Bella nekad menjual kehormatannya demi membiayai adiknya yang sakit dan mengharuskan dioperasi, dia menjajakan dirinya disebuah bar, setelah dia mendapatkan seseorang yang mau membayarnya dengan mahal, tiba tiba Bella berubah fikiran, dia tidak ingin menjual kehormatannya, namun semua sudah terlambat pria itu tidak mau melepaskan Bella, hingga akhirnya terjadilah peristiwa yang memilukan tersebut, hingga akhirnya timbul kebencian dihati Bella pada pria tersebut.
mampukah Bella membalas dendamnya? atau malah dia akan jatuh cinta pada pria itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anila Nabastala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 26
Bella masuk kearea kampus dengan wajah berseri, karena sudah mendapatkan pekerjaan walaupun hanya sebagai pembantu, tapi tak apa yang penting dia tidak harus menjual diri seperti yang pernah dikatakan Kai tempo hari, dan dia bisa mendapatkan uang untuk membayar ganti rugi atas kerusakan bugatti nya master pembunuh.
Saat Bella sedang berjalan riang tiba tiba dari arah belakang datang seseorang dan langsung merangkul pundak Bella, hal itu sontak membuat Bella terkejut.
Secara refleks dia meraih tangan yang berada dipundaknya dan langsung memelintirnya ke belakang tubuh orang tersebut.
Bella memang sedikit bisa beladiri, karena dulu pernah sekolah beladiri walaupun tidak lama, tapi kalau untuk melawan beberapa preman kecil dia masih sanggup.
" aduh..du..du.. sakit Bella " teriak Andika sambil meringis kesakitan.
Bella langsung melepaskan tangan Andika setelah mengetahui siapa dirinya.
" ck.. lagian lu ngapain sih kayak gitu bikin gue kaget aja " ketus Bella.
" Lu dari mana aja sih, tadi maen pergi aja dari kantin, para senior nanyain lu tuh "
" males ahh.. "
" ehh... lu jangan gitu dong, katanya lu mau bantuin gue, biar gue terkenal dikalangan para senior "
" gua nggak bilang apa apa ya, lu nya aja kepedean, lu tahu nggak perbuatan lu itu sama aja kek lu ngejual gue sama para senior lu itu " Andika tertegun mendengar penjelasan Bella, dia tidak berfikir sampai kearah sana, dia benar benar menyesali nya.
" sorry Bella gue nggak ada maksud seperti itu " cicit Andika pelan yang masih bisa didengar oleh Bella.
Seketika suasana menjadi canggung dan hal itu disadari oleh Bella.
Dia menepuk pundak Andika dengan sedikit keras, hingga Andika meringis sedikit.
" lu itu kalau mau minta maaf jangan kek gini caranya " ucap nya
" lu harus beliin gue seblak ceker pedas, dan minum nya milkshake coklat dengan ekstra dobel boba " lanjutnya lagi sambil memainkan alisnya.
Andika yang melihat hal itu langsung tertawa, mengiyakan permintaan Bella dan langsung mengajaknya kekantin.
Saat berjalan menuju kantin, mereka melewati beberapa siswa yang berdiri di beberapa sisi kiri dan kanan, mereka terlihat seperti memperhatikan Bella secara diam diam, dan juga terdengar seperti berbisik.
Bella dan Andika merasakan keanehan, mereka saling pandang dan mengangkat dagu sekilas seolah bertanya " ada apa dengan mereka "
Andika memberanikan diri bertanya pada salah satu orang yang dia kenal kenapa mereka seolah melihat kearah mereka berdua.
" asep gue tanya sama lu, kenapa lu dan kawanan yang lain pada ngeliatin gue ama si Bella?? Emang ada yang aneh ?? " tanya Andika
" emang lu nggak tahu dik soal si Bella?? " ucap asep salah satu temen Andika dikampus.
" tau apaan ?? " tanya dika penasaran.
" di mading ada berita tersebar mengenai desas desus perselingkuhan ibunya, dan didalam berita tersebut mengatakan kalau ayahnya sendiri meragukan apakah si Bella itu anak nya atau bukan ?? " mendengar hal itu Andika mengerutkan keningnya.
" pantas saja selama ini dia tidak pernah cerita soal keluarga nya, rupanya dia anak selingkuhan " perkataan Asep yang seperti itu membuat kesal dan juga marah, bisa bisanya dia dan teman lainnya beranggapan Bella dan ibunya seperti itu.
Andika mengepalkan tangannya dan meraih kerah baju asep dengan wajah yang memerah dan mata yang melotot.
" heh.. lu itu nggak tahu apa-apa jadi jangan sok tahu lu " ucap Andika yang kesal dan sudah bersiap untuk melayangkan sebuah tinju ke arah asep, namun dengan segera Bella menahan kepalan Andika.
