“Jangan berharap anak itu akan menggunakan nama keluarga Pratama ! Saya akan membatalkan pernikahan kami secara agama dan negara.”
Sebastian Pratama, pewaris tunggal perusahaan MegaCyber, memutuskan untuk membatalkan pernikahannya yang baru saja disahkan beberapa jam dengan Shera Susanto, seorang pengacara muda yang sudah menjadi kekasihnya selama 3 tahun.
Shera yang jatuh pingsan di tengah-tengah prosesi adat pernikahan, langsung dibawa ke rumah sakit dan dokter menyatakan bahwa wanita itu tengah hamil 12 minggu.
Hingga 1.5 tahun kemudian datang sosok Kirana Gunawan yang datang sebagai sekretaris pengganti. Sikap gadis berusia 21 tahun itu mengusik perhatian Sebastian dan meluluhkan kebekuannya.
Kedekatan Kirana dengan Dokter Steven, yang merupakan sepupu dekat Sebastian, membuat Sebastian mengambil keputusan untuk melamar Kirana setelah 6 bulan berpacaran.
Steven yang sejak dulu ternyata menyukai Kirana, berusaha menghalangi rencana Sebastian.
Usaha Steven yang melibatkan Shera dalam rencananya pada Sebastian dan Kirana, justru membuka fakta hubungan mereka berempat di masa lalu.
Cover by alifatania
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 Family Time
Kirana tetap bangun pagi seperti biasa meskipun tidak berangkat ke kantor hari ini. Matanya seperti sudah terpasang alarm otomatis yang terbuka setiap jam 5 pagi.
Sengaja tidak langsung mandi, karena Kirana ingin mengajak mama berbelanja ke pasar.
Baru saja Kirana selesai merapikan tempat tidur dan melipat selimut, handphone nya bergetar. Nama Sebastian muncul di sana. Kirana melirik jam dinding, baru pukul 5.30. Dia tersenyum sendiri. Pagi-pagi kekasih dudanya ini sudah melakukan video call.
“Ada apa duren sawit-ku sayang ?” Kirana langsung menyapa kekasihnya dengan candaan.
Mata Kirana mengernyit, saat melihat Sebastian bukan seperti orang baeu bangun. Sesaat kemudian ia sadar kalau Sebastian mengenakan kaos oblong yang sedikit basah.
“Pagi Honey,” Sebastian balas menyapa dengan senyuman.
“Wuuiihh rajin bener nih, my bee durenku udah olahraga pagi-pagi. Mau tebar pesona ya, mumpung pacarnya lagi nggak ada di kantor ?”
Mata Kirana menyipit dan wajahnya dibuat sedikit merajuk. Sebastian hanya tertawa.
“Bukan mau tebar pesona, lagi meningkatkan stamina biar tetap bisa memberikan kebahagiaan lahir dan batin buat calon istri.”
Sekarang Sebastian sengaja membuka kaosnya yang sedikit basah, hingga dada dengan roti sobeknya terpampang jelas di layar handphone.
Wajah Kirana memerah, dia mengalihkan tatapannya ke lain arah membuat Sebastian kembali tergelak.
“Kenapa Kiran ? Belum pernah melihat badan cowok sekeren ini ?” Ledeknya.
“Lagian ngapain juga buka kaos sekarang ?” Kirana menggerutu dan masih tidak mau menatap layar handphonenya.
“Honey, membayangkan kamu tidak datang ke kantor sudah membuat aku kangen, makanya sengaja video call pagi-pagi. Kok malah kamu buang muka ? Lagipula aku kan hanya buka kaos, bukan semua penutup tubuhku,” ledek Sebastian masih dengan tawanya.
“Aku belum biasa aja, Bee,” jawab Kirana malu-malu.
“Sebentar lagi kamu akan biasa, Honey. Semuanya milikmu,” goda Sebastian dengan nada yang sengaJa dibuat genit,
Kirana hanya berdecak dan memberanikan diri menatap layar handphone kembali. Dilihatnya wajah Sebastian sedang tersenyum menatapnya.
“Memangnya kamu belum pernah lihat tubuh cowok sekeren calon suamimu ini di kolam renang atau tempat fitness ?”
“Kamu meledek aku, Bee ? Sudah tahu aku tidak bisa berenang apalagi mengunjungi tempat fitness.”
“Gimana duren sawitmu ini ? Bikin kamu deg deg kan nggak ?”
“Udah ah, Bee. Aku mau siap-siap ajak mama ke pasar. Nanti kesiangan, pasarnya penuh. Aku tutup dulu, ya.”
Kirana berusaha cepat-cepat ingin mengakhiri sambungan vc nya dengan Sebastian karena belum terbiasa. Sebastian hanya tertawa dan mengangguk.
“Nggak boleh nakal di pasar, ya !”
“Iya.. Bee…iya,” Kirana menjawab dengan bibir cemberut.
“I love you Honey.”
Kirana hanya mengangguk sambil tersenyum.
“Honneeyy…” protes Sebastian. “I love you.”
“I love you too duren sawit ku,” sahut Kirana sambil terkekeh dan langsung memutus sambungan telepon.
Di seberang sana Sebastian tersenyum senang sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Calon istrinya memang masih sedikit polos. Bahkan melihatnya hanya bertelanjang dada sudah merasa gugup dan malu-malu.
