NovelToon NovelToon
Aku Hanya Wanita Biasa

Aku Hanya Wanita Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Wanita Karir / Careerlit
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Meymei

Wanita, seorang insan yang diciptakan dari tulang rusuk adamnya. Bisakah seorang wanita hidup tanpa pemilik rusuknya? Bisakah seorang wanita memilih untuk berdiri sendiri tanpa melengkapi pemilik rusuknya? Ini adalah cerita yang mengisahkan tentang seorang wanita yang memperjuangkan kariernya dan kehidupan cintanya. Ashfa Zaina Azmi, yang biasa dipanggil Azmi meniti kariernya dari seorang tukang fotokopi hingga ia bisa berdiri sejajar dengan laki-laki yang dikaguminya. Bagaimana perjalanannya untuk sampai ke titik itu? Dan bagaimana kehidupan cintanya? Note: Halo semuanya.. ini adalah karya keenam author. Setiap cerita yang author tulis berasal dari banyaknya cerita yang author kemas menjadi satu novel. Jika ada kesamaan nama, setting dan latar belakang, semuanya murni kebetulan. Semoga pembaca semuanya menyukainya.. Terimakasih atas dukungannya..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13. Hambar

Sampai di rumah Priyo, Azmi membersihkan membersihkan rumah lebih dulu sebelum membersihkan tubuhnya. Entah karena Priyo hanya tinggal sendiri, keadaan rumah terlihat berantakan seperti tidak pernah diatur. Sebagai istri, Azmi tidak tinggal diam.

Sekitar pukul 10 malam, ia baru selesai membereskan semuanya. Sementara Priyo sejak tadi berkutat dengan laptopnya karena katanya a masih ada pekerjaan yang harus ia selesaikan malam ini. Azmi sudah membersihkan tubuhnya dan mulai menyusun pakaian dan barang yang ia bawa di kamar. Ia membuka lemari dan menyusun pakaiannya di tempat yang masih kosong.

Setengah jam kemudian, Azmi sudah selesai bertepatan dengan Priyo yang masuk kedalam kamar.

“Azmi, aku lihat kamu masih perlu banyak belajar. Kita akan mengenal dan saling belajar sebelum kita bisa melangkah lebih lanjut.” Kata Priyo.

“Maksud, Mas?”

“Kita sebaiknya saling mengenal dulu sebelum memenuhi hak dan kewajiban masing-masing. Kita akan tidur bersama, tetapi untuk nafkah batin kita akan melakukannya pelan-pelan.” Azmi tidak mengerti maksud Priyo, tetapi ia menganggukkan kepalanya.

Sebagai istri, ia tahu bahwa ucapan suaminya merupakan perintah. Maka ia akan menuruti suaminya selama itu tidak bertentangan dengan keyakinannya.

Malam itu keduanya tidur di kasur yang sama dan saling memunggungi. Tidak ada percakapan sebelum tidur ataupun ucapan selamat malam. Bahkan Azmi masih dengan hijab instannya saat tidur.

Saat adzan subuh berkumandang, keduanya bangun dan melaksanakan sholat berjamaah. Selesai sholat, Priyo ingin mendengar Azmi mengaji. Tetapi saat Azmi baru mulai, Priyo sudah mengoreksi bacaan istrinya dan mengatakan untuk lebih memahami tajwid. Dalam hati Azmi, ia sudah merasa benar membacanya sesuai dengan yang diajarkan oleh guru ngajinya.

“Mungkin memang aku yang salah.” Batin Azmi.

“Mas, bolehkah aku hari ini pulang kerumah? Aku masih belum membuka kado dari teman-temanku.”

“Tunggu aku senggang. Nanti aku akan mengantarmu.” Azmi mengangguk.

Azmi masuk kedapur, tidak ada apa di kulkas. Ia berinisiatif untuk membeli sarapan. Kebetulan, di depan gang rumah suaminya ada warung bubur. Azmi lupa tidak berpamitan dengan Priyo, sehingga saat ia sampai rumah suaminya murka.

“Kamu itu seorang istri! Setiap kali kamu keluar rumah, kamu harus berpamitan dengan suamimu!”

