Dikhianati tunangan dan kakak kandung, bagaimana rasanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32
Mereka bertiga sudah sampai di Rumah Sakit. David yang sedari tadi sudah khawatir langsung menggendong Ayu ke ruang IGD. Kondisi Ayu saat ini masih pingsan. Sementara Doni memarkirkan mobil David.
"Sus, tolong istri saya, sus." Ucap David.
Suster mengarahkan David untuk membaringkan Ayu di tempat tidur pemeriksaan.
"Sebentar ya, Pak. Dokter sebentar lagi datang." Ucap suster.
David mengangguk.
Ayu saat ini sedang diperiksa tekanan darah oleh suster.
"Gimana Ayu, pak?" Ucap Doni yang baru saja tiba di ruang IGD.
"Belum diperiksa. Masih menunggu dokter."
Tak lama datang seorang dokter.
"Dokter tolong istri saya." Ucap David.
"Baik, pak. Saya periksa pasien dulu ya, pak." Jawab dokter.
"Tekanan darah pasien normal, dok." Ucap suster.
Dokter mengangguk. Lalu dokter memeriksa Ayu.
"Dengan keluarga pasien."
"Iya saya, dok. Bagaimana keadaan istri saya?"
"Pasien tidak kenapa-kenapa, Pak. Sepertinya pasien mendapat pukulan sangat keras sehingga membuat pasien syok hingga sampai saat ini masih pingsan." Ucap dokter.
Sebenarnya dokter mau bertanya kenapa pasien mendapat pukulan keras tapi, dokter urungkan.
"Jadi, istri saya tak perlu rawat inap kan, dok?"
"Tidak, pak. Nanti akan saya resepkan obat anti nyeri dan salep ya, pak."
"Baik, dok. Terima kasih."
Dokter dan suster pun berlalu meninggalkan mereka.
David merasa lega karena istrinya tidak kenapa-kenapa.
"Gimana kata dokter, pak?"
"Ayu baik-baik saja. Terima kasih kamu sudah mau menolong Ayu. Meskipun saat ini yang kena sasaran pukulan Randi adalah Ayu."
"Maafkan saya yang terlambat menyadari pergerakan Randi. Ayu sengaja melindungi saya. Entah apa yang ada dipikiran Ayu? Saya ini sudah jahat sama dia, dia malah menolongku dan mengorbankan dirinya."
"Sudahlah, kamu cukup menyiapkan diri untuk menjadi saksi nantinya."
"Baiklah, pak. Sekali lagi maaf."
"Hm, kamu boleh pulang sekarang. Sekali lagi aku berterima kasih padamu."
Doni menganggukkan kepalanya dan pamit pergi. David pun berbalik ke arah Ayu yang saat ini masih terbaring.
****
Doni pulang menggunakan taksi online. Karena tadi dia ke Rumah Sakit menggunakan mobil David. Dan mobilnya sendiri masih berada di parkiran kantor.
Sesampainya di rumah, Sinta ternyata ada di teras depan.
"Loh, Don. Mobil kamu mana?" Tanya Sinta yang terkejut melihat Doni masuk ke dalam gerbang hanya dengan berjalan kaki.
"Ada di kantor. Tadi ada masalah sedikit jadi aku naik taksi." Jawab Doni.
"Masalah apa?" Tanya Sinta penasaran.
"Doni tadi nganter Ayu sama bos ke Rumah Sakit."
Sinta terkejut.
*Rumah Sakit?* Batin Sinta.
"Ayu kenapa, Don?"
"Ayu tadi menjadi korban kekerasan atasan Doni. Dia berniat jahat sama Ayu. Aturan tadi Doni yang mau dihajar tapi, Ayu malah menolongku dan mengorbankan dirinya. Alhasil Ayu kena pukulan atasan Doni dan sampai saat ini masih pingsan."
"Ya Allah. Jangan-jangan Ayu masih menaruh rasa sama kamu, Don? Kalau enggak, kenapa dia mau menolong kamu?"
"Ya gak gitu juga kali, ma. Dia murni menolong Doni kok. Ayu memang orang baik, Ma. Doni aja yang jahat sama dia."
"Hmm, ya kan siapa tau aja, Don."
"Udah ah, ma. Doni mau masuk. Mau mandi. Badan udah gerah dan lengket." Jawab Doni yang sudah merasa lelah dan tak mau mendengarkan ucapan Sinta.
"Iya udah sana."