Sesudah menutup panggilan telepon, Kirana bergegas turun dan mendapati mama Lia sedang sibuk di dapur.
“Loh kok tumben belum mandi ?” Mama Lia mengangkat senelah alisnya dan wajahnya sedikit bingung melihat Kirana masih dengan baju santainya.
“Cuti hari ini, Ma.” Kirana mendekat dan mencium pipi mama Lia seperti kebiasaannya setiap pagi.
“Kamu nggak diberhentikan dari perusahaan, kan ?”
Mama Lia bertanya dengan sedikit curiga.
“Nggak Ma,” Kirana tertawa pelan. “Perusahaannya milik Sebastian, kalau sampai dia mendadak pecat aku, langsung aku pecat juga jadi pacar.”
Mama ikut tertawa. Dalam hatinya mama Lia sempat sedikit was was saat Sebastian datang memperkenalkan diri pertama kalinya dengan menyebutkan nama Pratama sebaga nama keluarganya. Tetapi sikap Sebastian yang bertolak belakang dengan Tante Rosa dan terlihat begitu sangat menyayangi putrinya, membuat mama Lia bisa sedikit lega dan tenang.
“Terus kamu mau ngapain di rumah saja ?”
“Mau ajak mama belanja ke pasar. Sudah lama kita nggak ke pasar berdua.”
“Mau undang Sebastian makan ?”
“Nggak kok, Ma. Lagi ingin menghabiskan waktu sama mama, Sebastian juga yang suruh sekalian istrirahar.”
Mama hanya mengangguk-angguk sambil tertawa pelan.
“Kalau begitu nanti kita berangkat setelah papamu berangkat ke kantor.”
Kirana mengangguk dan membantu mama Lia menyiapkan sarapan.
“Wah tumben nih, anak gadis papa belum berangkat,” suara papa Heru terdengar di ruang makan.
“Paling ada maunya, Pa,” timpal Kendra yang memgikuti papa di belakang.
“Wuuiihh tumben juga kamu udah mau berangkat, Ken ?” tanya Kirana dengan nada sedikit meledek.
”Biasanya jadwal siang terus.”
“Mau rubah jadwal ke pagi, Kak. Ditawari kerja sampingan di tempat teman.”
“Asal jangan mengganggu kuliahmu, Ken,” nasehat papa Heru.
“Tenang saja , Pa. Aku pasti menyesuaikan dengan jadwal kuliah. Mau cari tambahan buat kuliah S2.”
Kirana yang mulutnya penuh roti hanya mengangkat kedua jempolnya pada Kendra.
Pagi itu Kirana melewati waktu sarapan yang berbeda dari biasanya. Kalau sehari-hari, Kirana sibuk berangkat pagi-pagi demi bisa sampai di kantor jam 6.30, sebelum Sebastian datang. Apalagi dia harus menggunakan transportasi umum.
Beberapa kali kekasihnya ingin rutin menjemput Kirana, namun dengan keras ia menolaknya, dengan alasan ingin diberi ruang untuk menjalani kehidupannya seperti biasa sebelum menikah dengan Sebastian. Dan Kirana sangat beruntung karena Sebastian mau mengerti dan membiarkannya.
Selesai sarapan, tanpa mencuci bekas peralatan makan mereka, mama Lia dan Kirana ikut dengan papa Heru sampai di pasar tradisional. Kebetulan letaknya searah dengan rute papa Heru menuju kantor.
Hanya 10 menit, Kirana dan mama Lia sudah berada da di dalam pasar dan menikmati waktu belanja bersama. Sudah cukup lama Kirana tidak menemani mama Lia ke pasar tradisional. Ada kerinduan yang muncul di hatinya dan sekarang terobati. Untung saja Sebastian memintanya untuk cuti dan bukan kerja setengah hari.
Mama Lia pun terlihat bahagia saat bertemu dengan beberapa kenalan dan langganan jahitnya. Mereka memuji Kirana yang bertambah cantik di usia yang beranjak dewasa.
Belum lagi saat mama Lia menjawab pertanyaan tentang pekerjaan putrinya, dengan bangga mama Lia menyebutkan mama MegaCyber
Jangan lupa pertanyaan kapan menikah. Meskipun jawaban mama Lia masih belum tahu kapan, semburat kebahagiaan tidak mampu disembunyikannya.
Bukan karena mendapat calon menantu dari kalangan konglomerat, tapi bahagia karena melihat Sebastian begitu menyayangi Kirana dan memperlakukan mereka sekeluarga dengan sangat baik.
Meskipun nama Pratama sempat membuatnya sakit hati dan menjauh dari mereka, ternyata sosok Pratama yang ini sangat berbeda. Sebastian adalah pria yang terlihat bertanggungjawab dan memiliki prinsip hidup yang patut diacungkan jempol.
Selesai berbelanja, keduanya langsung kembali ke rumah dengan memesan taksi online.
Melihat senyum kebahagiaan di wajah mama Lia, Kirana ikut bahagia juga. Betapa perhatian kecil dan sedikit waktu yang diberikan untuk mamanya, mampu membuat senyum wanita yang melahirkannya terus mengembang.