“Iya, Mas. Maaf. Aku hanya ingin membeli sarapan didepan gang.”

“Kali ini aku maafkan, jangan ulangi lagi nanti!”

“Iya, Mas. Mari makan dulu.”

Azmi menyiapkan mangkuk dan menuang bubur yang ia beli. Priyo memakannya dalam diam, begitu juga dengan Azmi.

“Kamu bisa memasak?” Azmi menggeleng.

“Lalu, bagaimana urusan makan kita nanti? Apakah kita akan beli terus seperti ini?”

“Aku akan belajar, Mas. Tapi sebelum itu, kita tetap beli tidak apa-apa, kan?”

“Baiklah. Yang penting pengeluaran tidak bengkak. Aku ada janji dengan temanku. Kamu dirumah saja tunggu aku pulang.”

“Iya, Mas.”

Priyo pergi setelah mengemas tasnya. Azmi melihat ada pancing disana, jadi ia menebak suaminya akan pergi memancing. Setelah mencium punggung tangan Priyo, Azmi menutup dan mengunci pintu.

Ia kembali membersihkan rumah, karena bagian dapur belum sempat ia bersihkan tadi malam. Selesai dengan dapur, Azmi lanjut membersihkan kamar mandi dan mencuci pakaian. Tidak ada perasaan mengeluh ataupun kesal, Azmi melakukan semuanya dengan sukarela.

Di sisi lain.

Priyo memang pergi memancang bersama dengan teman kerjanya.

“Pengantin baru! Kenapa di hari kedua sudah pergi memancing? Apa tidak sayang istri ditinggal sendiri?” Tanya salah satu teman, Fadil.

“Iya! Seharusnya kamu membawa istrimu bulan madu sana!” Maulana ikut mengomentari.

“Memangnya aku kalian yang pikirannya hanya nafsu saja?”

“Iya, iya. Kami tahu kamu itu tidak akan kalah dengan nafsu. Tapi masak iya baru menikah kemarin sudah meninggalkan istri dirumah? Apa istrimu tidak sakit hati?”

“Itu urusanku.”

“Ya memang urusanmu! Tetapi pernikahan tanpa ada nafsu juga rasanya hambar! Untuk apa kita dihalalkan tetapi kamu malah membiarkannya? Sama saja kamu berdosa tidak memberikannya nafkah batin!”

“Tidak perlu ceramah! Aku tahu yang aku lakukan!” Priyo tidak terima.

“Nanti kau istrimu kabur, jangan bilang aku tidak mengingatkanmu!”

Mereka kembali memancing. Tetapi sampai hampir asar mereka tak kunjung mendapatkan ikan besar. Hanya ikan kecil-kecil yang memakan umpan mereka. Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang.

Priyo mengetuk pintu berkali-kali tetapi tak kunjung dibukakan. Ia menghubungi ponse Azmi berharap istrinya mendengarnya. Azmi yang tertidur terkejut dengan dering ponselnya.

“Assalamu’alaikum, Mas.”

“Wa’alaikumsalam. Bukakan pintu!” Segera Azmi berlari untuk membukakan pintu.

“Maaf, Mas. Aku ketiduran.”

“Hemmm”

Priyo masuk kedalam kamar mandi setelah menyimpan tasnya. Azmi menyiapkan pakaian ganti untuk Priyo di atas tempat tidur. Priyo keluar dar kamar mandi dengan handuk di pinggangnya. Melihat pakaian yang disiapkan Azmi, ia memakainya dan mencari istrinya yang berada di dapur. Ternyata Azmi membuatkannya kopi.

Sambil menikmati kopi, Priyo memperhatikan sekelilingnya. Rumah yang jarang ia bersihkan terlihat bersih dan rapi. Ia merasa bersyukur Azmi bisa mengerjakan semuanya. Tetapi perkataan teman-temannya selama memancing tadi mengganggu pikirannya. Ia yang dari awal memutuskan untuk mengenal dulu baru melangkah lebih lanjut, menggelengkan kepalanya. Ia menepis semua dan tetap pada keputusannya.

Makan malam, Priyo mengajak Azmi pergi makan diluar. Azmi memesan bakso, sementara Azmi memesan mie ayam. Setelah makan, mereka kembali ke rumah.