Doni pun meninggalkan Sinta masuk ke dalam rumah dan menuju ke kamarnya. Doni gegas membuka pakaian kantornya dan dia pergi ke kamar mandi untuk mandi.
*****
Saat ini Ayu sudah berada di Mansion. Ayu terbaring di kasur kamarnya. Ayu mulai sadar, dia meringis perih dibagian pelipis. Ayu perlahan membuka matanya.
"Sayang, kamu sudah sadar?"
"Mas, sshhhh" Ayu kembali meringis.
Niat hati ingin bangun tapi, kepalanya begitu pusing dan perih.
"Sayang, kamu jangan bergerak dulu. Apalagi kamu baru sadarkan diri."
Ayu pun kembali meletakkan kepalanya.
"Apa yang terjadi, Mas? Kenapa aku sudah berada di kamar?"
"Mas, itu si Randi. Dia mau berbuat jahat kepadaku, Mas." Imbuh Ayu.
"Iya sayang, kamu yang tenang ya. Randi biar jadi urusan, Mas. Kamu cukup istirahat aja agar cepat pulih."
"Lalu, Doni gimana, Mas?"
David terdiam sejenak.
"Doni baik-baik aja. Dia tadi ikut mengantar kamu ke Rumah Sakit. Dia sekarang sudah berada di rumahnya."
"Rumah Sakit? Jadi, aku pingsan lama sekali, Mas? Mas, jangan salahin Doni, dia berusaha menolongku dari Randi, Mas."
"Iya, sayang. Mas sudah tau kok. Maaf ya, Mas datang terlambat. Kalau Mas gak terlambat pasti kamu gak akan seperti ini sekarang."
"Iya, gak apa-apa, Mas. Lagian sekarang Mas David ada disini merawat aku. Makasih ya Mas."
Ceklek.
Pintu terbuka
"Sayang, kamu sudah sadar? Apa yang kamu rasa saat ini sayang?" Tanya Hani mendekati Ayu.
Hani tadi juga ikut panik ketika melihat Ayu digendong oleh David dalam keadaan tak sadarkan diri.
"Kepala Ayu pusing, ma. Dan perih banget di bagian sini." Jawab Ayu sambil menunjuk ke arah bagian yang terasa perih.
"Wajar kalau perih sayang, kamu terluka begini. Lagian itu orang kurangaj4r sekali memukul wanita sampai begini. Mama gak akan kasih ampun."
"Udah David tangani, ma. Mama yang tenang. Gak perlu ikutan mikir ya. Nanti darah tingginya kambuh loh."
"Hehhh, kapan mama punya darah tinggi? Kamu ini sama mama kok begitu. Kualat kamu." Ucap Hani menjewer telinga David.
"Aduh ampun ma, ampun."
"Salah siapa?"
"Iya ma. Salah David, ampun."
Hani melepas jewerannya.
Ayu yang melihat ibu dan anak hanya tersenyum.
*****
Doni yang berada di dalam kamar membaringkan diri di kasur empuknya. Dia memikirkan Ayu. Entah dirinya merasa sangat khawatir. Doni bolak balik membuka kunci ponselnya. Niat hati ingin menghubungi bosnya namun dia takut. Doni tak mau mengganggu hubungan mereka lagi. Tapi, karena keadaan Ayu, Doni menjadi serba bingung. Di lain sisi Doni benar-benar ingin tahu keadaan Ayu.
"Bagaimana ya keadaan Ayu saat ini? Apa dia sudah sadarkan diri? Apa dia benar baik-baik aja? Semoga kamu baik-baik saja ya, Ay. Arghh, kalau begini aku bisa gila."
"Ayu, kenapa kamu malah merelakan dirimu menjadi tameng? Seharusnya aku yang mendapat pukulan itu. Lagian Randi punya masalah apa sampai menyeret-nyeret Ayu seperti tadi? Apa dia mau berbuat c4bul? Tapi, kenapa dia sangat berani sekali?"
"Semoga pak David tak berpikiran aneh-aneh kepadaku. Apalagi sebelumnya aku sempat membuatnya kesal. Hhahh."
Didalam pikiran Doni banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang berseliweran. Namun semua belum bisa terjawab. Yang ada saat ini hanyalah asumsi Doni. Doni yang saat ini serba salah. Hanya bisa bertanya jawab terhadap dirinya sendiri. Dia akan menunggu hari esok untuk mengetahui kabar Ayu.