelas terlihat jika temannya akan berpikir ulang untuk mau berteman dengannya. Dan Aruna memahami itu semua.

1
Azizah Hazli
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!