“Mas kapan kembali bekerja?”

“Masih 10 hari lagi.”

“Bagaimana kalau kita jalan-jalan ke Balikpapan, Mas? Aku juga masih 9 hari.”

“Apa harus?”

“Tidak juga. Kalau Mas tidak mau juga tidak apa-apa.”

“Baiklah, besok kita berangkat. Tapi pakai travel saja.” Azmi mengangguk dengan senyuman.

Azmi menyiapkan semua keperluan mereka kedalam kopernya. Setelah semua beres, ia menyusul Priyo ke tempat tidur. Priyo yang sedang memainkan ponselnya, sadar Azmi sudah ada di sampingnya bersiap tidur.

“Kenapa tidak melepas hijab?” Tanya Priyo.

“Ehm.. Mas belum memberiku izin, jadi aku masih mengenakannya.” Cicit Azmi.

“Buka saja. Selama kamu tidak keluar rumah, tak masalah tak memakainya.” Azmi mengangguk.

Ia turun kembali dan melepaskan hijabnya. Azmi menyisir rambutnya sebelum kembali ke tempat tidur. Priyo memperhatikan setiap gerakan Azmi. Ternyata Azmi memilik rambut ikal sepunggung. Jika biasanya terlihat cantik, tanpa hijab semakin menegaskan Azmi itu cantik natural.

Tanpa sadar Priyo mendekat kearah Azmi yang masih menyisir rambut. Kedua tangannya memegang kedua bahu istrinya dan ia mendaratkan kecupan dipuncak kepala, membuat Azmi memegang.

“Kenapa?” Tanya Priyo melihat kearah kaca.

“Ti-tidak, Mas.”

“Santai saja.” Priyo mengulas senyum.

Azmi yang menegang membuktikan dirinya belum pernah bersentuhan dengan lawan jenis. Priyo mencoba menggoda istrinya sekali lagi dengan menyejajarkan tubuhnya dan melingkarkan tangannya di perut Azmi. Ia juga menyenderkan dagu di bahu istrinya, membuat Azmi menahan nafas. Beberapa menit kemudian, Azmi mengambil nafas dalam dan Priyo mengecup pipi kanannya.

“Ayo tidur!” Bisik Priyo yang membuat Azmi mengangguk dengan kikuk.

Priyo melepaskan Azmi dan tersenyum. Ia berhasil mengerjai istrinya. Ada perasaan campur aduk di hatinya saat ini. Tetapi ia akan tetap memegang prinsipnya, pelan-pelan.

1
indy
sabar y azmi
indy
lanjut
indy
lanjut kakak
indy
semoga di tempat baru azmi bisa lebih sibuk sehingga dapat melupakan kenangan buruk
indy
semoga azmi nanti sukses
indy
selamat ya azmi
Meymei: Terima kasih kak (Azmi)
total 1 replies
indy
cepat move on azmi
indy
kasihan Azmi
indy
Ternyata priyo gak bisa mendaki, bukan karena prinsip
Sulfia Nuriawati
suami aneh, mw saling mengenal tp cm azmi yg ada usaha, lah priyo blm apa² cm tw marah aja, serem sm yg kyk gt sifatnya bs² anemia🤭🤭🤭
Meymei: Hehehe sabar ya kak..
total 1 replies
indy
sabar ya Azmi...
Meymei: Aq sabar kak (Azmi)
total 1 replies
indy
semoga azmi kuat
Meymei: Aamiin…
total 1 replies
indy
lanjut kakak
Meymei: Siap kak 😊
total 1 replies
indy
priyo sat set, semoga dia orang baik
Meymei: Aamiin…
total 1 replies
indy
telaten sekali azmi
Rian Moontero: kusuka ceritanya kak Mey👍👍
semangaaat🤩🤩🤸🤸
Meymei: Hihihi 🤭
total 2 replies
indy
semangat azmi
Meymei: Siap kak! (Azmi)
total 1 replies
indy
hadir
Meymei: Terimakasih dukungannya kak 😍
total 1 replies
Dewi Masitoh
hadir kak😊
Meymei: Terimakasih dukungannya kak 😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!