Dia tidak mau kalau Andika terkena masalah hanya karena ingin membela dirinya.
" sudah Dik lu nggak usah layani mereka, lebih baik kita liat apa yang tertera di mading tersebut " ucap Bella sambil berlalu pergi menuju papan mading meninggalkan Andika yang saat ini masih mencekram kerah baju Asep.
" awas lu gua akan beri perhitungan sama lu juga pada kalian, kalau sampai kalian berbuat macam macam sama si Bella " ancam Andika kemudian dia berlari menyusul Bella.
Ketika sampai didepan mading banyak orang yang berkumpul untuk membaca artikel tersebut, dapat dilihat dengan jelas judul dari berita tersebut.
" BUNGA KAMPUS ITU TERNYATA SEORANG ANAK HASIL DARI SELINGKUHAN IBUNYA "
Bella terpaku membaca berita tersebut, hingga Andika tiba dan dia juga melihat berita tersebut.
" kurang ajar siapa yang berani membuat berita seperti ini, kalau berani maju lu jangan cuma berani sembunyi dibalik kertas " amuk Andika, anak anak yang tadinya berkerumun langsung membelah jalan agar Bella dan andika bisa kedepan.
Namun Bella dia hanya diam saja sementara Andika dia maju dan merobek semua kertas kertas yang tertempel di Mading kampus tersebut.
Setelah semua nya tercabut, dia menghampiri Bella yang masih diam terpaku.
" udah Bell lu jangan sedih, gua akan cari siapa perlakuan penyebar berita palsu tersebut. " ujar Andika menenagkan Bella.
Bella diam tertunduk, kemudian dia mengangkat kepalanya sambil tersenyum.
Andika tahu dibalik senyum nya bella tersimpan rasa sakit dan juga marah yang sangat besar, semakin dia tersenyum maka rasa sakit dia semakin besar, itulah sifatnya Bella yang tidak banyak orang ketahui.
" aku nggak papa Dik, sorry ya seperti untuk jam kuliah selanjutnya aku akan bolos tolong kamu mintakan ijin sama dosen ya dik, gue pergi dulu ada urusan " ucap Bella sambil memutar tubuhnya dan berjalan menuju tempat parkir.
" tapi Bell.. " ucap Andika tertahan saat Bella melambaikan tangannya seolah berkata " jangan bicara apa apa lagi, aku ingin sendiri dulu " Andika terdiam menatap kepergian Bella.
" semoga lu baik baik aja Bell, gua akan cari siapa dalang dibalik berita ini " ucap Andika dalam hatinya.
Tap..tap..tap..
Suara langkah kaki yang memakai sepatu kulit hitam yang mengkilat terdengar disepanjang lorong yang menuju bawah tanah.
Tidak ada yang berani mengeluarkan suara, hanya suara langkah kaki dan deru nafas yang teratur namun seolah menyiratkan akan terjadi nya tumpahan darah.
Sreettt...
Suara pintu sebuah ruangan gelap dibuka, disana nampak seorang pria berkisar usia empat puluh delapan tahun sedang berdiri dengan kedua tangan diikat keatas menggunakan rantai besar.
Wajahnya sudah penuh dengan luka lebam, begitu juga dengan badannya sudah banyak cambuk yang menimpa tubuhnya.
Wajah pria tersebut tertunduk dan matanya tertutup seperti nya dia sedang tidak sadarkan diri.
" bos " ucap salah satu kaki tangan Max yang bernama Martin.
Ya untuk urusan hal dalam kekerasan memang Martin yang selalu ditugaskan Max.
Martin salah satu anak buah Max yang berdarah dingin, baginya melihat korban berdarah dan kesakitan merupakan kesenangan tersendiri buatnya.
" bangunkan dia " suara Barito Max memecahkan keheningan dalam ruangan.
Salah seorang anak buah Martin membawa satu ember sedang yang berisi air es bercampur garam, dan langsung menyiramkan ke tubuh pria tersebut, hingga membuat pria tersebut kaget dan langsung bangun dari pingsan nya.
Pria itu langsung mengerjapkan matanya, dan membuka matanya secara perlahan, dia langsung ketakutan saat melihat sosok Max sedang berdiri dihadapannya, dengan senyuman smirk yang sangat mematikan.
" berani sekali kamu mengusik waktu ku, rupanya kamu sudah benar benar bosan hidup ya " pria itu langsung menggelengkan kepalanya cepat.
" maaf bos.. maafkan saya " ucapnya dengan gemetar ketakutan.
" kamu pasti tahu kalau aku bukan tipe orang yang suka memberikan maaf, apalagi orang tersebut sudah mengganggu kehidupanku " ucapnya perlahan dan penuh dengan penekanan.
" maafkan saya bos... saya mohon maafkan saya, saya janji saya tidak akan melakukannya lagi, saya akan menjauh dari negara ini bos " ucap pria tersebut yang diketahui adalah bos kelompok black rose yang tempo hari menyerang Max direstoran dan sempat membahayakan nyawa wanita yang dicintainya yaitu Bella.
" maaf mu diterima " ucapnya berbisik sambil tersenyum smirk dan pergi dari ruangan tersebut.
Setelah Max keluar dari ruangan tersebut dan menutup pintunya, barulah terdengar jerit kesakitan dari pria tersebut.
Rupanya Martin mematahkan seluruh jari jemari tangan dan juga kaki pria tersebut dan juga tulang rusuk ketua Black rose tersebut.
Tidak hanya itu matanya dia cabut dari tempatnya.
Srettt...
Darah bercucuran saat martin memotong lidah pria tersebut, Martin hanya menyeringai saat melihat lidah yang ada digenggamannya saat ini dengan da\*rah yang masih mengalir.
Pria tersebut sudah tidak tahan dan banyak da\*rah yang keluar dari sekujur tubuhnya hingga akhirnya dia meninggal dan mayatnya dibuang ke kolam penakaran buaya yang ada disekitar tempat tersebut.
~~☆☆~~~
Tiga puluh menit kemudian Martin masuk kesebuah Bar kecil yang ada di markas tersebut.
Didalam bar tersebut sudah ada Max, Jhon dan juga Kai juga beberapa anak buahnya Max yang bermain bilyar sementara Max sedang duduk didepan meja bartender.
Tiba tiba saja dia merindukan Bella, padahal baru beberapa jam yang lalu mereka bertemu dan makan siang bersama.
Dia tidak bisa melupakan setiap ekspresi wajah Bella, saat dia tersenyum, cemberut, atau saat dia sedang kesal sungguh dia tidak bisa melupakan walaupun hanya sedetik, sehingga tanpa sadar tercetak senyum tipis dibibir, dan hal itu terlihat oleh Martin yang baru saja duduk disebelahnya.
" wah.. sepertinya terjadi sesuatu dengan bos kita ini, ada apa ya " ucap Martin yang mencoba menggoda Max.
Max yang baru sadar kehadiran Martin disisi nya hanya mencebik saja.
" hanya mengurus satu orang tua saja sampai menghabiskan waktu lebih dari duapuluh menit " ucap Max sambil tersenyum smirk meremehkan Martin.
" bagiku... menyiksa orang adalah kesenangan, kalau hanya sekali tebas dan orang itu langsung mati, mana bisa kita menemukan kepuasan, membu\*nuh itu seperti seni, semua harus dilakukan dengan hati " ucap Martin.
Max hanya tersenyum menanggapi ucapan Martin, kemudian dia langsung meminum habis wine yang ada digelas yang saat ini tengah dia pegang.
" gue cabut duluan ada urusan penting " ucap Max pada Martin sambil berdiri dan menepuk bahu Martin kemudian melangkah keluar bar tersebut diikuti oleh Jhon dan beberapa anak buahnya dari belakang.
Hari sudah gelap jam sudah menunjukan pukul sembilan, sepanjang perjalanan terasa dingin karena hujan gerimis yang mengguyur apalagi AC mobil tak berhenti menyala.
Sepanjang perjalanan Max hanya melihat Laptop yang saat ini ada dipangkuannya, dia sedang mengecek beberapa saham dan juga bisnis nya yang berada di luar negri.
Lampu merah jalan raya menyala,dan mobil yang ditumpangi Max berhenti tepat disebuah Restoran yang menyajikan aneka macam soup mala yang terkenal akan pedasnya yang khas dan juga kelezatannya.
Max mengangkat kepalanya yang pegal karena sedari dia tertunduk terus, dia mengusap ngusap tengkuknya dan melihat kearah jendela.
Dia merasa terkejut saat melihat dua orang yang sedang duduk berhadapan didalam restoran, sesorang yang sangat dia kenali.
Tiba tiba saja dia merasakan darahnya berdesir hebat, dia marah dan tidak bisa mengontrol perasaan nya.
Waktu tinggal lima belas detik lagi menuju lampu hijau, dia langsung membuka pintu mobil dan keluar.
Jhon yang merasa kaget langsung menoleh kearah sang bos yang sudah berjalan keluar, kemudian dia pun keluar dan berteriak " bos anda mau kemana " pekik Jhon.
" aku lapar dan ingin makan " ucapnya tanpa menghentikan langkahnya menuju restoran tersebut.
" hah.. " desah Jhon yang keheranan.
/Good//Good//Heart//Heart/💪💪💪....Lanjutt.....